Sang Burung Bulbul dan Bunga Mawar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Serenity (bicara | kontrib)
k + kat
Serenity (bicara | kontrib)
+ data tambah
Baris 1:
" Dia berkata bahwa dia hanya akan menari denganku jika aku membawakannya bunga mawar merah," jerit Sang Peajar belia; "tetapi di kebunku tidak ada satupun bunga mawar berwarna merah."
 
Dari dalam lubang di pohon ek <ref>'''Pohon ek''' dikenal juga sebagai Pohon ''Oak'' dalam Bahasa Inggris</ref>, Burung Bulbul<ref>'''Burung Bulbul''' memiliki nama ilmiah ''Luscinia megarhynchos'' dan di Inggris dikenal sebagai burung ''Nightingale''. Karena daerah sebaran burung ini ada di Asia Tengah, Afrika Utara dan Eropa - maka di Indonesia tidak terdapat burung ''Nightingale''. Bagaimanapun terjemahan menggunakan Burung Bülbül, sebagaimana nama burung ''Nightingale'' dinamakan di Turki. Menurut kajian ilmiahnya oleh Sir David Attenborough, burung Bulbul mampu menyanyikan 300 ''lagu cinta'' yang berbeda pada kicauannya. Dinamakan lagu cinta karena burung ini mampu bernyanyi untuk pasangannya sepanjang malam. <!-- stavenn --></ref> mendengar kesulitan sang siswa, dan dia memeriksa diantara daun-daun, dan berpikir.
 
" Dia berkata bahwa dia hanya akan menari denganku jika aku membawakannya bunga mawar merah," jerit Sang Peajar belia; "tetapi di kebunku tidak ada satupun bunga mawar berwarna merah."
Baris 63:
" Ceritakan padaku," jawab Sang Burung Bulbul, " Aku tidak takut."
 
" Jika kamu menginginkan sekuntum bunga mawar merah," kata Pohon Mawar, " kamu harus membuatnya dari musik yang diterpa oleh sinar rembulan, dan dialiri oleh darah dari jantungmu sendiri. Semalam suntuk kau harus bernyanyi padaku dengan duriku yang menusuk menembus jantungmu, dan darahmu, yang menopang hidupmu, harus dialirkan pada pembuluh darahku, sehingga darah itu menjadi milikku. "
 
"Kematian adalah harga yang sangat mahal sebagai bayaran untuk sekuntum bunga mawar," seru Sang Burung Bulbul, " karena seluruh mahluk mendambakan untuk Hidup. Bayangkan betapa menyenangkannya duduk di kayu yang hijau, dan untuk mengamati Matahari dalam kereta emasnya, dan Bulan dalam kereta mutiaranya. Menikmati harumnya <<hawthorn>>, dan harumnya <<bluebells>> yang tersembunyi dalam lembah, dan hembusan angin dari bukit yang membawa harum bunga-bunga diantara semak-semak. Namun Cinta jauh lebih berharga dari kehidupan, dan apa artinya jantung seekor burung dibandingkan degup cinta seorang manusia?"
 
Dan Sang Burung Bulbulpun menebarkan sayap-sayap coklatnya dan terbang membumbung tinggi ke udara. Bayangnya menyelinap diantara semak-semak dan layaknya perahu yang berlayar diatas pepohonan.
 
Sang Pelajar muda masih berbaring terdiam diatas rumput yang sama saat ia tinggalkan, dan airmata masih menggenangi matanya yang indah.
 
" Berbahagialah," seru Sang Burung Bulbul, " berbahagialah karena engkau akan memperoleh bunga mawar merah yang kau dambakan. Aku akan membuatnya dari lagu cinta yang dibawah sinar rembulan, dan mewarnainya dengan darah yang mengalir dari jantungku sendiri. Sebagai gantinya aku memintamu untuk menjadi pecinta sejati, karena Cinta lebih bijaksana daripada Filsafat, walaupun Filsafat itu bijak, Cinta itu lebih kuat daripada Kekuasaan, walaupun Kekuasaan itu kuat. Sayap-sayap cinta berwarna merah api, dan tubuhnya berkobar layaknya nyala api. Bibirnya semanis madu, dan nafasnya seharum rempah-rempah."
 
Sang Pelajar muda memandangnya dari atas rumput dan mendengarkan, namun ia tidak mengerti apa yang Burung Bulbul katakan kepadanya, karena semua yang ia ketahui hanya hal-hal yang ditulis di buku.
 
Tetapi sang Pohon Ek <ref>'''Pohon ek''' dikenal juga sebagai Pohon ''Oak'' dalam Bahasa Inggris</ref> mengerti dan ia menjadi sedih karena ia sangat senang dengan Sang Burung Bulbul kecil yang telah membangun sarang diatas cabangnya.
 
" Bernyanyilah untukku untuk yang terakhir kalinya," bisik Pohon Ek, " Aku akan merasa sangat kesepian tanpa mu."
 
Burung Bulbulpun bernyanyi untuk Pohon Ek dan suaranya bergetar sedih layaknya gelembung-gelembung air yang mendidih dari dalam panci perak. Ketika ia telah selesai bernyanyi Sang Pelajar muda bangun, menarik buku catatan kecil dan sebatang pensil keluar dari sakunya.
 
"Ia mempunyai sebentuk kreasi" kata Sang Pelajar muda pada dirinya, seraya berjalan keluar melintasi kebun-- yang menjadi bagian dari dirinya; tapi apakah burung itu memiliki perasaan? Kukira tidak. Bahkan pada kenyataannya, ia seperti seniman-seniman kebanyakan yang mengutamakan gaya; tanpa ketulusan. Burung itu tidak akan mengorbankan dirinya untuk mahluk lainnya. Yang ia pentingkan hanya musik, dan semua orang tahu bahwa seni itu egois. Meski demikian, harus diakui bahwa ia memiliki nada-nada yang indah ketika bernyanyi. Sayang sekali bahwa nada-nada tersebut tidak memiliki arti, dan tidak berguna." Sang Pelajar pun muda masuk kedalam kamarnya, berbaring diatas ranjang lipatnya yang kecil, dan mulai berpikir tentang cintanya; lalu setelah beberapa waktu, iapun tertidur.