Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/225

Halaman ini tervalidasi

225

Pada waktoe itoe seorang anak pegi bermain-main kekamar jang lain. Ia djatoeh laloe menangis.

Si iboe mendengar anak itoe menangis. Kemarahan jang terbajang pada air moekanja beroebah sebentar itoe djoega. Ia pergi mendapatkan anak jang djatoeh itoe. Dipeloeknja dan ditjioemnja anak itoe. Setelah anak itoe diam, maka iboenja poen menjoeroeh dia pergi bermain-main bersama- sama saudaranja.

„Anakkoe itoe”, berkata Hok Gwan dalam hatinja„ „masih disajanginja. Meskipoen ia bentji kepada saja, akan tetapi soeatoe poen tiada koerang tjintanja kapa anak jang lima itoe. Tetapi tiadalah maoe ia mema'afkan perboeatankoe itoe, kalau ia hendak memeliharakan anak itoe benar-benar.”

Isterinja datang kembali kekamar itoe. Ia melihat dia soedah bertoekar. „Barangkali hatinja soedah tawar, baiklah koeberaniï”, pikir si bapak. Maka ia poen menghampiri isterinja seraja berkata:

„Lin kalau kau tiada menaroeh kasihan melihat hatikoe jang soesah itoe, engkau haroes mengampoeni kelakoeankoe itoe, meskipoen tiada oentoek saja, tetapi oentoek anak kita jang lima itoe. Boekankah kita 'berdoea sama-sama sajang pada meréka itoe dan kita berdoealah bapak dan iboe jang memelihara méreka itoe.”

„Mémang meréka itoe sahadjalah jang koepe-