Sang Burung Bulbul dan Bunga Mawar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Serenity (bicara | kontrib)
+ gb
Serenity (bicara | kontrib)
FINISHED!
Baris 67:
"Kematian adalah harga yang sangat mahal sebagai bayaran untuk sekuntum bunga mawar," seru Sang Burung Bulbul, " karena seluruh mahluk mendambakan untuk Hidup. Bayangkan betapa menyenangkannya duduk di kayu yang hijau, dan untuk mengamati Matahari dalam kereta emasnya, dan Bulan dalam kereta mutiaranya. Menikmati harumnya tanghulu<ref>'''Tanghulu'''= ''Hawthorn''</ref>, dan harumnya bunga lonceng biru yang tersembunyi dalam lembah, dan hembusan angin dari bukit yang membawa semerbak harum bunga-bunga yang tumbuh diantara semak. Namun Cinta jauh lebih berharga dari kehidupan, dan apa artinya jantung seekor burung dibandingkan degup cinta seorang manusia?"
 
Dan Sang Burung Bulbulpun menebarkan sayap-sayap coklatnya dan terbang membumbung tinggi ke udara. Bayangnya menyelinap diantara semak-semak dan, layaknya perahu yang berlayar diatas pepohonan.
 
Sang Pelajar muda masih berbaring terdiam diatas rumput yang sama saat ia tinggalkan, dan airmata masih menggenangi matanya yang indah.
 
" Berbahagialah," seru Sang Burung Bulbul, " berbahagialah karena engkau akan memperoleh bunga mawar merah yang kau dambakan. Aku akan membuatnya dari lagu cinta yang dinyanyikan dibawah sinar rembulan, dan mewarnainya dengan darah yang mengalir dari jantungku sendiri. Sebagai gantinya aku memintamu untuk menjadi pecinta sejati, karena Cinta lebih bijaksana daripada Filsafat, walaupun Filsafat itu bijak, Cinta itu lebih kuat daripada Kekuasaan, walaupun Kekuasaan itu kuat. Sayap-sayap cinta berwarna merah api, dan tubuhnya berkobar layaknya nyala api. Bibirnya semanis madu, dan nafasnya seharum rempah-rempah."
 
Sang Pelajar muda memandangnya dari atas rumput dan mendengarkan, namun ia tidak mengerti apa yang Burung Bulbul katakan kepadanya, karena semua yang ia ketahui hanya hal-hal yang ditulis di buku.
 
Tetapi sang Pohon Ek <ref>'''Pohon ekEk''' dikenal juga sebagai= Pohon ''Oak'' dalam Bahasa Inggris</ref> mengerti dan ia menjadi sedih karena ia sangat senang dengan Sang Burung Bulbul kecil yang telah membangun sarang diatas cabangnya.
 
" Bernyanyilah untukku untuk yang terakhir kalinya," bisik Pohon Ek, " Aku akan merasa sangat kesepian tanpa mu."
Baris 81:
Burung Bulbulpun bernyanyi untuk Pohon Ek dan suaranya bergetar sedih layaknya gelembung-gelembung air yang mendidih dari dalam panci perak. Ketika ia telah selesai bernyanyi Sang Pelajar muda bangun, menarik buku catatan kecil dan sebatang pensil keluar dari sakunya.
 
"Ia mempunyai sebentuk kreasi" kata Sang Pelajar muda pada dirinya, seraya berjalan keluar melintasi kebun-- "yang menjadi bagian dari dirinya; tapi apakah burung itu memiliki perasaan? Kukira tidak. Bahkan pada kenyataannya, ia seperti seniman-seniman kebanyakan yang mengutamakan gaya; tanpa ketulusan. Burung itu tidak akan mengorbankan dirinya untuk mahluk lainnya. Yang ia pentingkan hanya musik, dan semua orang tahu bahwa seni itu egois. Meski demikian, harus diakui bahwa ia memiliki nada-nada yang indah ketika bernyanyi. Sayang sekali bahwa nada-nada tersebut tidak memiliki arti, dan tidak berguna." Sang Pelajar pun muda masuk kedalam kamarnya, berbaring diatas ranjang lipatnya yang kecil, dan mulai berpikir tentang cintanya; lalu setelah beberapa waktu, iapun tertidur.
 
Dan ketika cahaya bulan mulai berpendar di langit Sang Burung Bulbul terbang menghampiri Pohon Mawar dan menekankan dadanya pada duri pohon. Semalam suntuk ia menyanyi dan menghujamkan dadanya pada duri, bulan yang serupa kristal dingin pun mulai merunduk dan mendengarkan. Semalam suntuk ia bernyanyi dan duri pohonpun mulai menusuk dalam dan lebih dalam lagi menembus dadanya sehingga darah nadi kehidupannya mulai mengalir surut menjauhinya.
 
Ia membuka nyanyiannya dengan membawakan lagu tentang kelahiran cinta dihati seorang anak lelaki dan anak perempuan. Dan pada tunas pohon bunga mawar muncullah kuntum bunga yang menakjubkan diikuti helai demi helai yang tumbuh seiring lagu demi lagu dinyanyikan.
 
Pucat pada awalnya, sepucat kabut yang menggantung di sungai-- pucat, sepucat kaki-kaki pagi hari, dan seperak sayap-sayap subuh.
 
Laksana bayangan mawar di permukaan kaca, laksana bayangan mawar di permukaan telaga, begitulah bentuk mula dari bunga yang tumbuh pada tunas pohon tersebut.
 
Namun Sang Pohon berteriak memohon pada Burung Bulbul untuk terus menghujamkan dadanya. "Terus tekan dadamu, hai burung kecil," jerit sang pohon, " Atau Hari akan datang sebelum bunga mawar selesai."
 
Maka Sang Burung Bulbul kecilpun menekankan dadanya lebih dalam lagi menghujam duri, dan nyanyiannya menjadi semakin nyaring, ia bernyanyi tentang lahirnya nafsu di jiwa seorang lelaki dan pelayan wanitanya. Dan semburat merah muda muncul pada helai bunga mawar, seperti semu kemerahan di pipi mempelai pria saat ia mencium bibir mempelai wanita. Namun sang duri belum juga mencapai jantungnya, sehingga jantung Sang Mawar tetap putih, karena hanya darah dari jantung langsung Burung Bulbul lah yang mampu memerahkan jantung Sang Bunga Mawar.
 
Dan Sang Pohon berteriak memohon pada Burung Bulbul untuk terus menghujamkan dadanya. "Terus tekan dadamu, hai burung kecil," jerit sang pohon, " Atau Hari akan datang sebelum bunga mawar selesai."
 
==Catatan kaki==