Halaman:Si Umbuik Mudo.pdf/64

Halaman ini belum diuji baca

Bahagia yang tiada terkira, baju di badan berturai-turai, sarung sudah bersimpang-simpang, rambut sudah awut-awutan, setiap orang yang melihat, besar kecil tua muda, habis tercengang semuanya, habis tertawa semuanya, melihat tingkah amai si Umbuik. Melihat laku perangainya, banyaklah orang yang bertanya, seorangpun tak diacuhkannya, entah terdengar entah tidak, ia terus berlari saja, sambil menjujung perupuk itu. Setelah lama berlari, sampailah ia di halaman, langsung naik ke atas rumah, bertanya si Umbuik Mudo, “Duhai Amai kata denai, dapatkah yang Denai katakan, adakah yang Amai cari?” Menjawab amai si Umbuik, dengan nafas yang terengahengah, berkata terputus-putus, karena lelah berlari-lari. “Oi Buyung si Umbuik Mudo, jika itu yang buyung tanyakan, jika itu yang buyung sebut, cemas mati badan denai, hampir kita tidak bertemu. Memukat tentang teluk kosong Kenalah anak maco aji; Kalau bukan Allah yang menolong Haram sampai ke tanah tepi Lihat di anak pakaian Amai, habis semua bertirai-tirai, habis semua compang camping, sudah tidak berbentuk lagi, berebut-rebut dengan kala, tarik menarik dengan ikan, hela menghela dengan naga, sebab untung pemberian Allah, dapatlah perupuk itu. Kononlah si Umbuik Mudo, begitu melihat perupuk itu, bahagia sungguh tak terkira, langsung dibawa masuk bilik, dirautnya perupuk itu, telah selesai Ia meraut, bertanya amai pada si Umbuik, “Buyung, apakah yang Buyung buat, apakah yang Buyung kerjakan. Buyung, sedang apa saat ini?” Menjawab Si Umbuik Mudo, “Jika itu yang Amai tanyakan, denai sedang membuat puput, jika malu bisa dibangkit, jika malu 53