Halaman:Siti Kalasun.pdf/14

Halaman ini telah diuji baca

BERTIMBANG TANDA

Diceritakan mande Saudah, anak kampung Pincuran Limo, sedang menganyam sumpit di halaman di bawah lumbung, ketika hari panas terik, sedang bulat bayang-bayang, sedang sepi orang di kampung, terdengar ayam berkokok, hati sedih, pikiran larut teringat nasib badan diri.

Mande Saudah memiliki anak dua pasang, mirip seperti anak balam, satu laki-laki dan satu perempuan, nan laki-laki bernama Sabarudin dan perempuan bernama Siti Nurani.

Di masa dahulunya, ia orang nan terpandang, berpiringpiring sawah, berpetak-petak ladang, karena ulah dua orang mamak, habis semua harta benda, dua orang mamak yang preman, suka menyabung ayam, suka berkoa, berdadu jangan disebut, segala permainan disukai.

Bermain untuk menang, kalau kalah ia menggadai, sawah ladang habis juga sapi dan kerbau, sawah berangsur habis juga, sekarang hanya tinggal, sepiring kecil saja, kolam dan kincir hilang pula, sekarang hidup membeli beras, menganyam sumpit siang malam, larut malam baru tidur, kalau tidur sudah berkurang, hidup bagaikan si induk ayam, jika tidak mengais tidak makan.

3