Buku Praktis Bahasa Indonesia 1/Lain-lain: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 46:
==Bersikap Positif terhadap Bahasa Indonesia==
Di dalam banyak kesempatan, terutama
Pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah dan dengan situasinya adalah salah satu sikap positif. Hal itu terjadi jika orang tidak asal jadi dalam berbahasa. Seandainya untuk keperluan resmi pun orang menganggap bahwa dalam berbahasa itu yang terpenting ialah asal kawan bicara dapat menangkap maksud pembicara, dapat diaktakan bahwa orang itu tidak bersika positif.
Orang yang melakukan kesalahan tidak dengan sendiriny berarti yang bersangkutan tidak bersikap positif. Sikap tidak positif terbentuk
jika orang tahu atau sudah diberi tahu bahwa ia telah melaakukan kesalahan, tetapi enggan berusaha memperbaikinya. Orang yang kurang terampil berbahasa dapat menunjukkan sikap positif jika ia belajar dari kesalahan, memperhati-kan saran, petunjuk, atau pendapat orang yang ahli; serta mengupayakan perbaikan pemakaian bahasanya. Jika itu dilakukan, orang akan tahu letak kesalahan pada kalimat berikut ini.
Kalimat berikut ini dapat digunakan untuk mengganti ketiga kalimat di atas.
Jika orang hendak berbahasa secara baik, kadang-kadang tidak hanya tata kalimat yang harus diperhatikan, tetapi juga bentuk kata. Ada bentuk kata yang sebetulnya salah, tetapi terpakai secara luas. Jika upaya pembetulannya dapat dilakukan, orang yang bersikap mengutamakan kecermatan berbahasa tentu akan melakukan hal itu. Kata ''dilola, mengetrapkan,'' dan ''mengenyampingkan'' dibentuk secara salah. Bentuk yang benar adalah ''dikelola, menerapkan, ''dan ''mengesampingkan.''
Upaya penambahaan kata "baru" – hasil pemunculan kata yang sudah lama tidak terpakai atau hasil ciptaan baru sama sekali – juga tidak perlu ditentang. Upaya seperti itu juga bermanfaat untuk menjadikan bahasa Indonesia mampu mengungkapkan berbagai konsep di bidang apa pun. Hasilnya mungkin tidak selalu relevan dengan kepentingan berbahasa orang seorang. Orang tidak diharuskan meneriama atau memakai kata baru jika kata itu tidak bermanfaat bagi kegiatannya sehari-hari. Akan tetapi, orang yang ingin terampil berbahasa dapat menerimanya dengan sikap yang kritis. Artinya, kata baru itu tidak digunakan sekedar menggunakan mode, tetapi dipakai secara efektif. Kata canggih, misalnya, begitu populer akhir-akhir iin sehingga apa saja yang indah dan menarik disebut ''canggih''. Padahal kata itu seharusnya digunakan untuk mengungkapkan hal yang rumit, modern dan mencermin-kan hasil pemikiran yang cemerlang. Demikian
Sikap positif juga dapat ditunjukkan lewat pemakain bahasa yang
Persoalannya sekarang ialah bagaimana kita dapat memprioritaskan pemilihan bahasa yang sesuai dengan keperluan itu. Sering kita lihat bahwa keinginan untuk berkomunikasi dengan sebanyak-banyak orang – baik orang Indonesia maupun orang asing sekaligus – menempatkan bahasa Indonesia pada urutan kedua atau bahkan pada urutan yang dapat diabaikan sama sekali. Akibatnya, jika kita harus membuat pemberitahuan atau yang sejenisnya, bahasa asinglah yang dipakai. Masih lebih baik jika bahasa Indonesianya disajikan juga.
Jika ternyata kita akan berhubungan dengan orang asing dan sekaligus dengan orang Indonesia, kita dapat menempatkan bahasa Indonesia terlebih dahulu; baru kemudian disajikan juga bahasa asingnya. Jika ternyata kita tidak dapat mengharapkan orang asing berurusan dengan kita – dengan kata lain, kita hanya berhadapan dengan orang Indonesia saja – apa salahnya jika kita hanya berbahasa
Indonesia. Contohnya, sebuah balai rias atau yang dikenal dengan istilah salon di pinggiran kota yang amat jarang dilewati orang asing, tentulah tidak pada tempatnya memasang tulisan ''Bla Bla Salon For Ladies and Gents,'' serta tulisan ''open'' di pintunya. Demikian juga pada kemasan hasil produksi dalam negeri yang konsumennya sebagian besar dapat dipastikan orang asing. Jika itu dianggap perlu sebagai ungkapan keinginan kita untuk menghargai dan menyapa bangsa sendiri, gunakanlah bahasa Indonesia di samping bahasa asing itu.
Kecenderungan untuk menggunakan bahasa asing seperti di atas kadang-kadang juga didorong oleh keinginan bergagah-gagahan dan memberi kesan tahu akan bahasa asing. Akan tetapi, tidak jarang justru terjadi kesalahan yang memalukan. Di sebuah gerobak yang dipakai untuk membuka jasa cetak foto terpampang tulisan ''pasfhoto kilat''; di sebelahnya lagi ada bengkel bertuliskan ''revarasi motor'' dan ''serfise''; di sebelahnya lagi ada tulisan fotocopy. Ini adalah bahasa gado-gado. Sebetulnya, jika kata serapan itu akan dipakai, kita dapat menuliskan secara bersahaja dan benar: ''pasfoto kilat'', ''reparasi motor'' dan ''servis,'' dan ''fotokopi.''
Itulah beberapa hal yang dapat menunjukkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia,
|