Max Havelaar/Bab 1: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Vyasa (bicara | kontrib)
Terjemahkan alinea ke-7
Vyasa (bicara | kontrib)
Terjemahkan alinea ke-8
Baris 30:
Dan bukan hanya puisi yang mengajar generasi muda berbohong. Sekali-sekali pergilah ke gedung teater, dan dengarkan di sana berbagai kebohongan yang disampaikan. Tokoh utama dari pertunjukan diselamatkan dari bahaya tenggelam oleh seseorang yang sedang nyaris bangkrut. Kemudian diberikannyalah setengah hartanya. Hal ini tidak mungkin benar. Saat berjalan di Prinsengracht dan topi saya jatuh ke air <ref>teks Frits yang membandingkan dua kata Belanda ''woei'' ''waaide'' yang bermakna sama tidak dimasukkan dalam terjemahan ini</ref> saya beri orang yang mengembalikannya 10 sen gulden; dan yang bersangkutan senang-senang saja. Saya tahu kalau lebih banyak yang harus diberikan kalau diri saya yang diselamatkannya dari air, tapi jelas tidak mungkin sampai setengah dari seluruh harta. Kalau begitu cukup dua kali jatuh ke dalam air untuk jatuh miskin. Parahnya dari pertunjukan semacam itu adalah penonton terbiasa dengan hal-hal yang tidak benar, menganggapnya bagus dan bertepuk-tangan. Saya pernah tergoda untuk menceburkan seluruh pengunjung teater itu ke air, untuk melihat siapa dari yang bertepuk-tangan sungguh serius dengan ide tersebut. Saya yang menyukai kebenaran, wanti-wanti pada siapa saja yang mau menyelamatkan saya dari dalam air kalau tidak akan memberikan sebanyak itu sebagai imbalan. Siapa yang tidak puas karena dapat kurang dari itu, boleh meninggalkan saya dalam air. Hanya hari Minggu saya mau memberi lebih banyak, karena hari itu saya mengenakan rantai jam kantong, dan jubah yang lain.
 
Ya, pertunjukan teater meracuni banyak orang, lebih parah daripada roman. Begitu terang-terangannya! Dengan suasa <ref>emas tiruan</ref> dan pita dari kertas bekas, kelihatan semuanya begitu begitu memukau. Untuk anak-anak, maksud saya, dan juga untuk orang awam. Juga kalau para aktor dan aktris di teater ingin menunjukkan kemiskinan, pertunjukan mereka selalu berpura-pura. Seorang gadis yang ayahnya jatuh bangkrut, bekerja untuk menghidupi keluarga. Baiklah. Kelihatan memang dia menjahit, merajut atau menyulam. Tapi hitunglah berapa jahitan, rajutan atau sulaman yang dia kerjakan selama berperan. Dia berbicara, menghela nafas, berjalan ke jendela, tapi dia tidak bekerja. Keluarga yang bergantung dari kerjanya pasti tidak banyak kebutuhannya. Gadis tersebut tentu saja jadi tokoh pujaan. Dia mengusir beberapa pemujanya di tangga, sambil memanggil: "oh ibuku, oh ibuku!" dan dengan cara demikian memberi contoh teladan. Tokoh teladan apa itu, yang membutuhkan waktu satu tahun untuk menjahit beberapa kaus-kaki wol? Apa ini tidak memberi gambaran yang keliru untuk diteladani, dan "''bekerja untuk mencari penghasilan?''" Semuanya omong-kosong dan kebohongan!
Ja, dat tooneel bederft velen, meer nog dan de romans. Het is zoo aanschouwelijk! Met wat klatergoud en wat kant van uitgeslagen papier, ziet er dat alles zoo aanlokkelijk uit. Voor kinderen, meen ik, en voor menschen die niet in zaken zijn. Zelfs als die tooneelmenschen armoede willen voorstellen, is hun voorstelling altijd leugenachtig. Een meisje wier vader bankroet maakte, werkt om de familie te onderhouden. Heel goed. Daar zit ze dan te naaien, te breien of te borduren. Maar tel nu eens de steken die ze doet gedurende het heele bedrijf. Ze praat, ze zucht, ze loopt naar 't venster, maar werken doet ze niet. De familie die van dezen arbeid leven kan, heeft weinig noodig. Zoo'n meisjen is natuurlijk de heldin. Ze heeft eenige verleiders de trappen afgeworpen, ze roept gedurig: "o mijne moeder, o, mijne moeder!" en stelt dus de deugd voor. Wat is dat voor een deugd, die een vol jaar noodig heeft voor een paar wollen kousen? Geeft dit alles niet valsche denkbeelden van deugd, en "''werken voor den kost?''" Alles gekheid en leugens!
 
Dan komt haar eerste minnaar – die vroeger klerk was aan 't kopieboek, maar nu schatrijk – op-eens terug, en trouwt haar. Ook weer leugens. Wie geld heeft, trouwt geen meisjen uit een gefailleerd huis. En als ge meent, dat dit op het tooneel er dóór kan als uitzondering, blijft toch mijn aanmerking bestaan, dat men den zin voor waarheid bederft bij het volk, dat de uitzondering als regel aanneemt, en dat men de publieke zedelijkheid ondermijnt, door het te gewennen iets toetejuichen op het ''tooneel'', wat door elk fatsoenlijk makelaar of koopman voor een bespottelijke krankzinnigheid wordt gehouden in de ''wereld''. Toen ''ik'' trouwde, waren wij op 't kantoor van mijn schoonvader – Last & Co – met ons dertienen, en er ging wat om!