Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/88

Halaman ini tervalidasi

88

si Ani doedoek tepekoer diatas balai-balai diroesoek roemah itoe. Seorang poen tak ada jang mengadjak dia makan itoe. Soerdjima — demikianlah nama perempoean jang berlakoe ramah kepada dia — beloem poelang sampai sekarang. Ia berkata tahadi kepada si Ani, bahwa ia pergi sebentar. „Kalau saja balik”, katanja waktoe hendak berangkat, „nanti kita sama-sama makan barang apa jang koeperoléh. Baik-baiklah Ani Ani tinggal disini.”

Si Ani heran melihat kelakoean segala perempoean jang diroemah, masing-masing berboeat soekanja dan seorang poen tak ada jang: mengatjoehkan dia. Memikirkan boedi Soerdjima poen ia héran poela. Karena tjoema ia sendirilah jang baik pada dia. Melihat moeka jang ramah itoe dan mata jang memandang dengan tenaganja itoe, hatinja tertarik oleh perempoean itoe. Adalah perasaannja melihat Soerdjima itoe sebagai memandang iboenja. Ia héran akan perasaannja, sedang ia beloem berapa lama tjampoer gaoel dengan perempoean ini.

Matahari itoe makin tinggi dan oedara itoe poen makin panas. Perempoean jang diroemah masing-masing mentjahari tempat tidoernja. Ada jang menjanjikan lagoe jang sedih-sedih, ada poela jang bersandau-goerau. Makin lama makin