Yang Terampas dan yang Putus (antologi): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yang Terampas dan yang Putus
 
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 9:
}}
 
==Fragmen==
 
<section begin="empty" />
<section end="empty" />
<section begin="p39" />
 
{{center|FRAGMEN.}}
<poem>
Tiada lagi jangyang akan diperikan? Kuburlah semua ihwal,
Dudukkan diri beristirahat, tahanlah dada jangyang menjesakmenyesak
Lihat keluar, hitung-pisah warna jangyang bermain didjendeladi jendela
Atau nikmatkan lagi lukisan<sup><small>2</small></sup>² didindingdi dinding pemberian teman<sup><small>2</small></sup>² kita.
atauAtau kita omongkan Ivy jangyang ditinggalkan suaminjasuaminya,
djatuhnyajatuhnya pulau Okinawa. Atau berdiam sadjasaja
Kita saksikan hari djadijadi tjerahcerah, djadijadi mendung,
Mega dikemudikan angin
-- Tidak, tidak, tidak sama dengan angin ikutan kita............
<div style="line-height:0.5em">Melupakan dan mengenang --</div>
<centerdiv style="line-height:0.5em">{{tab|5}}Kau asing, aku asing,</centerdiv>
<div style="line-height:0.5em">Dipertemukan oleh djalanjalan jangyang tidak pernah bersilang</div>
<centerdiv style="line-height:0.5em">{{tab|5}}Kau menatap, aku menatap</centerdiv>
<div style="line-height:0.5em">Kebuntuan rahsia jangyang kita bawa masing-masing</div>
Kau pernah melihat pantai, melihat gunung?
Lupa diri terlambung tinggi?
Dan djugajuga
diangkat dari rumah sakit satu kerumahke rumah sakit lain
mengungsi dari kota satu kekotake kota lain? Aku
sekarang djalanjalan dengan {{sfrac|1|1|2}} rabu.
</poem>
<section end="p39" />
<section begin="p40" />
 
<poem>
Dan
Pernah pertjajapercaya pada kemutlakan soal........
Tapi adakah ini kata-kata untuk mengangkat tabir pertemuan
memperlekas datang siang? Adakah--
<div style="line-height:0.5em">{{tab|5}}Mari cintaku</div>
<center>Mari tjintaku</center>
Demi Allah, kita djedjakkanjejakkan kaki dibumidi bumi pedat,
BertjeritaBercerita tentang radja<sup><small>2</small></sup>raja² jangyang mati dibunuh rakjatrakyat;
Papar-djemurjemur kalbu, terangkan djalanjalan darah kita
Hitung dengan teliti kekalahan, hitung dengan teliti kemenangan.
 
Aku sudah saksikan
SendjaSenja keketjewaankekecewaan dan putus asa jangyang bikin tuhan djugajuga turut bersedu
membekukan berpuluh nabi, hilang mimpi dalam kuburnjakuburnya.
 
Sekali kugenggam Waktu, Keluasan ditangandi tangan lain
Tapi kutjampurbaurkankucampurbaurkan hingga hilang tudjutuju.
Aku bisa nikmatkan perempuan luar batasnjabatasnya, tjiumcium matanjamatanya, kutjupkucup rambutnya, isap dadanjadadanya djadijadi gersang.
<center>Kau tjintaku--</center>
<div style="line-height:0.5em">{{tab|5}}Kau cintaku--</div>
Melenggang diselubungi kabut dan tjajacaya, benda jangyang tidak menjatamenyata,
Tukang tadah segala jangyang kurampas, kaki tangan tuhan--
BertjeritalahBerceritalah tjintakucintaku bukakan tubuhmu diatasdi atas sofa ini
</poem>
<section end="p40" />
<section begin="p41" />
 
<poem>
Mengapa kau selalu berangkat dari kelam kekelam
dari ketjemasankecemasan sampai ke-istirahat-dalam-ketjemasankecemasan;
tjeritacerita surjasurya berhawa pahit. Kita bertjeraibercerai begini--
 
Tapi sudah tiba waktu pergi, dan aku akan pergi
Dan apa jangyang kita pikirkan, lupakan, kenangkan, rahsiakan
JangYang bukan-penjairpenyair tidak ambil bagian.
</poem>
<section end="p41" />
<section begin="p42" />
 
==Malam==
{{center|MALAM}}
<poem>
Mulai kelam
belum buntu malam,
kami masih sadjasaja berdjagaberjaga
— — Thermopylae? —
djagaljagal tidak dikenal? —
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang............
</poem>
<section end="p42" />
<section begin="p43" />
 
==Krawang — Bekasi==
{{center|KRAWANG — BEKASI.}}
<poem>
Kami jangyang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat sendjatasenjata lagi
 
Tapi siapakah jangyang tidak lagi mendengar deru kami,
terbajangterbayang kami madjumaju dan berdegap hati?
 
Kami bitjarabicara padamu dalam hening dimalamdi malam sepi
Djikajika dada rasa hampa dan djamjam dinding jangyang berdetak
 
Kami mati muda. JangYang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
 
Kami sudah tjobacoba apa jangyang kami bisa
Tapi kerdjakerja belum selesai, belum apa-apa
 
Kami sudah beri kami punjapunya djiwajiwa
KerdjaKerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4—5 ribu njawanyawa
 
Kami tjumacuma tulang-tulang bersérakanberserakan
Tapi adalah kepunjaanmukepunyaanmu
Kaulah lagi jangyang tentukan nilai tulang-tulang bersérakanberserakan
 
Ataukah djiwajiwa kami melajangmelayang untuk kemerdékaankemerdekaan kemenangan dan harapan
 
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang jangyang berkata
</poem>
<section end="p43" />
<section begin="p44" />
 
<poem>
Kami bitjarabicara padamu dalam hening dimalamdi malam sepi
Djikajika dada rasa hampa dan djamjam dinding jangyang berdetak
 
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskanlah djiwajiwa kami
MendjagaMenjaga Bung Karno
mendjagamenjaga Bung Hatta
mendjagamenjaga Bung SjahrirSyahrir
 
Kami sekarang majatmayat
Berilah kami arti
BerdjagalahBerjagalah terus digarisdi garis batas pernjataanpernyataan dan impian
 
Kenang, kenanglah kami
 
jangyang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi,
</poem>
<section end="p44" />
<section begin="p45" />
 
==Persetujuan Dengan Bung Karno==
{{center|PERSETUDJUAN DENGAN BUNG KARNO.}}
<poem>
AjoAyo! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin djandjijanji
Aku sudah tjukupcukup lama dengar bitjaramubicaramu, dipanggang atas apimu, digarami oléholeh lautmu
 
Dari mula tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah kedepanke depan berada rapat disisimudi sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
 
Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat
DizatmuDi dizatkuzatmu di zatku kapal<sup>2</sup>² kita berlajarberlayar
DiuratmuDi diuratkuuratmu di uratku kapal<sup>2</sup>² kita berlajarberlayar
DiuratmuDi diuratkuuratmu di uratku kapal<sup>2</sup>² kita bertolak & berlabuh
</poem>
<section end="p45" />
<section begin="p46" />
 
<poem>
Sudah dulu lagi terdjaditerjadi begini
Djarijari tidak bakal terandjakteranjak dari petikan bedil
Djanganjangan tanjatanya mengapa djarijari tjaricari tempat disinidi sini
Aku tidak tahu tanggal serta alasan lagi
Dan djanganjangan tanjatanya siapa akan menjiapkanmenyiapkan liang
Dan djanganjangan tanjatanya siapa akan menjiapkanmenyiapkan liang penghabisan
 
JangYang akan terima pusaka: kedamaian antara runtuhan menara
Sudah dulu lagi, sudah dulu lagi
Djarijari tidak bakal terandjakteranjak dari petikan bedil.
</poem>
<section end="p46" />
<section begin="p47" />
 
==Ina Mia==
{{center|INA MIA.}}
<poem>
Terbaring dirangkumandi rangkuman pagi
— hari baru djadijadi
Ina Mia mentjarimencari
hati impi,
Teraba Ina Mia
kulit harapan belaka
Ina Mia
menarik napas pandjangpanjang
di tepi jurang
ditepi djurang
napsu
 
jangyang sudah lepas terhembus,
antara daun<sup>2</sup>²an mengelabu
kabut tjintacinta lama, tjintacinta hilang
Terasa gentar sedjenaksejenak
Ina Mia menekan tapak dihidjaudi hijau rumput.
Angin ikut
 
dajangdayang penghabisan jangyang mengipas —
Berpaling
kelihatan seorang serdadu mempertjepatmempercepat langkah ditekongandi tekongan.
</poem>
<section end="p47" />
<section begin="p48" />
 
==Perjurit Jaga Malam==
{{center|PERDJURIT DJAGA MALAM.}}
<poem>
Waktu djalanjalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
Pemuda<sup>2</sup>² jangyang lintjahlincah jangyang tua<sup>2</sup>² keras, bermata tadjamtajam,
MimpinjaMimpinya kemerdékaankemerdekaan bintang<sup>2</sup>nja²nya kepastian
ada disisikudi sisiku selama mendjagamenjaga daérahdaerah mati ini
Aku suka pada merékamereka jangyang berani hidup
Aku suka pada merékamereka jangyang masuk menemu malam
Malam jangyang berwangi mimpi, terlutjutterlucut debu......
Waktu djalanjalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
</poem>
<section end="p48" />
<section begin="p49" />
 
==Buat Gadis Rasid==
{{center|BUAT GADIS RASID.}}
<poem>
Antara
daun-daun hidjauhijau
padang lapang dan terang
anak<sup>2</sup>² ketjilkecil tidak bersalah, baru bisa lari-larian
burung-burung merdu
hudjanhujan segar dan menjuburmenyubur
bangsa muda mendjadimenjadi, baru bisa bilang "aku"
Dan
angin tadjamtajam kering, tanah semata gersang
pasir bangkit mentanduskan, daérahdaerah dikosongi
Kita terapit, tjintakucintaku
mengetjilmengecil diri, kadang bisa mengisar setapak —
Mari kita lepas, kita lepas djiwajiwa mentjarimencari djadijadi erpatimerpati
Terbang
mengenali gurun, ''[[wikt:zonder|sonder]]'' ketemu, ''sonder'' mendarat
''the only possible non-stop flight''.
Tidak mendapat.
</poem>
<section end="p49" />
<section begin="p50" />
 
==Puncak==
{{center|PUNTJAK.}}
{{indent|''Pondering, pondering on you, dear .........''}}
<poem>
Minggu pagi disinidi sini. Kederasan ramai kota jangyang terbawa
tambah penjoalpenyoal dalam diri -diputar atau memutar-
terasa tertekan; kita berbaring bulat telandjangtelanjang
Sehabis apa terutjapterucap dikelamdi kelam tadi, kita habis kata sekarang.
Berada 2000 m. djauhjauh dari muka laut, silang siur pelabuhan,
djadijadi terserah pada perbandingan dengan
tjemaracemara bersih hidjauhijau, kali jangyang bersih hidjauhijau
 
Maka tjintakucintaku sajangsayang, kutjobakucoba mendjabatmenjabat tanganmu
mendekap wadjahmuwajahmu jangyang asing, meraih bibirmu dibalikdi balik rupa.
Kau terlompat dari randjangranjang, lari ketingkapke jangtingkap yang
masih mengandung kabut, dan kau lihat disanadi sana, bahwa antara
tjemaracemara bersih hidjauhijau dan kali gunung bersih hidjauhijau
mengambang djugajuga tanjatanya dulu, tanjatanya lama, tanjatanya.
</poem>
<section end="p50" />
<section begin="p51" />
 
==Yang Terampas dan yang Putus==
{{center|JANG TERAMPAS DAN JANG PUTUS}}
<poem>
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,
menggigir djugajuga ruang dimanadi mana dia jangyang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba djadijadi semati tugu.
 
di KarétKaret, di KarétKaret (daérahkudaerahku jy.a.d.) sampai djugajuga deru dingin
 
aku berbenah dalam kamar, dalam diriku djikajika kaudatang
kaudatang
dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;
tapi hanjahanya tangan jangyang bergerak lantang.
 
tubuhku diam sendiri, tjeritacerita dan peristiwa berlaku beku.
</poem>
<section end="p51" />
<section begin="p52" />
 
tjemaracemara menderai sampai djauhjauh,
<poem>
terasa hari akan djadijadi malam,
tjemara menderai sampai djauh,
terasa hari akan djadi malam,
ada beberapa dahan ditingkap merapuh,
dipukul angin jangyang terpendam.
 
aku sekarang orangnjaorangnya bisa tahan,
sudah berapa waktu bukan kanak lagi,
tapi dulu mémangmemang ada suatu bahan,
jangyang bukan dasar perhitungan kini.
 
hidup hanjahanya menunda kekalahan,
tambah terasing dari tjintacinta sekolah rendah,
dan tahu, ada jangyang tetap tidak diutjapkandiucapkan,
sebelum pada achirnjaakhirnya kita menjerahmenyerah.
</poem>
<section end="p52" />
{{subst:Halaman:Kerikil Tadjam Dan Jang Terampas Dan Jang Putus - Chairil Anwar.pdf/29}}