Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/182

Halaman ini tervalidasi

182

Saja ingat lagi waktoe hari lébaran, ia membeli kain jang mahal begitoe; kain itoe diberikannja sendiri.

Pendéknja tjeritera, Ani, enam boelan kemoedian dari pada itoe, saja kawin . . . . . . . . . . . .- ja, demikianlah sangkakoe pada waktoe itoe — . . . . . . . . . saja dipiara toean jang moeda itoe. Apa sebabnja orang toeankoe mengizinkan sahadja, tiadalah koeketahoei dengan sebenarnja. Ada jang berkata, meréka itoe dipoedjoek toean dan ada poela jang menjeboetkan, toean itoe mengantjam orang toeakoe. Orang toeakoe takoet karena toean itoe berkoeasa djoega dikeboen itoe. Jang saja dengar dari pertjakapan meréka itoe sedang doedoek bersama-sama dengan mak dan bapak. Bapak toendoek sebagai orang bermoesoeh hati, dan saja mendengar mak tersedoe-sedoe. Ia menangis tetapi soearanja ditahaninja. Meréka itoe bertiga tiada tahoe bahwa saja soedah datang. Hatikoe berdebar melihat hal itoe. Toean itoe berkata: „Mak djangan koeatir. tentang anak mak, nanti saja piara dia baik2”. Hatikoe bertambah gemetar mendengar perkataan itoe, karena soenggoehpoen saja masih bodoh, pada waktoe itoe saja mengarti benar bahwa sajalah jang diminta toean itoe. Saja poen mengartilah sekalian maksoed kain pemberian dan keramahannja itoe. Mak menjahoet de-