Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/223

Halaman ini tervalidasi

223

Si iboe hendak berlari dari kamar itoe akan tetapi kakinja tiada koeat lagi. Ia mendjatoehkan badannja kekoersi jang dekat médja itoe.

Moeka si soeami menoendjoekkan doekatjita jangjang amat besar karena ia telah poetoes asa. Matanja penoeh dengan air mata.

„Lin", katanja serta ia tersedoe- sedoe," kenangkan apalah kranja anak kita jang lima itoe. Saja sesat, saja mengakoe salah. Tetapi anak kita itoe tiadalah bersalah. Sampaikah djoega hatimoe meninggalkan saja Lin.........ampoenilah kesalahankoe itoe."

Si iboe poen menghadap soeaminja seraja ia menjahoet:

„Anak jang lima itoe? Saja tiada........."

Hok Gwan menghampiri isterinja itoe hendak memeloek tangannja. Akan tetapi isterinja itoe menarik tangannja dengan perkataan: „Ajo djaoeh, kalau tidak saja keloear dari kamar ini."

Si laki moendoer. Ia takoet isterinja itoe bertambah goesar.

„Anak jang lima itoe", kata si iboe meneroeskan perkataannja. „Mémang meréka itoelah jang koelahirkan, koepelihara dari dahoeloe sampai sekarang. Keselamatan merèka itoelah jang selaloe koepikirkan. Sekarang apa jang moesti koelakoekan? Menarik meréka itoe dari tangan bapaknja, atau membiarkan anak itoe bersama-sama dengan