Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/221

Halaman ini tervalidasi

221

„Apa........., maoe apa sama saja”, sahoet jang dipanggil itoe. Soearanja keras-keras dan bibirnja dikenjapnja.

„Ling, soedara kita datang bésok pagi”.

„Saja tidak pedoeli. Itoe boekan saja poenja perkara lagi.”

„Lin, beloemkah hatimoe.........”, berkata si laki sambil ia mendekati isterinja 'itoe perlahan-lahan.

„Pegi, ajo pegi......... maoe apa sama saja!”

Selama ini Hok Gwan pertjaja akan perkataan si Isa, perempoean kepertjajaannja, jang soedah bertahoen tahoen bekerdja pada dia. Pada sangkanja perkara itoe tá kan melarat dan hati isterinja jang marah itoe nanti akan tawar sendiri. Oléh karena itoe ia selama ini tinggal senang. Dengan senang ia makan tidoer, membatja soerat kabar, melantjong sebagai kebiasaannja.

Akan tetapi sekarang, sesoedah ia melihat. air moeka isterinja jang poetjat itoe, setelah ia mendengar soeara isterinja gemétar, baharoelah ia sekarang mengarti betapa kesoesahan jang ditanggoeng isterinja itoe. Merasalah ia pada waktoe ini bentjana jang terdjadi oleh perboeatannja itoe. Hatinja jang ringan itoe beroebahlah dan kasih sajangnja poen timboellah pada isterinja itoe. Ia sedih memandang moeka isterinja jang