Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/62

Halaman ini tervalidasi

BAB JANG KADOEA.

12 Juni 1921.

„Malam ini mesti saja pegi. Tinggal lama disini tiadalah dapat koetahan lagi. Kemanakah saja memebawa oentoengkoe?”

Demikianlah Ani berkata dalam hatinja, sambil ia bersimpan kain dan badjoenja selembar. Ia mengambil oeang gadjinja dari bawah tikar tempat tidoernja. Dihitoengnja mata oeang itoe satoe-satoe takoet ia kalau-kalau ada jang ketinggalan. Sebelas perak, gadji doea boelan. Seroepiah ditahan njoja jang kaja itoe, sebaba seboeah gelas petjah waktoe ia mentjoetji piring-piring. Sebenarnja boekan ia jang salah. Gelas itoe terbalik tersintoeh oleh ajam. Akan tetapi apa poen katanja tiadalah soeatoe pertolongannja, gadjinja mesti dipotong. Atoerannja ia mesti membilang terima kasih lagi, karena harga gelas jang baroe ta koerang tiga soekoe.

Dengan hati-hati wang itoe diboengkoesnja dengan setjarik kain laloe dimasoekkannja kedalam simpoelan saroengnja. Disitoelah tempat jang seaman-amannja bagai wang itoe, gadji jang diper-