Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/248

Halaman ini tervalidasi

248

„Haroes ditolak, karena ia soedah kenjang.”

„Lie, djanganlah kita bergoerau. Tjobalah pikir dahoeloe benar-benar. Rasaï dahoeloe jang koerasaï dan saja djangan bandingkan dengan engkau sendiri.”

„Kalau koepikir benar-benar, hatikoe bimbang. Meskipoen perboeatanmoe itoe kedji tetapi. . . . . .ja, saja soenggoeh tidak mengerti. Tá dapat dia koepikirkan. Gwan soedah beristeri dan soedah lima orang anak. Soedah tentoe engkau tiada pantas berboeat demikian. Hatimoe berahi? Baik. Tetapi bila engkau ingat benar-benar, bahwa Gwan telah mempoenjai anak dan isteri, tentoe Gwan dapat menahan keberahian itoe, serta mendjaoehkan segala perkara jang demikian itoe. Akan tetapi kebanjakan orang, apabila angin hawa nafsoenja menghemboes, ia poen menoeroet sahadja. Pada moelanja kalau ia maoe betoel-betoel, ia dapat melawannja. Tetapi ia selaloe menoeroet. Sebagaimana kekoeatan jang ada dalam bagi-bagian badan kita, demikian djoega dengan kekoeatan jang ada dalam roepa-roepa pekerdjaan hati kita. Orang jang banjak mendjindjing barang, tangannja bertambah koeat. Koeli si pemikoel beroléh bahoe jang tegap. Demikian djoega halnja dengan kekoeatan hati. Siapa jang memikiri dan memperhatikan jang dilihatnja, lama-lama pikirannja bertambah tadjam. Orang peloepa jang beroesaha