Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/290

Halaman ini tervalidasi

290

baharoelah kita dapat mengetjap kesenangan jang kekal selama-lamanja.

Hari soedah petang. Si Ani poelang lebih lekas dari pada jang biasa. Ia membawa makanan jang énak-énak, pemberian njonja itoe oentoek sahabatnja jang sakit itoe.

Si sakit tiada memakan makanan itoe. Ia bertanja sahadja, atau si Ani dapat izin tinggal diroemah. Anak dara itoe mengiakan pertanjaan itoe.

„Sjoekoer, karena inilah jang penghabisan kita bersama-sama”, djawab si sakit.

Moekanja poetjat, tiada bertjahaja lagi. Matanja soedah malap benar, sebagai dian jang hendak padam karena kehabisan minjak. Semalam- malaman itoe matanja tertoetoep, tetapi ia boekan tidoer. Ia tá batoek lagi, hanjalah badannja panas benar, ja'ni panas jang penghabisan, soepaja ia dingin oentoek selama-lamanja.

Sebagai iboe jang setia mendjagai anak jang sakit, demikianlah anak dara itoe doedoek ditepi tempat tidoer Soerdjima semalam-malaman itoe.

Hari soedah siang. Matahari soedah memantjoerkan panas dan terang kemoeka boemi. Akan tetapi orang sakit itoe beloem memboeka matanja.

Si Ani merasa tangan si sakit, ia takoet kalau-kalau njawanja soedah tá ada lagi. Tangan jang panas itoe ditjioemnja beroelang-oelang.