Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/215

Halaman ini tervalidasi

215

matahari soedah menerangi pagi jang sedjoek itoe, Anak moeda kaja itoe masih tidoer lelap karena ia lambat poelang keroemah. Poekoel tiga malam baharoelah ia tiba diroemah. Jan Sin, sahabatnja itoe masih tinggal lagi sebentar diroemahnja akan membitjarakan apa jang dilakoekan meréka itoe bésok malam. Sesoedah sahabatnja itoe pegi, beloem dapat ia tidoer. Gambar jang dimédja itoe meriboetkan hatinja poela. Ia berdjalan berkeliling-keliling dalam kamarnja itoe serta dengan doekatjitanja. Kemoedian ia berkata: „Benar akoe bodoh. Apakah faédahnja akoe bersoesah hati. Baiklah akoe tidoer.”

Akan tetapi ia tidoer itoe, koeranglah lelapnja karena perasaannja panas, oléh sebab ia makan dan minoem terlampau banjak. Alat pentjernaanja beroléh pekerdjaan jang berat. Itoelah jang menjebabkan perasaannja jang panas itoe dan tidoer gelisah.

Djalan besar itoe makin ramai. Kenderaanpoen jang laloe lintas bertambah banjak. Tek Lie poen bangoenlah dari pada tidoernja. Ia merasa badannja lesoe dan ia bergerak lambat serta malas. Perlahan-lahan berdjalan ia memboeka djendéla kamar itoe. Hawa jang sedjoek masoek menoekar hawa kamar jang panas itoe. Adalah perasaannja amat sedap menelan hawa jang sedjoek itoe. Sesoedah itoe ia poen menékan seboeah kantjing