Halaman:Si Umbuik Mudo.pdf/120

Halaman ini belum diuji baca

Kayu kelat tumbuh di tanah Berurat berbenih tidak; Obat jauh penyakit parah Penawar sesuai tidak Seminggu sudah si Galang sakit, sampai dua pekan antaranya, sudah payah si Galang Banyak, sudah resah dan gelisah, hari itu hari Jumat, sedang bulat bayang-bayang, sedang lengang orang di kampung, sedang ramai orang di balai, berkata si Galang Banyak, “Duhai Bapak kata Denai, Duhai Amai kata denai, iman denai sudah berkucak, lemah segala sendi tulang, rasakan sampai ajalullah, yang punya datang menjemput, beri maaf denai di Bapak, beri ampun denai di Amai, relakan jerih payah Bapak, relakan air susu Amai, jawab salam di yang tinggal, denai berjalan sekarang jua.” Mendengar kata demikian, terbitlah tangis bapak ibunya, menghempas-hempaskan diri, melecut-lecutkan badan, merenggutrenggutkan rambut, tapi harus bagaimana. Tapanuli kota Siantar Pandan melilit Panyabuangan; Nyawa putus badan terlantar Arwah mengirap ke junjungan. Telah sampai ajal si Galang, di hari yang sehari itu, amainya sudah bergila-gila, lupa dunia di hari itu, berkurung diri dalam bilik. Telah dibunyikan tabuh dan canang15, orang berkumpul semuanya, besar kecil tua muda, laki-laki perempuan, cukup dengan imam dan katib, rapat pepat semuanya, Allahurabbi banyaknya orang. Tidak termuat di daun talas Di daun terung sudah penuh pula; Tidak termuat di tempat luas Di tempat lekung sudah penuh pula. Melihat si Galang Banyak, menjenguk mayat anak gadis. 15) Sejenis gong kecil

109