Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/266

Halaman ini tervalidasi

266

„Goeroe saja sakit. Itoelah sebabnja saja menjoeroeh Lie datang.”

„Kalau saja datang diroemah, tentoe lebih baik. Lagi hari ini dingin. Boléh djadi kau sakit, kalau lama tinggal diloear. Adakah orang toea Noni melarang saja datang diroemah?”

„Boekan. Pikiran sahaja tahadi begini. Saja ada témpo boeat keloear. Baiklah ia koesoeroeh datang, soepaja kami sama-sama pesiar.”

„Noni, bagaimanakah kesoedahannja perkataan anak dari Singapoere itoe? Tiadakah pernah orang toeamoe melawan engkau bermoepakat?”

„Beloem. Perkataan itoe koedengar dari mak. Ia bertanja pikirankoe. Djawabkoe tiada pandjang. Sebagai saja hidoep, tá kan maoe saja kawin dengan orang itoe. Iboekoe menggojangkan kepalanja. Saja tahoe 'adat bapak. Ia berhati satoe dan ia tiada soeka dilawan perkataannja. Entah bagaimana djadinja, Allah jang ma'loem. Pikirankoe soedan tetap, tiada akan dapat dipoesing-poesing.

„Dan bagaimanakah pikiran Lie?”

Anak moeda itoe termenoeng.

„Ja, mémang perkara itoe amat soekar. Kalau Lie merasa terlaloe berat dan pikiranmoe bertoekar, koeserahkan atasmoe sendiri. Kakanda bébas; saja poen lepas melakoekan poetoesan pikiran koe. Akan tetapi bagikoe, soedahlah tetap jang akan koeperboeat. Seorang poen tá dapat mengoe-