Azab dan Sengsara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95 (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi '{{rapikan}} == WAKTU SENJA == Hari yang panas itu berangsur-angsur menjadi dingin, karena matahari, raja siang itu, akan masuk ke dalam peraduannya, ke balik Gunung Sibua...'
 
Kenrick95 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{rapikan}}
== WAKTU SENJA ==
Hari yang panas itu berangsur-angsur menjadi dingin, karena matahari,
Baris 18 ⟶ 17:
itu pun tiadalah ubahnya dengan lautan, sedang daun padi itu sebagai
air yang hijau rupanya.
 
Burung-burung pun beterbanganlah dari sana-sini, seraya berkumpul-
kumpul di atas cabang beringin-beringin yang berdaun rimbun;
Baris 28:
memperingatkan hamba Allah akan menyembah Dia dan mengucapkan
syukur sebab rahmatnya yang besar itu.
 
Jalan dan lorong makin sunyi, laki-laki sedang sembahyang magrib
dalam mesjid besar dan perempuan tengah bertanak hendak
Baris 42 ⟶ 43:
Apakah sebabnya ia sekian lama tak kulihat?" tanya perempuan itu berulang-
ulang dalam hatinya.
 
Siapakah perempuan itu? Sabarlah dahulu, nanti akan kita kenal
juga dia, meskipun ia tak mengenal kita.
 
Kota Sipirok kataku... akan tetapi janganlah pembaca membandingkan
negeri itu dengan Sibolga atau Padang. Tiadalah sampai
Baris 55 ⟶ 58:
bacalah "kampung Sipirok", supaya jangan menjadi percedaraan antara
kita.
 
Akan sekedar menjelaskan bagi pembaca letaknya Sipirok, baiklah
saya terangkan dia.
 
Kira-kira pada pertengahan Keresidenan Tapanuli (sebenarnya
Tapian na Uli artinya "Tepian yang elok". Tepian yang indah itu
Baris 71 ⟶ 76:
"Masih di sini kau rupanya, Riam," tanya seorang muda yang
menghampiri batu tempat duduk gadis itu.
 
Yang ditanya itu terkejut, seraya memandang kepada orang yang
datang itu. Ia terkejut, bukan karena suara itu tak dikenalnya, hanya
Baris 76 ⟶ 82:
masa yang lampau, tatkala ia masih kanak-kanak.
"Ah, rupanya hari sudah malam. Dari tadi saya menunggu-nunggu
angkang,"<nowiki>*)</nowki> sahut gadis itu seraya berdiri dari batu besar itu, yang
biasa tempat dia duduk pada waktu petang. "Marilah kita naik,
Angkang!"
<nowiki>*)</nowki> Angkang artinya kakak atau abang.
"Tak usah, Riam," jawab orang muda itu. "Saya datang ini hanya
hendak bersua dengan kau sebentar saja. Malam ini saya hendak pergi
Baris 108 ⟶ 114:
napasnya dan kelulah rasa lidahnya akan bercakap. Kemudian ia
pun mengeraskan hatinya, sambil ia menyapukan setangannya yang
basah oleh air matanya itu, ia pun berkata perlahan-lahan, "Anggi<nowiki>*)</nowki>
Riam! Beratlah rasanya hatiku akan berkata ini. Akan tetapi apa boleh
buat, lambat laun akan kauketahui juga, apalah gunanya kelengahlengahkan.
Baris 121 ⟶ 127:
mengandung kenang-kenangan akan bersama-sama dengan engkau,
akan tetapi barulah kuketahui, mustahillah rupanya saya mencapai
<nowiki>*)</nowki> Anggi artinya adik
maksudku, kalau tiada dengan jalan yang lain, yakni saya harus pergi
ke tanah lain akan mencari pekerjaan. Janganlah terkejut, jangan
Baris 415 ⟶ 421:
itu makin kencang dan kilat pun berturut-turut diiringi halilintar yang
gemuruh, sebagai gunung runtuh lakunya.
 
Dalam rumah kecil yang tersebut sudah sunyi, karena semua sudah
diam, masing-masing tidur dengan nyenyaknya. Hanyalah lampu kecil
Baris 420 ⟶ 427:
yang suram itu mencoba-coba melawan dan mengusir kekuatan dewi
malam yang memerintahkan alam ini.
 
2.== TALI PERSAHABATAN DAN PERKAUMAN ==
Sekarang baiklah kita tinggalkan rumah kecil tempat kediaman ibu dan
anaknya itu; kita biarkan mereka tidur dengan senangnya, karena tidur
Baris 447 ⟶ 455:
Ayah Aminu'ddin bolehlah dikatakan seorang kepala kampung yang
terkenal di antero luhak Sipirok. Harta bendanya amatlah banyaknya,
dan kerbau lembunya pun cukup di Padang Lawas<nowiki>*)</nowki>, apalagi sawahnya
berlungguk-lungguk*<nowiki>*)</nowki>, sehingga harga padi yang dijualnya tiap-tiap
tahun beratus-ratus rupiah, mana lagi hasil kebun kopi belum terhitung.
Adapun kekayaannya yang sederhana itu tiada sekali diperolehnya,
asalnya peninggalan orang tuanya juga; akan tetapi sebab rajinnya
berusaha, maka hartanya itu pun makin lama makin bertambah-tambah.
<nowiki>*)</nowki> Padang Lawas yaitu nama suatu luhak di Keresidenan Tapanuli.
Padang Lawas artinya padang yang luas; pekerjaan orang penduduk
negeri itu terutama beternak kerbau dan lembu, karena padang yang
Baris 459 ⟶ 467:
hewan yang dipelihara di situ, kebanyakan kepunyaan orang negeri
luaran.
<nowiki>*)</nowki> Belungguk-lungguk; selungguk artinya setumpuk sawah, yang
luasnya ± 1 km2.
Kekayaan yang sederhana itu, pangkat kepala kampung itu,
Baris 938 ⟶ 946:
"Bahaya apakah yang akan datang?" tanya anak gadis yang kecil itu
dalam hatinya, sedang kemasygulannya pun bertambah-tambahlah.
 
3.== BANJIR ==
Aminu'ddin mengetahui, bahwa Mariamin dalam ketakutan yang tiada
tentu, barangkali disebabkan hujan yang amat lebat itu serta melihat
Baris 1.389 ⟶ 1.398:
Ya, di belakang hari, bila ia sudah besar, tentu mengertilah ia akan
makna: "Utang mas dapat dibayar, utang budi dibawa mati".
 
4.== LAKI-ISTRI DAN ANAK-BERANAK ==
Sebelum kisah persahabatan Aminu'ddin dengan Mariamin diteruskan,
baiklah kita kembali dahulu sebentar kepada kematian Sutan Baringin
Baris 1.489 ⟶ 1.499:
saudaranya perempuan yang masih kecil. Sekarang timbullah pikiran
dalam hati ibunya hendak memperistrikan anaknya itu. Meskipun si
Tohir<nowiki>*)</nowki> menjadi anak muda, tetapi apa-apa keperluan orang yang
berumah tangga, belum diketahuinya. Ibunya berpikir, "Siapa tahu usia
manusia ini. Kalau anakku bagaimana-bagaimana di belakang hari dan
Baris 1.877 ⟶ 1.887:
kepadanya. Kadang-kadang adalah aku melupakan dia.
Pada waktu mudaku, aku pernah menanggung rindu kepada orang
yang acap kali datang bertandang<nowiki>*)</nowki> ke rumahku.
Ini aku sudah kawin dengan dia dan kami sudah sekian lama
bersama-sama. Tetapi sungguhpun demikian, tiadalah berapa cintaku
kepadanya. Ia, suamiku, kurang kucintai; orang muda pertandangku*<nowiki>*)</nowki>
kurindui. Sudah tentu aku berdosa kepada suamiku.
Akan tetapi apakah sebabnya itu, karena bukan kusengaja. Tiadalah
Baris 1.910 ⟶ 1.920:
Tapi suatu pun tiada faedahnya aku berkata-kata demikian, karena
perkawinan sudah lalu, tiadalah dapat diundurkan lagi; orang berumah
<nowiki>*)</nowki> "Martandang" bahasa Batak; dalam bahasa Melayu
"bertandang". Adapun arti semata perkataan "martandang"
itu, ialah mengunjungi orang, dengan maksud hendak
Baris 1.920 ⟶ 1.930:
Adat ini memudahkan bagi laki-laki akan mencari anak dari
yang disetujuinya menjadi istrinya.
<nowiki>*)</nowki> Pertandang, yaitu laki-laki yang mengunjungi perempuan, ke
rumah untuk berkenal-kenalan.
itu tiada sebagai berdayung, kalau ada barang yang mengalang biduk
Baris 2.004 ⟶ 2.014:
benarlah yang mendiami rumah ini."
Rumahnya besar dan bagus, sawah dan ladangnya lebar, harta
banyak, sedang bangsa pun cukup.<nowiki>*)</nowki> Jika ditilik demikian, tiadalah
suatu jua yang menyusahkan orang itu. Akan tetapi hal itu sekalian,
tiada lebih daripada tirai yang menghambati pemandangan saja. Bila
Baris 2.039 ⟶ 2.049:
terpaksalah istrinya menunggu-nunggu dia. Ia terpaksa, bukan dipaksa
orang, akan tetapi hatinyalah yang memaksa dia berbuat begitu.
<nowiki>*)</nowki> Sebagaimana sudah dikatakan pada permulaan cerita ini adalah ayah Sutan
Baringin orang kaya dan golongan orang bangsawan, karena dia masih
keturunan raja-raja di Sipirok, tapi sudah agak jauh. Tandanya ia bersuku
Baris 2.183 ⟶ 2.193:
itu ia pun menundukkan kepalanya lalu mencium dahi si jantung
hatinya itu berganti-ganti.
Matahari masih tersembunyi di balik dolok<nowiki>*)</nowki> Sipipisan yang permai
itu; binatang-binatang yang mendiami rimba belantara masih tidur
semuanya, akan tetapi ibu yang rajin dan setia itu, . telah sibuk di dapur
Baris 2.193 ⟶ 2.203:
halnya dengan ibu itu, amatlah berubah roman mukanya, karena kejadian
semalam itu.
<nowiki>*)</nowki> dolok = gunung
5.== JATUH MELARAT ==
"Ayah sudah datang, sajikanlah nasi itu Mak, saya pun sudah lapar,"
kata Mariamin, budak yang berusia tujuh tahun itu.
"Baik," jawab si ibu, lalu meletakkan tikar<nowiki>*)</nowki> yang tengah dianyamnya.
"Panggillah ayahmu, supaya kita bersama-sama makan. Ini sudah
hampir setengah delapan*<nowiki>*)</nowki>, nanti Riam terlambat datang ke sekolah."
Setelah itu Mariamin pun pergilah ke bawah, mendapatkan ayahnya.
Ibunya pergi ke kamar makan menyediakan makanan untuk mereka itu
Baris 2.225 ⟶ 2.235:
butir telur kepada seorang perempuan tua yang amat miskin.
Tempatnya ada sekira-kira sepal dari rumahnya.
<nowiki>*)</nowki> Meletakkan tikar yang tengah dianyamnya. Biasanya perempuan-perempuan di
kampung duduk bekerja, umpamanya menjahit, merenda; orang yang menganyam
tikar itu pun duduk juga. Kakinya diulurkannya ke muka, tikar yang dikerjakannya itu
Baris 2.232 ⟶ 2.242:
kadang-kadang sampai empat rupiah, karena amatlah perlunya bagi orang kampung.
Jamu duduk biasanya di atas tikar, akan tempat tidur pun dipakai juga.
*<nowiki>*)</nowki> Tempo dahulu sekolah rendah masuk pukul delapan.
Oleh sebab melalui jalan yang sejauh itulah, maka Mariamin jadi
lapar, sebagai katanya tadi. Pekerjaan itu, yakni mengantar-antarkan
Baris 2.324 ⟶ 2.334:
Di sini kakanda terimalah dengan senang hati kiriman
adinda yang tiada dengan sepertinya, yaitu sehelai kain Batu-
Bara <nowiki>*)</nowki>.
Kabar yang lain ada baik.
Salam dan takzim waltakrim,
Baris 2.350 ⟶ 2.360:
"Pergi ke kantor pos menerima pospaket kiriman adik kita dari
Binjai," sahut Sutan Baringin dengan ringkas.
<nowiki>*)</nowki> Kain Batu-Bara itu berasal dari negeri Batu-Bara. Kain ini
terkenal ke mana-mana, karena tenunannya halus dan
benangnya benang sutera; raginya pun amat indah-indah.
Baris 2.442 ⟶ 2.452:
"Ya, itulah dia!" jawab Sutan Baringin sambil mengerutkan
mukanya.
"Tentu mahal harganya kain ini. Rupanya tiadalah si Tongam<nowiki>*)</nowki>
melupakan kita. Setiap tahun kita selalu menerima kirimannya. Tahun
ini sudah dua kali, tetapi untukku sendiri belum sebuah juga dalam
Baris 2.480 ⟶ 2.490:
kiriman dari dia setiap tahun? Tiadalah patut kita menaruh bimbang
dan menyangkakan ia orang yang jahat. Sekalipun ia demikian,
<nowiki>*)</nowki> Si Tongam, nama kecil Baginda Mulia. Arti perkataan itu:
mulia (bahasa Batak). Biasanya nama pertama itu acap kali
bersamaan artinya dengan gelar.
Baris 2.719 ⟶ 2.729:
negeri-negeri lain begitu juga halnya. Bila tiada pekerjaannya yang
perlu, umpamanya habis menyabit padi, datanglah mereka itu berkumpul-
kumpul sekeliling pesanggrahan Sipirok<nowiki>*)</nowki>. Di situlah mereka
mendengar bagaimana kesudahan perkara-perkara orang yang
bermacam-macam. Pokrol-pokrol bambu mendengarkan orang bersoaljawab
Baris 2.727 ⟶ 2.737:
Sebagaimana kebiasaan, setelah orang yang beperkara sudah naik,
maka Asisten-Residen yang menjadi kepala pengadilan itu, memberi
<nowiki>*)</nowki> Pesanggrahan di Sipirok, yakni gedung besar, kebiasaan
tempat orang-orang Belanda bermalam, karena di sana tiada
hotel seperti di negeri ramai, Pesanggrahan yang di Sipirok itu
Baris 3.175 ⟶ 3.185:
menutupkan matanya. Arwahnya pun keluarlah meninggalkan jasadnya
(tubuh), karena badan itu hendak kembali kepada asalnya.
6.== MAKIN JAUH ==
Hal Ihwal penduduk rumah kecil yang di pinggir Sungai Sipirok itu
telah kita maklumi. Siapa Mariamin, siapa ayah bundanya, telah
Baris 3.427 ⟶ 3.437:
Kakanda, tiadalah dapat adinda menceritakan dalam waktu
yang tiga bulan ini; kadang-kadang adinda bertanya dalam hati
adinda sendiri, "Bagaimanakah hal Dangkang<nowiki>*)</nowki> Aminu'ddin
dalam perjalanan?" Bagaimana lamanya yang tiga bulan itu tak
tahu lagi adinda, karena pada perasaan adinda seolah-olah
Baris 3.456 ⟶ 3.466:
Salam takzim dari adinda,
MARIAMIN
<nowiki>*)</nowki> dangkang = angkang, kakak.
Sekali lagi Aminu'ddin mengulangi membaca surat kekasihnya itu.
Kemudian ia termenung sejurus lamanya, lalu dengan perlahan-lahan ia
Baris 3.541 ⟶ 3.551:
baiklah kita berhati-hati, karena mengambil jodoh anak itu tiada boleh
dipermudah-mudahkan. Kamu mengatakan Mariamin juga yang baik
menantu kita; kalau demikian baiklah kita pergi mendapatkan Datu<nowiki>*)</nowki>
Naserdung, akan bertanyakan untung dan rezeki Aminu'ddin, bila ia
beristrikan Mariamin. Datu itulah yang masyhur sekarang fasal hal
faal*<nowiki>*)</nowki>. Pekerjaan ini janganlah dilengahkan lagi. Kalau pertemuan
mereka itu tiada baik menurut faal, baiklah kita carikan yang lain."
Pada keesokan harinya pergilah kedua laki-istri itu membawa nasi
Baris 3.580 ⟶ 3.590:
ayah Aminu'ddin, yang akan menjadi bapaknya pula.
Sekalian telah teratur untuk perjalanan mendapatkan kakandanya
<nowiki>*)</nowki> Datu = Dukun
*<nowiki>*)</nowki> Faal = tenung
itu. Semua sedia dan teratur, tetapi yang ditunggu-tunggu tak juga
datang.
Baris 3.603 ⟶ 3.613:
berkata, "Cuma seorang sajalah yang kusetujui; rupanya pantas,
bangsanya cukup, akan tetapi kelakuannya belum kuketahui:"
"Apakah marganya?<nowiki>*)</nowki> Siapa orang tuanya?" tanya istrinya.
"Marganya Siregar, dan bapaknya kepala kampung. Kupikir baik
akan jadi menantu kita. Baiklah aku pergi ke sana. Sepanjang dugaanku
anak itu mungkin kita peroleh; tentang "boli" kita takkan mundur,"*<nowiki>*)</nowki>
jawab suaminya.
Untuk menjelaskan adat-istiadat orang Batak, lebih-lebih adat
Baris 3.623 ⟶ 3.633:
dengan ceritacerita tambo. Seorang berkata begini, yang lain berkata
begitu, sehingga tiada tahu mana yang benarnya lagi. Lagi pula cerita
<nowiki>*)</nowki> marga = suku
*<nowiki>*)</nowki> boli atau sere = mas kawin
itu sudah sebagai dongeng di telinga.
Maka barang siapa yang hendak kawin, tiadalah boleh mengambil
Baris 3.701 ⟶ 3.711:
mengiakan permintaan Baginda Diatas. Apalagi yang diinginkannya,
berapa pun besarnya boli yang dimintanya akan diperkenankan juga
oleh orang tua bakal menantunya itu. Setelah sampai pada masanya <nowiki>*)</nowki>,
anak gadis itu pun dijemput dan dibawa ke rumah ayah Aminu'ddin,
supaya esok atau lusa berangkat ke Deli.
Baris 4.062 ⟶ 4.072:
Apakah pesan yang dibawa bapaknya itu?
Yaitu setelah sampai di Sipirok, ia dan istrinya harus membawa nasi
bungkus ke rumah ibu Mariamin<nowiki>*)</nowki> meminta maaf, sebab Aminu'ddin
telah berjanji dengan Mariamin akan kawin. Akan penutup perbuatan
yang salah itu, haruslah mereka itu memberikan seekor lembu dan
Baris 4.073 ⟶ 4.083:
Jadi nyatalah, bahwa ia tiada dusta, waktu menulis, "Saya mengaku,
takkan berkurang kasihku akan dikau, Riam."
<nowiki>*)</nowki> M enurut adat orang Batak, orang yang meminta ampun
akan kesalahannya, harus membawa nasi ke rumah
orang tempat ia meminta ampun itu, supaya langkahnya
Baris 4.081 ⟶ 4.091:
yang terukir di hati manusia itu amat mudah lenyap, apabila tukang
ukir yang lain datang.
7.== DALAM' RUMAH BAMBU MARIAMIN ==
"Kak Riam! Ini surat, yang diberikan seorang tukang pos," kata seorang
budak, yang berlari-lari dari halaman rumah mereka itu masuk ke
Baris 4.328 ⟶ 4.338:
sahut Mariamin, akan tetapi dalam hatinya ia merasa bala yang akan
menimpa dirinya.
8.== DI TANAH ASING ==
Bukit-bukit yang berbaris-baris di Pulau Samosir itu sebagai tertutup
dengan beledu nampaknya dari jauh; langit yang tak berawan itu adalah
Baris 4.335 ⟶ 4.345:
yang jernih itu, seolah-olah dua orang bidadari yang berdiri di muka
kaca besar, akan mempersaksikan parasnya yang elok. Bunga-bunga
yang berkembangan di pantai Laut Tawar<nowiki>*)</nowki>, serta cahaya embun yang
berhamburan pada daun rumput-rumput, adalah pada mata kita sebagai
halaman yang permai, penuh dengan intan permata. Pemandangan yang
Baris 4.366 ⟶ 4.376:
itu, akan tetapi ia tertawa itu sekedar akan menyama-nyamai orang itu
saja.
<nowiki>*)</nowki> Danau Toba dinamai orang juga Laut Tawar,
artinya laut yang airnya tawar.
Siapakah perempuan muda itu? Tak lain ialah Mariamin, dan perahu
Baris 4.600 ⟶ 4.610:
pabilakah itu?" jawab Mariamin.
"Selamanya tiadakah engkau tahu, bahwa aku lakimu? Engkau
kubeli<nowiki>*)</nowki>, karena itu harus menurut kehendakku!"
"Sebenarnyalah yang demikian itu. Saya menolak kehendak tuan,
bukan dengan maksud yang salah, hanya menghindarkan celaka."
Baris 4.612 ⟶ 4.622:
Meskipun begitu baik juga diceritakan kebengisan yang dilakukan
Kasibun itu pada suatu malam atas diri Mariamin yang malang itu,
<nowiki>*)</nowki> Engkau kubeli. Perkataan itu menghinakan
perempuan. Si laki yang membayar boli,
merasa dirinya berkuasa mengatakan, "Engkau
Baris 4.638 ⟶ 4.648:
anaknya?
Kalau Mariamin perempuan yang dilahirkan di kota besar, atau
yang biasa diam di negeri yang ramai ... barangkali ia sudah nekat<nowiki>*)</nowki>.
Karena bagi dia, seorang perempuan yang muda dan cantik lagi
bersih, Mariamin memang cantik, bersih ... ya, sampai waktu itu
Baris 4.657 ⟶ 4.667:
"Ke kantor polisi, Bang," katanya. Sais itu pun membunyikan
cambuknya dan kereta yang bagus itu pun berlarilah dengan ken-
<nowiki>*)</nowki> Lari
cangnya. Mariamin menutup mukanya yang bengkak-bengkak. Dengan
sapu tangannya ia mengeringkan darah yang mengalir dari luka yang
Baris 4.666 ⟶ 4.676:
muda itu. Polisi yang berdiri di pintu itu terkejut melihat orang itu,
akan tetapi hatinya belas melihat mukanya yang teraniaya itu. Dari
pakaian Mariamin tahulah dia bahwa Mariamin orang Batak<nowiki>*)</nowki>, seorang
bangsanya. Polisi itu membawanya ke hadapan mentri polisi. Mariamin
pun menceritakan sekalian perbuatan suaminya itu. Perkara diperiksa,
Baris 4.684 ⟶ 4.694:
sudah tentu bertambah dua orang manusia'di atas bumi ini yang hidup
beruntung serta bersenang hati.
<nowiki>*)</nowki> Orang "Batak", penduduk Tapanuli, dikatakan
orang di Deli orang "Mandailing" akan
membedakan daripada orang "Batak Karo".
 
9.== PENUTUP KALAM ==
Bagaimanakah hal Mariamin sesudah itu dan seterusnya?
 
Marilah kita masuki lagi rumah kecil yang di pinggir sungai itu.
Hanya sekali ini saja lagi hendak dilukiskan apa yang kejadian di
Baris 4.694 ⟶ 4.706:
marilah kita ke sana. Itulah dia, di pinggir sungai! 0, bukan: itu pondok
yang lain, ke hilir lagi.
 
Itulah dia tempat perumahan itu !
 
Pondok teratak yang tua itu sudah rebah, atap lalang itu pun hampir
menjadi tanah, hanya tiang-tiang bambu itulah yang tinggal berserakserak
Baris 4.705 ⟶ 4.719:
Rumah itu sudah rebah, tempat itu sudah lengang, ke manakah yang
mendiaminya?
 
Tempat anak gadis itu ada diketahui. Tetapi ke mana perginya si ibu
dan anaknya yang seorang lagi itu? Itu hanya Allah yang mengetahuinya.
Baris 4.710 ⟶ 4.725:
itu. Kita ambillah jalan besar yang menuju ke kampung A, kampung
Baginda Diatas, ayah Aminu'ddin itu.
 
Di situkah tinggalnya Mariamin sekarang? Tetapi janganlah dahulu
kita terus ke kampung itu. Nah, ini satu simpang: sekarang kita harus
menyimpang membelakang ke jalan besar.
 
Berhentilah, kita sudah tiba.
 
Sawah yang arnat luas itu berganti kulit, sebagai dialas dengan bidai
yang luas, karena waktunya mengerjakan sawah.
 
Langit yang terbentang di was kepala itu amat bersih, tiada berawan.
Warna langit yang hijau itu bertambah hcning dan jernih, karena
Baris 4.722 ⟶ 4.741:
orang tani yang sudah payah itu dan sekarang sedang di tengah jalan
pulang sawah ke rumah mereka.
 
Makin lama makin sunyi di luar kota, karena masing-masing telah
meninggalkan pekerjaannya. Yang lebih lengang sekali, yaitu tempat
Baris 4.732 ⟶ 4.752:
esoknya, melainkan ... mereka itu berhenti, sambil menunggu akan
kedatangan hari yang akhir.
 
Hidup Mariarnin, pokok cerita ini, telah habis, dan kesengsaraannya
di dunia ini telah berkesudahan!
 
Lihatlah kuburan yang baru itu! Tanahnya masih merah ... itulah
tempat Mariamin, anak dara yang saleh itu, untuk beristirahat selamalamanya.
Baris 4.743 ⟶ 4.765:
sengsara dunia ini telah tinggal di atas bumi, berkubur dengan jazad
badan yang kasar itu.
 
'''SELESAI'''