Halaman:Tao Teh King.pdf/364

Halaman ini tervalidasi

TAO TEH KING.


koempoelin kakaja'an, baek beroepa harta doenia, maoe poen nama bagoes dan kapoedjian, hanja lebih soeka membikin oentoeng laen-laen orang dari-pada kedjer apa-apa oentoek dirinja sendiri, kerna semingkin banjak ia menoeloeng dan mengasih pada sasamanja, iapoenja kouwkati djadi semingkin linjap, dan berbareng dengen moesnanja iapoenja sang diri jang terpisah, semingkin rapet ia borsatoe pada samoea, hingga ia boleh bilang, segala apa jang ada dalem doenia mendjadi kapoenja'annja, sebab ia tida aken merasain karoegian dan kailangan apa-apa lagi. Harta besar — bisa moesna; kakoeasaan — bisa terdjoengkel; kamoelia'an — bisa goerem; segala apa jang orang bilang „akoe poenja”, aken mendjadi linjap, terkadang dengen satjara menjedihken. Maka saorang jang mengenal Tao, jang lepas dan lempar pergi itoe rasa kamilikan, aken terbebas dari segala gontjangan jang mendjadi soember dari manoesia poenja katjilaka'an dan kadoeka'an — ia mendjadi saorang jang paling hartawan, paling berkoeasa, paling moelia, paling kekel dalem kaberoentoengannja, sebab tida ada ganggoean atawa gontjangan doenia bisa pengaroehin pada dirinja. (Ajat 7-9).

Itoe Wet dari Kabeneran telah melipoeti segala apa dengen diam-diam, memberi kaoentoengan pada samoea jang mengarti dan bisa terima, dan tida perna mengganggoe atawa menjilakain pada siapa djoega. Kaloe toch banjak manoesia masih moesti tanggoeng sangsara teroes-meneroes, itoelah ada dari lantaran marika maoe tjoba hidoep terpisah dari Tao, bertentangan sama itoe Wet Kabeneran, jaitoe tjoba oetamain dirinja sendiri, dengen pegang, koem-

348