Halaman:Si Umbuik Mudo.pdf/90

Halaman ini belum diuji baca

tunaikan sungguh-sungguh, kalau denai diharapkan, tidak dapat yang sebenarnya, hilang sudah akal denai, sempit sudah pikiran denai, entah mungkin pada adik, Ia mau mengatakan, Ia mau mengungkapkan.” Akan hal amai si Galang, orang cerdik dan bijaksana, berkata sambil menangis, menangis terisak-isak, menghempas-hempaskan badan, melecut-lecutkan tangan, berguling-guling di lantai. “Duhai Upik Puti Galang Banyak, katakanlah sungguhsungguh, usah anak berahasia, usah anak simpan-simpan, apa benarkah yang sakit, apa obat yang kan dicari, apa benar kehendak anak, denai meminta kata putus, katakan isi hati anak, jika tidak anak katakan, jika tidak anak jelaskan, denai amuk badan denai, agar senang hati anak.” Berlari Ia ke bilik dalam, dibuka pintu yang besar, diambil sebuah rencong, tajam yang bukan alang-alang, bisa yang bukan ulah-ulah, jejak ditikam mati jua, disintak rencong seketika, berlari ke tengah rumah, diletakkan di lehernya. Begitu nampak oleh si Galang Banyak, amainya akan mengamuk diri, cemaslah rasa hatinya, terbitlah takut seketika, menggadodoh12 Ia bangun, direbutnya rencong itu, dicampakkan ke halaman. Kononlah si Galang Banyak, telah sesak kira-kira, habis budi habis bicara, habis tenggang dan kelakar. “Sudah masak padi rang Saba Diambil untuk galu-galu Tidak boleh mengunyah lagi; Terdesak padang ke rimba Terhentak ruas ke buku Tidak dapat berpaling lagi. Hendak mengatakan hati berat, hendak membenarkan badan malu, tak dibenarkan amai mengamuk, dikatakan jua lah akhirnya. 12) Menggebu

79