Halaman:Tao Teh King.pdf/363

Halaman ini tervalidasi

BOEKTI-BOEKTI DARI KASADERHANA'AN.


an dari orang jang mendjalanken Tao poen tida dirias dengen oedjar-oedjar bergoemilang jang sengadja diatoer begitoe indah soepaja siapa jang denger mendjadi kagoem. (Ajat 1-2).

Kabeneran beräda di mana-mana, boekan milik atawa monopolie dari satoe matjem peladjaran atawa agama sadja, seperti Sri Krishna bilang: „Dari segala djoeroesan orang bisa dateng padakoe.” Maka siapa mengenal Tao tida soeka bertengkar aken benerken pengartian sendiri dan tjelah pada orang jang toentoet laen peladjaran atawa agama. Siapa gemer berbantah dan maoe bawa betoelnja sendiri, tandanja ia tida mengenal itoe Kabeneran atawa Tao. (Ajat 3-4).

Djoega tida perloe terlaloe djedjel otak sama segala peladjaran dan atoeran jang roewet dan melilit-lilit, sebab itoe segala pengartian tiroean, jang dapet ditjangkok dari boeah pikiran laen orang, kasoedahannja tjoemah membikin boetek dan bingoeng pada ingetan sendiri, jang tida poenja tempat lagi boeat terima pada Tao, jang tjoemah bisa dimengarti sapenoehnja di dalem pikiran jang bersih, tenang dan terbebas dari segala matjem kapertjaja'an dan anggepan jang soedah karatan dan boeloekan, atawa bersifat kadoenia'an. Maka semingkin itoe orang anggep dan banggain dirinja mempoenjai banjak pengataoean dan peladjaran, semingkin soeker boeat ia mengenal dan mengarti Tao. (Ajat 5-6).

Itoe orang boediman, jang soedah bisa bersatoe dengen Tao, aken kailangan sifatnja iapoenja sang diri jang terpisah, hanja bersatoedengen segala apa, serta tida sedikit poen mempoenjai rasa kouwkati, hingga tida perloe ia

347