Halaman:Si Umbuik Mudo.pdf/34

Halaman ini belum diuji baca

“Sudah terbalik tepi kain sudah hilang penggiliannya; sudah terbalik hati si Malin sudah hilang pengajiannya. Gila si pasin gila Gila si tawang-tawang; Gila si malin gila Digila sejadah sembahyang Berburu ke padang datar Dapatlah rusa belang kaki; Berguru kepalang ajar Bagai bunga kembang tak jadi.” Kembali surutlah dahulu, terbit malu di si Umbuik, peluh bagai anai sungai, mengalir ke tulang punggung, muka merah-merah padam, nafas sebesar-besar gajah, lalu berkata si Umbuik Mudo, “Duhai guru denai, berilah ampun banyak-banyak, denai pulanglah dahulu, tiada guna Denai di sini. Tiada alu sebesar ini Alu tertumbuk pada tebing Jika tertumbuk di pandan Bisa ditanami tebu; Tiada malu sebesar ini Malu tertumbuk di kening Jika tertumbuk di badan Bisa ditutup dengan baju.” Berkemas Si Umbuik Mudo, bersiap Ia segera, turun Ia ke tangga, lalu berkata guru si Umbuik, “Nantilah Buyung pulang, nantilah Buyung berbalik, nantikan usai helat ini, minum makan lah dahulu.” Menjawab Si Umbuik Mudo, “Beri maaf banyak-banyak, 23