Halaman:Tjinta dan Hawa Nafsoe.pdf/89

Halaman ini tervalidasi

89

koerang ramainja, karena meréka itoe tidoer njenjak poela. Roepanja tadi malamnja mereka itoe koerang tidoer.

Si Ani doedoek termenoeng dengan sendirinja. Ia menoenggoe-noenggoe poelang sahabatnja itoe. Meskipoen ia beloem lapar, amatlah inginlah melihat perempoean jang menaroeh hati bagi dia itoe.

„Ani doedoek sendiri disini. Saja lama baroe poelang, ditengah djalan saja bertemoe dengan sahabatkoe, Ia bertanja ini dan itoe, karena telah lama saja bertjerai dengan dia. Lima tahoen soedah”, kata Soerdjima dengan moeka jang ramah, sambil ia mengadjak si Ani bersama-sama masoek kedalam roemah itoe. Ia baharoe datang dan pada tangannja ada makanan terboengkoes dalam daoen pisang.

„Djanganlah kau bersoesah hati, selagi kita séhat, tak akan kita mati kelaparan di Betawi ini. Bagai orang jang maoe kerdja, tiada koerang rezeki didoenia ini.”

Sambil Soerdjima memboeka boengkoesan itoe diatas médja, ia menghiboerkan hati si Ani. Mereka poen makanlah bersama-sama. Nasi doea boengkoes dan ikan kering doea potong. Setelah habis makan, maka, Soerdjima poen berkemaslah akan pergi. Ia melihat moeka anak