Hikajat Nawaroetji: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 5:
|next =
|shortcut =
|notes = '''''Hikajat Nawaroetji''''' ialah sebuah versi dalam bahasa Melayu dari sebuah teks yang asalnya berasal dari Jawa. Teks yang disajikan di bawah ini berasal dari khazanah naskah N.H. van der Tuuk yang sekarang disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Negeri Belanda dengan kode Codex Orientalis 3240. Teks ini menggunakan ejaan Van Ophuijsen.
Sumber:
* Poerbatjaraka. 1940. 'Dewaroetji' in ''Djawa''. Jogjakarta: Java Instituut
<!--{{wikipedia|artikel=Dewaruci}}-->
}}
Baris 22:
Akan tetapi boekannja engkau ini disoeroehnja benar sahadja, engkau hendak diboenoehnja. Maka disoeroehnja engkau kepada tempat jang soekar ini, karena tiadalah pernah manoesia jang ang sampai kemari, Itoelah sebabnja soepaja engkau mati".
Setelah sang Bima mendangar kata bagawan Nawaroetji demikian itoe, maka sang Bimapoen pikir dalam hatinja:" banarlah seperti kata pandita ini, karana akoepoen soedah dilarang oléh batara Indra, dari pada akoe djoega hendak melihat air kawitra itoe. Adapoen kapada bitjarakoe, akan pandita itoepoen déwa djoega, boekannja -manoesia. Tiada akan manoesia doedoek dipoelau ini". Setelah Bima soedah pikir ini, maka kata sang Bima: hai Nawaroetji, dari mana datangmoe maka engkau mendapatkan akoe ini ?" Maka kata bagawan Nawaroetji: ,,hai kaki Bima, dari selamanjapoen akoe doedoek kepada poe-sat laoet ini." Maka kata sang Bima : „djika demikian, dimanakah tempatnja air kawitra jang dipoesat laoet ini ?" Maka kata bagawan Nawaroetji : hai Bima, poelanglah engkau, balaskan kematianmoe jang ditengah laoet ini. Jang air kawitra dipoesat (laoet) ini,
Maka bagawan Nawaroetjipoen mengadjarkan kepada sang Bima adji
ngah laoet, maka sang Bimapoen menoléh kebelakang, maka dilihatnja poelau emas dan bagawan Nawaroetji itoepoen telah ghaiblah, tiada kelihatan lagi kepada mata sang Bima, Maka pikir sang Bima: „soenggoehlah ia ini déwa, karena tiadalah pernah manoesia doedoek kepada poesat tasik ini".
Baris 30:
Setelah demikian, maka sang Bima- poenberdjalanlah diatas air itoe, berapa antaranja ia berdjalan itoe, maka iapoen sampailah kedarat. Maka didalam hati sang Bima: „adapoen akoe ini djika akoe poe-lang mendapatkan saudarakoe dan iboekoe, nistjaja dilarangkannja akoe djoega demikian. Baiklah dari sini akoe pergi mendapatkan dang hiang Drona itoe". Setelah demikian, maka sang Bimapoen berdjalanlah menoedjoe ing Asoka-pantja itoe. Berapa antaranja berdjalan, maka sang Bimapoen sampailah ka ng Asokapantja, laloe masoek mendapatkan dang hiang Drona.
Adapoen kepada tatkala itoe dang hiang Dronapoen doedoek dihadap oléh patih Sangkoeni dan segala radja-radja Korawa, lagi berbitjarakan sang Bima. Maka kata dang hiang Drona : „hai anakkoe Doerjodana, kapada bitjarakoe ini, matilah soedah Bima itoe, karana sahari samalam ia tiada datang". Maka kata maharadja Doerjodana : „soenggoehlah seperti titah toeankoe itoe". Maka pada ketika itoe djoega sang Bimapoen datanglah, laloe ia doedoek dengan marahnja. Setelah dilihat oléh dang hiang Drona akan
Hai Drona, djikalau moerid itoe haroeslah memboenoeh goeroe. Sekaranglah engkau koeboenoeh; akan tetapi engkau rasaïlah bekas tangankoe ini". Setelah didengar oléh maharadja Doerjodana dengan segala saudaranja jang seratoes doea lapan orang itoe akan kata sang Bima demikian itoe, maka sekaliannjapoen takoet gemetar toeboeh‑
Baris 36:
[[Kategori:Prosa]]
[[Kategori:Sastra Melayu-Jawa]]
[[Kategori:Mahabharata]]
|