Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/269

Halaman ini tervalidasi

269

Ia mendjawab pertanjaannja itoe:„Sekaliannja, badan dan dirinja, njawa dan djiwanja, koentjintai. Semoeanja koeingini, haroes terserah padakoe. Dan akoepoen terserah semoeanja kepada dia.”

Sedang ia berpikir demikian itoe, ia merapatkan badannja dengan kekasihnja itoe, seolah-olah ia hendak menjatoekan badannja dengan diri ketjintaannja itoe.

„Apakah jang engkau pikirkan?” bertanja anak gadis itoe.

„Tiada lain dari pada adinda.”

Anak dara itoe mengeloeh seraja bertanja: „Poekoel berapakah sekarang?”

Jang ditanja itoe poen mengeloeh poela seraja berkata: „Baiklah kita poelang.”

Keréta itoe berpaling dan berdjalan perlahan-lahan melaloei djalan jang soedah dilaloei meréka itoe.

Boelan toedjoe hari itoe bertambah moeram tjahajanja, karena awan jang hitam itoe semangkin tebal. Daoen-daoen jang melindungi djalan itoe toendoek kebawah, karena malam itoe dingin benar, sedang angin poen tiada menghemboes. Lengang serta soenji nampaknja djalan M. jang pandjang itoe.

„Sedih perasaankoe melihat malam ini”, kata anak dara itoe.