Tiongkok: Pusaran Asia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 18:
 
 
Bangsa Tionghoa di Indonesia terbagi dua, yakni "[[:wikt:singkek|sin-kh'eh|]]" (tamu baru) dan "[[:wikt:peranakan|peranakan]]". Kedua golongan itu di Tionghoa sendiri bernama "Hoa Kiao", yakni [[:w:Tionghoa-perantauan|Tionghoa-perantauan]]. Mereka berada di seluruh Indonesia, yang terbanyak di luar Jawa, dan yang paling besar jumlahnya di luar Indonesia, yakni di Semenanjung Malaka, sejumlah 3 juta, lebih dari penduduk asli tanah semenanjung itu. Berhubung dengan keadaan baru, maka bangsa Tionghoa Totok dan peranakan ada sebagian yang jadi warga negara Indonesia, sedang yang tidak masuk itu terhitung bangsa asing.
 
Walaupun banyak jumlah bangsa Tionghoa yang kawin dengan perempuan Indonesia, dibandingkan dengan bangsa lain, dan penghidupannya disesuaikannya dengan keadaan di Indonesia, akan tetapi orang Tionghoa peranakan sebagian terbesar tidak menjadi anggauta masyarakat Indonesia dalam arti sefaham, senasib, sepenanggungan dan seperasaan, terbukti semenjak zaman penjajahan, zaman Jepang, zaman revolusi dan zaman sesudah terbentuk Republik Indonesia yang baru. Hal itu sebagian disebabkan oleh karena perbedaan dalam hal adat-istiadat, agama, bahasa dan huruf. Orang Tionghoa yang pergi ke perantauan tidak membuang bahasanya, hurufnya, kebudayaannya dan sifat-sifatnya, yang membedakan dia dari bangsa lain; mereka tetap memuja nenek moyangnya.
Baris 36:
 
Jangan pula kita abaikan, bahwa Tiongkok di bawah [[:w:Mao Zedong|Mao Tse Tung]] lain sifat persatuannya dari di zaman yang telah lewat, sebab selain dari persatuan hurufnya, di amempunyai persatuan ideologi baru yakni yang komunistis bercorak Tionghoa. Dengan luas negerinya yang sama dengan Eropah dan dengan 500 juta manusianya, tentu tidaklah bangsa itu akan menjadi mainan lagi dari politik dunia, melainkan dia akan bermain catur sendiri, dia menjadi negara salah satu dari [[:w:Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa#Anggota dan Presiden|Si Lima Besar]], sejajar dengan Sowyet [[:w:Russia|Russia]], [[:w:Amerika Seerikat|Amerika Seerikat]], Inggeris dan [[:w:Perancis|Perancis]].
 
 
Indonesia harus mengetahui Tiongkok lebih dalam dari pada selama ini, ''pertama'' untuk mengerti tanah asal bangsa Tionghoa yang ada di tengah-tengah masyarakatnya, yang berjumlah lebih dua juta jiwa dan yang sebagian telah menjadi warga negara Indonesia, ''kedua'' untuk mendapat pengetahuan tentang satu negara Asia yang terbesar dan terbanyak penduduknya dan yang besar pengaruhnya di atas papan catur politik dunia. [[:w:Napoleon|Napoleon]] pernah mengibaratkan Tiongkok itu sebagai raksasa yang tidur. "Jangan dibangunkan raksasa itu, biarlah dia tidur terus" kata Napoleon.
 
"Raksasa" itu sudah bangun, karnea tidak ada suatu bangsa di Asia yang terjajah musna, apalagi bangsa Tionghoa yang beratus juta itu. Dan bangsa yang begitu besar jumlahnya, yang tua peradabannya, yang mempunyai kegiatan hidup (''vitaliteit'') bukan saja tidak bisa punah, tapi dia terus maju sesudah bangun, maju mencari tempat kedudukannya yang sepadan dengan kebesarannya.
 
Sudah hampir setengah abad lamanya Tiongkok berrevolusi. Revolusi timbul karena susunan masyarakat dan peraturan pemerintahan tidak sesuai lagi dengan kepentingan dan kemauan yang baru dari rakyat. Seperti di Indonesia, maka revolusi di Tiongkok mempunyai dua tujuan dan dasar, pertama nasional, kedua sosial, yang kesatu menyahkan pengaruh asing dan yang kedua memperbaiki nasib rakyat dan mendemokrasi masyarakat.
 
Politik Tiongkok ke dalam dan ke luar negeri berdasar pada anasir yang ada pada negeri itu sendiri. Membukakan tabir yang selama ini menutup keadaan bumi Tiongkok serta kehidupan rakyatnya itu bagi orang Indonesia, adalah maksud fasal-fasal berikut.
 
== Perkenalan Sepintas Lalu ==