Dibawah Bendera Revolusi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Veracious (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 32:
Dalam buku ''Dibawah Bendera Revolusi'' jilid pertama, terdapat 61 tulisan Soekarno muda yang pernah dimuat dalam berbagai media cetak, seperti ''Suluh Indonesia Muda'', ''Fikiran Ra’jat'', ''Pandji Islam'', dan ''Pemandangan''. Tulisan Soekarno itu mencakup tema-tema agraria, strategi politik nasional, seruan terhadap kaum Marhaen, pandangan Soekarno tentang Islam, ulasan pemikiran tokoh dunia seperti Karl Marx dan Mahatma Gandhi, perkembangan politik dunia, hingga kritik dan komentarnya terhadap Mohammad Hatta yang kemudian mendampinginya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
 
Kelihaian Soekarno dalam memainkan kata-kata dalam setiap pidatonya, diksi dan pilihan kalimatnya yang menyihir para pendengarnya juga tercermin dalam gaya bahaya yang digunakan oleh Soekarno muda. Sepertinya ketika menulis Soekarno merasakan dirinya sedang berorasi langsung di hadapan para pembacanya. Bahasa yang digunakan cukup lugas, pilihan kata demi kata sangat menarik, terutama untuk membuat judul tulisan. Simak saja judul-judul seperti ''[[Islam Sontoloyo]]'', ''[[Tabir Adalah Lambang Perbudakan]]'', ''[[Kuasanya Kerongkongan]]'', dan [[''1.000.000.000 extra]]''! yang termuat dalam jilid pertama ''Dibawah Bendera Revolusi'' . Judul yang indah juga selalu Soekarno sematkan dalam setiap pidato 17 Agustus yang ia sampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia. Lihat saja judul-judul seperti ''[[Sekali Merdeka, Tetap Merdeka!]]''; ''[[Rawe-Rawe Rantas, Malang-Malang Putung!]]''; ''[[Tetap Terbanglah Rajawali|Tetap Terbanglah Radjawali]]''; ''[[Genta Suara Republik Indonesia]]'', dan banyak lainnya yang begitu melekat pada telinga seluruh rakyat Indonesia kala itu.
 
Di atas lisan dan tulisan Sekarno semua permasalahan bangsa, perkembangan sejarah dunia mutakhir, berbagai teori baru yang dikemukakan oleh para tokoh dunia, masalah-masalah agama, kecaman politik yang serius, bisa disampaikan kepada rakyat Indonesia dengan bahasa yang mudah dimengerti dan mampu menyihir kesadaran mereka. Maka bukan berlebihan, ketika Soekarno telah menyadari kepiawaiannya itu ia berani menyatakan diri bahwa Soekarno adalah Penyambung Lidah Rakyat!