Halaman:Si Umbuik Mudo.pdf/88

Halaman ini belum diuji baca

Telah sebentar Ia bermenung, memandang Ia hilir mudik, melihat kira dan kanan, nampaklah enau sebatang, berlari-lari Ia ke sana, ditebangnya enau itu seketika, diambil umbutnya sekalian, diukur tinggi si Galang, umbut itu sudah diambil. Berkata bapak si Galang, “Pencarian yang sekali ini, tidak akan salah lagi,” lalu dipikul dibawa pulang, berjalan bergegas-gegas, dengan nafas kembang kempis, peluhnya menganak sungai, mangalir ke tulang punggung, karena beratnya umbut itu. Sesampainya di halaman, diletakkan di bawah lumbung, lalu naik ke atas rumah, berkata bapak si Galang, “Oi Upik Puti Galang Banyak, upik bangunlah bangun, itulah umbut sudah dapat, yang sama besar dengan anak, dibawa dari Kampuang Tibarau, itu yang tegak di halaman, tinjaulah ke pintu besar, lihatlah ke bawah lumbung.” Kononlah si Galang Banyak, begitu mendengar umbut dapat, langsung hilang sakitnya, berdiri Ia ke pintu besar, meninjau sambil ke halaman, melihat ke kiri dan kanan, tersesat pandang ke bawah lumbung, nampaklah umbut enau, jatuh berderai air mata, sesaklah dada memikirkannya, berbalik ke tempat tidur, keluh kesah si Galang Banyak, sakit bertambah berat jua, rasa kan terbang yang berkata, lalu berpantun beribarat, “Kayu kelat tumbuh di tanah Berurat bertunas tidak; Obat jauh penyakit parah Bertawar selilir tidak” Entah harus bagaimana, hilang sudah akal bapaknya, habis sudah tenggang dan akal, melihat si Galang Banyak, duduk termenung seketika, menangis terisak-isak, hati rusuh bercampur iba, badan jerih berguna tidak. Sesaat sudah menangis, teringat akan sesuatu, dipanggilnya amai si Galang Banyak, “Sekarang beginilah, coba tanya pada anak, apa benar kehendak si Galang, coba beli lah mulutnya, 77