Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/249

Halaman ini tervalidasi

249

selaloe mengingati apa jang haroes di-ingatnja, lama-lama ia merasa, bahwa peringatannja makin koeat dan tahan. Hawa nafsoe itoe poen tiada oebahnja. Bila hawa nafsoe terbit dalam hati kita - hawa nafsoe itoe ja’ni kekoeatan jang terbit dalam hati kita, kekoeatan jang menjoeroeh kita berboeat soeatoe pekerdjaan atau menjebabkan soeatoe hal, biasanja jang tiada baik — dan kita selaloe menoeroet dia, maka kekoeatan itoe poen bertambah-tambah keras. Sebaliknja kekoeatan kita akan melawan dia bertambah koerang. Achir-achirnja kita lemah tiada berdaja lagi, sedang kekoeatan nafsoe tiada terkira lagi. Dalam hal jang demikian dialah jang memerintahkan kita dan kita mendjadi boedaknja.

Kalau kita bertanja orang jang demikian itoe, ia selaloe mendjawab: „Ja, bagaimana saja boeat, saja tiada dapat menahan dia.” Kalau ia berkata demikian, pada sangkanja ia tiada bersalah lagi. Kalau ia insaf akan dirinja, kalau ia mentjahari kesalahan itoe pada dirinja sendiri dan ia soeka beroesaha soenggoeh-soenggoeh akan memperbaiki dirinja, tentoe lambat laoen ia berobah dari pada tabi’at jang boeroek itoe.”

Hok Gwan termenoeng mendengar perkataan sahabatnja itoe. Ia mengerti dan merasa bahwa sahabatnja itoe berkata benar. Tetapi ia mempoenjai tabi’at jang gandjil. Meskipoen ia berasa