Sang Burung Bulbul dan Bunga Mawar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Serenity (bicara | kontrib)
FINISHED!
Serenity (bicara | kontrib)
+ data
Baris 96:
 
Dan Sang Pohon berteriak memohon pada Burung Bulbul untuk terus menghujamkan dadanya. "Terus tekan dadamu, hai burung kecil," jerit sang pohon, " Atau Hari akan datang sebelum bunga mawar selesai."
 
Maka Sang Burung Bulbul kecilpun menekankan dadanya lebih dalam lagi menghujam duri, dan nyanyiannya menjadi semakin nyaring, ia bernyanyi tentang lahirnya nafsu di jiwa seorang lelaki dan pelayan wanitanya. Dan semburat merah muda muncul pada helai bunga mawar, seperti semu kemerahan di pipi mempelai pria saat ia mencium bibir mempelai wanita. Namun sang duri belum juga mencapai jantungnya, sehingga jantung Sang Mawar tetap putih, karena hanya darah dari jantung langsung Burung Bulbul lah yang mampu memerahkan jantung Sang Bunga Mawar.
 
Dan Sang Pohon berteriak memohon pada Burung Bulbul untuk terus menghujamkan dadanya. "Terus tekan dadamu, hai burung kecil," jerit sang pohon, " Atau Hari akan datang sebelum bunga mawar selesai."
 
Sang Burung Bulbulpun menghujamkan dadanya lebih dalam lagi sehingga duri menusuk lebih dalam dan menyentuh jantungnya, dan tiba-tiba sakit yang amat sangat menyengat keseluruh tubuhnya. Pahit, dan semakin pahit sakitnya, dan semakin gelap lagu yang ia nyanyikan , karena ia menyanyikan Cinta yang disempurnakan oleh Kematian, tentang cinta yang tidak mati dalam batu nisan.
 
Dan bunga mawar yang indah itu memerah, semerah mawar dari langit timur. Merah darah melekat di helai bunganya, dan merah delima warna jantung bunganya.
 
Namun suara Burung Bulbul menjadi semakin lemah, dan sayap-sayap kecilnya mulai berkepak-kepak, dan selaput matanya mulai menutup. Lemah dan semakin lemah bunyi lagunya, dan ia merasa sesuatu mencekiknya dan menyumbat kerongkongannya.
 
Lalu ia menyanyikan semburat lagu terakhirnya. Sang rembulan yang putih mendengarnya dan ia diam di langit, melupakan matahari yang harus terbit. Sang Bunga Mawar mendengarnya, dan bunga pun menggigil, bergetar penuh kenikmatan, dan membuka helai-helai kelopak bunganya pada dinginnya dini hari. Nyanyian Sang Burung Bulbul dibawa gema kedalam relung-relung gua yang pekat diatas bukit, dan membangunkan gembala-gembala dari mimpi mereka. Nyanyian Sang Burung Bulbul melayang melalui alang-alang ditempi sungai, dan mereka membawa pesannya jauh ke laut.
 
" Lihat, lihatlah!" seru Sang Pohon, "bunga mawarnya telah mekar dengan sempurna"; tetapi Sang Burung Bulbul tidak menjawab, karena ia telah terbaring mati diantara rerumputan yang tumbuh tinggi, dengan duri tertancap di jantungnya.
 
Pada siang hari saat Sang Pelajar membuka jendelanya dan melihat keluar. " Oh, betapa beruntungnya saya!" serunya; " sekuntum bunga mawar merah! Seumur hidup aku tak pernah melihat mawar seindah ini. Bunga mawar ini begitu cantik, aku yakin ia memiliki nama latin yang panjang."; dan ia And at noon the Student opened his window and looked out. Ia pun merunduk dan memetik bunga mawar tersebut.
 
Lalu ia kenakan topinya, dan berlari menuju rumah Sang Profesor dengan sekuntum bunga mawar di tangannya.
 
Putri sang profesor sedang duduk didepan pintu membalik-balik sehelai sutra biru dari gulungannya, sementara anjing kecilnya berbaring diatas kakinya.
 
" Engkau berkata bahwa kau akan berdansa denganku apabila aku membawakanmu sekuntum mawar merah," seru Sang Pelajar. "Ini sekuntum mawar yang paling merah yang pernah ada di muka bumi. Kau dapat menyematkannya didekat hatimu, dan saat kita berdansa bersama, mawar ini akan menyatakan betapa aku mencintaimu."
 
Tetapi putri profesor mengernyitkan keningnya.
 
" Maaf, tetapi warna mawar itu tidak cocok dengan warna baju yang akan kukenakan," jawabnya; " lagipula, keponakan Anggota Dewan Kota telah memberiku perhiasan yang mahal , dan jauh lebih berharga daripada sekuntum bunga."
 
" Oh, kau sungguh seseorang yang tak tahu berterimakasih," seru Sang Pelajar dengan marah; dan ia melempar bunga mawar tersebut ke jalan, Sang Bunga jatuh bergulir masuk ke dalam kumbangan di jalan, dan digilas oleh kereta kuda yang lewat.
 
"Tidak tahu terimakasih!" seru putri sang profesor." Dengarkan ya, menurutku prilakumu itu tidak pantas; lagipula, kau pikir kau itu siapa? Hanya seorang Pelajar. Lihatlah, apakah kau memiliki sabuk perak disepatumu seperti yang dikenakan keponakan Anggota Dewan Kota? Kukira tidak." dan ia berdiri meninggalkan kursinya lalu masuk ke dalam rumah.
 
"Ah betapa konyolnya Cinta itu," kata Sang Pelajar saat ia melangkah pergi.
"Cinta itu tidak sepraktis logika, karena ia tidak bisa membuktikan apapun, dan Cinta itu selalu berkata hal-hal yang tidak akan terjadi, dan membuat orang percaya akan hal-hal yang tidak benar. Pada kenyataannya, Cinta itu sangat tidak praktis, padahal semua orang tahu, dijaman sekarang kepraktisan itu adalah segalanya. Aku akan kembali pada Filsafat dan mempelajari Metafisika."
 
Maka ia kembali masuk ke dalam kamarnya dan mengambil sebuah buku besar penuh debu dari lemari bukunya dan mulai membaca...
 
==Catatan kaki==