Pengarang:Aldian Aripin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 39.209.197.67 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh -iNu-
Baris 24:
Penerbit Sastera Leo Medan, 1966.
 
*[[Akan Tiba Waktu]]
=== AKAN TIBA WAKTU ===
*[[Akulah Tanah Air]]
 
*[[Dalam Perjalanan]]
Lihatlah, jutaan mata menatap
*[[Datanglah Kepadaku]]
 
*[[Doa (Aldian Aripin)|Doa]]
dengan satu dakwa:
*[[Elegia Ibu Kota]]
 
*[[Labyrinth]]
Engkaulah sumber bencana!
*[[Panca Sila dalam Sajak]]
 
*[[Revolusi]]
 
*[[Sajak pada Suatu Hari Libur]]
Lihatlah, jutaan tangan teracung
 
dengan satu tuntutan:
 
Turun tahta!
 
 
Ya, telah kulihat itu semua
 
Bahwa akan tiba waktu
 
Mereka datang menepati janji:
 
 
Ditangan kiri seutas tali
 
dan di kanan sebilah belati!
 
 
1966
 
 
 
 
=== AKULAH TANAH AIR ===
 
 
Akulah tanah air
 
ibu tua dengan jutaan anak
 
yang mengeluh dan meratap
 
berjalan dengan kepala tertunduk
 
dan langkah yang tersaruk
 
 
 
Akulah itu
 
yang menyaksikan anak-anakku
 
merengkuh dayung nestapa
 
berkayuh tengah malam gelita
 
sendu tangisnya: mama, mama!
 
 
 
Akulah itu
 
si tua bangka
 
yang terbaring lesu
 
baru bangkit dari sakit yang lama.
 
 
 
1966
 
 
 
=== DALAM PERJALANAN ===
 
 
 
Maka pulau Bangkapun terlampaui
 
Benturan-benturan ombak di haluan
 
Memukul-mukul hatiku yang rindu
 
 
 
Elang yang duka bertengger di kayu terapung
 
Mengucapkan salam, selamat jalan kepadaku
 
Perantau larut dalam perjalanan pulang
 
 
 
Matahari yang jingga keemasan
 
Sebentar lagi 'kan silam, tenggelam
 
Di balik-balik Bukit Barisan
 
 
 
Ketika ini, senja begini
 
Kutahu dia sedang mengulangi membaca
 
Telegram yang kemarin aku poskan:
 
 
 
"Aku pulang, datang bersama kematangan
 
Yang akan kutumbuhkan dalam hatimu,
 
Nantikan daku sayang, di pelabuhan."
 
 
 
1964
 
 
 
 
 
=== DATANGLAH KEPADAKU ===
 
 
 
 
Datanglah kepadaku
 
Untuk suatu pertolongan
 
Karena bila aku dapat berbuat
 
Mengapa tidak aku lakukan?
 
 
 
Kita yang hidup
 
Dalam rahmat Tuhan
 
Hendaklah saling berkasihan
 
Bagai saudara seibu-sebapa
 
Yang menghindari dendam
 
Dengki dan khianat
 
 
 
Demikianlah saudaraku
 
Datanglah kepadaku
 
Bersama maksud baikmu
 
Bersama kasih sayang
 
Dalam naungan Tuhan.
 
 
 
1964
 
 
 
=== DOA ===
 
 
Tuhan, kutuklah aku. Karena akulah
 
Sendiri yang menjemba buah
 
Yang terlarang dalam surga
 
 
 
Bagai Adam,
 
Campakkanlah aku ke alam
 
Jauh. Terpisah dari yang membuat
 
Aku alpa kepadaMu
 
Maka inilah hukum yang paling adil!
 
 
 
Lalu,
 
Tobat aku Tuhan!
 
Lindungkanlah pandang amarahMu
 
Padamkanlah api murkaMu
 
Siramkanlah air rahmatMu yang sejuk
 
Atas pucuk kesadaranku yang lentuk
 
Dalam kalbuku
 
 
 
Demi namaMu ya Tuhan,
 
Perkenankanlah.
 
 
 
1963
 
 
 
 
 
=== ELEGIA IBU KOTA ===
 
 
 
O, Bapa pemimpin
 
o, pemerintah
 
hati yang beku betapa dingin
 
 
 
Siang betapa panas
 
lelaki kami berkeringat
 
mengkekas dari sampah ke sampah
 
 
 
Malam betapa sendu
 
perempuan kami berlagu
 
berjalan dari taman ke taman
 
 
 
O, Bapa pemimpin
 
o, pemerintah
 
berilah kami nasi dan rumah
 
 
 
Karena rakyatlah maka ada pemimpin
 
karena rakyatlah maka ada pemerintah
 
tapi kami ditinggal di mana
 
 
 
Karena tamaklah maka pemimpin berlupa
 
karena tamaklah maka belati disorong ke perutnya
 
selagi mulutnya membusa tawa dan dusta
 
 
 
O, Bapa pemimpin
 
o, pemerintah
 
tersenyumlah kepada kami ramah tamah
 
 
 
Beri dan yakinkanlah kami akan ketetapan rencana
 
beri dan jaminlah kami akan kesempatan kerja
 
agar kami dapat berdarma dan berjasa
 
 
 
Bawalah kami kepada arti dan nikmatnya kemerdekaan
 
kedamaian tanah air yang didengung diagungkan
 
di mana kami tenteram beranak dan berkasihan.
 
 
 
1963
 
 
 
=== LABYRINTH ===
 
 
 
Wasangka yang mengintai dari dari balik hatiku
 
Menggelengkan kepala karena dunia dera mendera
 
Gebalau yang riuh telah menelan seluruh lagu
 
Kalut kemelut tak tentu lagi arah
 
 
 
 
 
Berdukalah, karena kebenaran akan tinggal terpendam
 
Pada mereka yang bersunyi, menjauhi kesumat dendam
 
Walay malam kelam, walau senja suram
 
Namun ia lanjut bertahta di hati yang tenteram
 
 
 
Wasangka mendendam pada dunia karena curiga
 
Kekit kulalui lorong kota yang luka terbuka
 
Karena kutuk adalah induk dari segala bencana
 
Dalam diriku: timbul amarah serta hiba
 
 
 
Bersyukurlah, demi mereka yang berhati damai
 
Demi semua anak yang belum lagi bersalah
 
Yang dengan jamahan tangannya lembut membelai
 
Kapan berakhir tikai di tanah tumpah darah.
 
 
 
1963
 
 
 
=== PANCASILA DALAM SAJAK ===
 
 
Azan dan lonceng gereja
 
Kelenteng dan perasapan dupa
 
Terjalin mesra dalam satu makna:
 
Ketuhanan Yang Mahaesa
 
 
 
Warna putih dan merah
 
Sejarah dan tetesan darah
 
Jiwa dan bahasa
 
Adalah milik dan kebanggaan bersama
 
 
 
Derap dan langkah kaki
 
Dari rakyat yang berani
 
Menumpas kezaliman
 
Dan menendang tirani
 
Dari mimbar kedaulatan
 
 
 
Karena manusia di mana-mana
 
Adalah saudara seibu-sebapa
 
Yang bermula pada hikmat Ilahi
 
Menjelama ke dalam putihnya hari nurani
 
 
 
Dan kitalah itu, jutaan rakyat
 
Pewaris yang sah dari tanah air ini
 
Yang harus membina dengan tabah dan berani
 
Kebenaran, keadilan dan kesejahteraan.
 
 
 
1966
 
 
 
 
 
=== REVOLUSI ===
 
 
Revolusi kita adalah revolusi manusia
 
Yang bergerak ke segala arah
 
Siapa yang alpa
 
Tersisih dari sejarah
 
 
 
Revolusi kita adalah revolusi rakyat
 
Yang menegakkan kebenaran, menuntut keadilan
 
Siapa yang khianat
 
Tahanlah ujung peluru!
 
 
 
Revolusi kita adalah proses sejarah
 
Yang membentuk hablur dan kristal
 
Siapa yang menyerah
 
Selamat tinggal!
 
 
 
1966
 
 
 
 
 
=== SAJAK PADA SUATU HARI LIBUR ===
 
 
Kadang-kadang
 
Aku rindu menyatu kembali dengan alam
 
Mereguk air kelapa dan mendengarkan musik
 
Angin yang menyentuh dahan
 
Membiarkan diri dikecup matahari
 
Dan bulan yang mengarungi awan
 
Timbul tenggelam
 
 
 
Kota yang hingar
 
Telah memenjarakan daku
 
Dari kecintaan. Dan Tuhan
 
Kendati ada di mana saja
 
Jangan cari di bawah lampu jalanan
 
Atau di toko-toko barang imporan
 
Karena itu aku kembali kepada alam
 
Dan Tuhan meniupkan musiknya yang merdu.
 
 
 
1964
 
==Oh Nostalgia==