Sitti Nurbaya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 1.083:
lonceng jam yang ada di rumahnya, lima kali memukul.
Dengan segera diangkatnya kepalanya lalu menoleh ke
matahari yang masuk ke dalam rumahnya atau belum.
Baris 1.406 ⟶ 1.404:
Bayur. Sejak dari kantor bea ini, kelihatan di pinggir sungai
Arau, yang menceraikan gunung Padang dari kota Padang,
beberapa perahu besar dan kapal api kecil; berlabuh
Sejajar dengan tembok ini adalah jalan kereta api dan jalan
Baris 1.565 ⟶ 1.561:
"Ya, itulah sebabnya kuambil perumpamaan ini, supaya
tepat kenanya," jawab Arifin. "Kalau misalnya si Bakhtiar
dalam setahun tiada dipertemukan dengan idamannya
dapat_dikatakan besarnya."
Baris 2.163 ⟶ 2.157:
Jauh di sebelah timur, kebun yang besar itu dipagari oleh
gunung-gunung yang memtujur pulau Sumatera, yaitu
sebagian daripada Bukit Barisan yang letaknya di
tenggara. Di belah timur laut dan utara, kelihatan beberapa
puncak gunung yang tinggitinggi, sebagai ujung tiang pagar
Baris 3.361 ⟶ 3.353:
"Memang engkau tak dapat memegang rahasia, Arifin.
Telah kupesan benar-benar, supaya maksudku yang
Sekarang kepada orang yang mula-mula kaulihat saja telah
Baris 4.377 ⟶ 4.367:
Rumahnya sebagai kandang kambing dan pakaiannya yang
seperti pakaian kuli itu, tiada mengapa baginya, asal jangan
keluar duitnya, untuk sekaliannya itu. "Di luar
kotornya," demikianlah katanya.
Baris 13.083 ⟶ 13.071:
Anak siapakah yang banyak bersekolah, anak kita atau
anaknya? Ada beberapakah di antara Engku-Engku yang ada
di sini, yang sudah bersekolah Pemerintah? Tahukah
kepadanya dan benci kepada bangsanya sendiri.
Baris 13.991 ⟶ 13.977:
Aduhai Ananda! Mengapakah tatkala hidup dalam sepuluh
tahun, tiada hendak kembali kepada ayanda, sehingga ayanda
hanya diberi kesempatan sejurus lamanya, untuk
penghabisan umur Ananda?
Kesalahan ayanda kepada Ananda memanglah besar, tetapi
Baris 14.031 ⟶ 14.015:
Di belakang jenazah ini, kelihatan haji-haji, syekh-syekh,
ulama-ulama, yang tiada putus-putusnya zikir dan membaca
doa. Di belakang mereka, berjalan pembesar,
bangsawan dan rakyat biasa. Di belakang itu pula, berbaris
serdadu yang memakai pakaian kebesaran.
|