Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/184

Halaman ini tervalidasi

184

dan amat menjalahkan kehidoepan bersama-sama antara laki dan perempoean jang tiada diikat perkawinan. Akan tetapi soenggoehpoen demikian ke’aiban jang seroepa itoe terlaloe amat banjak berkeliling kita, sehingga kebiasaan jang demikian itoe mendjadi adat, meskipoen dia meroesakkan kehormatan dan kesedjahteraan pihak perempoean.

„Kalau tiada sanggoep kawin, piara njai sadja”. Perkataan jang seroepa itoe sering kedengaran dari orang moeda-moeda. Meréka itoe tiada merasa kehinaan jang demikian itoe. Sebaliknja adalah meréka memandang dia 'adat jang baik, sehingga kadang-kadang meréka itoe tiada kawin lagi. Barang jang indah dan moelia, jang menjempoernakan boedi dan kemanoesiaan, dalam perkawinan itoe soedah lepas dari mata meréka itoe. Adalah arti perkawinan jang diatoerkan Toehan toe tiada lebih tinggi lagi dari pada hal itoe ditenga-tengah chéwan.

Péhak perempoean jang merasa keboeroekan itoe, tiada berdaja akan melawan dia, karena adalah meréka itoe mempoenjai hak jang koerang dan tenaga jang tanggoeng. Dalam hal itoe adalah laki-laki itoe lebih dari dia, lebih dalam kekoeatan, lebih dalam tadjam pikiran. Kelebihan — jang diberikan Toehan — inilah jang dipakai meréka itoe menindis perempoean. Sedang maksoed