Seluruh Nusantara Berjiwa Republik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 21:
| notes =
}}
Paduka Tuan Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat!
Baris 283 ⟶ 281:
Pendek-kata, Republik bersedia ikut serta dalam Pemerintah Interim yang nasional, yang coraknya kira-kira sama dengan Pemerintah Interim di India di masa Mountbatten.
Kedaulatan souvereiniteit di dalam prinsipnya ada di tangan Belanda, tetapi di dalam prakteknya – berdasarkan fatsal 1 alinea dua daripada additional principles Renville – dijalankan oleh Pemerintah Interim. Inilah satu pemecahan soal yang redelijk. Inilah pemecahan soal yang sebaik-baiknya. Inilah pemecahan soal yang sesuai dengan fatsal 1 additional principles Renville. Hanya dengan menyesuaikan teori dengan keadaan yang nyata dapatlah diselesaikan soal
Demikian juga tentang soal Uni Indonesia-Belanda. Tak luput dari perbedaan faham.
Konsepsi Belanda tentang Uni itu jauh daripada terang. Konsepsi itu ruwet, kabur, keruh. Sebabnya ialah oleh karena Belanda berpegang kepada dua fikiran yang berlainan.
Pandangan Belanda yang ganjil itu adalah akibat daripada pendiriannya yang berjiwa formalisme dan legalistik. Dalam pandangan Belanda itu maka Negara Indonesia Serikat maupun Uni Indonesia-Belanda tidak lain melainkan akibat daripada
Ya, sayang, – lagi-lagi formalisme dan legalistik! Jikalau Belanda tidak mau berkisar, jikalau Belanda tetap memegang kepada formalisme dan legalistik itu, tetap tidak mau mengerti perobahan sejarah, kapan, kapan dapat tercapai persetujuan antara Belanda dengan kita? Perobahan sejarah yang menimbulkan suasana-baru, bukan saja di Indonesia tetapi di seluruh Asia-Tenggara bahkan di seluruh Asia umumnya, perobahan sejarah itu samasekali tidak dapat ditangkap ke dalam sangkarnya yuridis – formalisme dan legalistik, tidak dapat diperas ke dalam kerangkengnya yuridis – formalisme dan legalistik, oleh siapapun juga dan oleh apapun juga! Sebab perobahan sejarah adalah selalu tidak legalistik, perobahan sejarah adalah selalu revolusioner!
Baris 297 ⟶ 295:
Bagi kita maksud harus diadakan plebisit itu adalah terang. Berbagai-bagai daerah (various territories) di Jawa, Madura dan Sumatera yang diduduki oleh tentara Belanda adalah daerah kita. Belanda menduduki daerah-daerah itu tetapi menurut truce-agreement pendudukan itu tidak berarti lepasnya hak kita atas daerah-daerah itu. Pendudukan itu tidak berarti pembagian daerah-daerah itu kepada fihak yang mendudukinya. Daerah-daerah itu menjadi daerah persengketaan. Umpama tidak ada truce-agreement, niscaya perang gerilya terus berkobar di daerah-daerah itu, untuk merebut kembali daerah-daerah itu dari tangan Belanda dengan kekerasan senjata – dengan peluru dan bambu-runcing. Datanglah persetujuan gencatan senjata. Peluru diganti dengan suara rakyat. From the bullet to the ballot! Untuk menentukan apakah rakyat di berbagai daerah itu ingin kembali daerahnya kepada Republik, atau tidak, maka diadakanlah plebisit. Terang sebagai gajah, bahwa plebisit itu hanya diadakan di daerah-daerah Republik yang diduduki tentara Belanda saja, bukan di seluruh tanah Jawa, Sumatera dan Madura!
Tetapi Belanda menghendaki lain. Ia menghendaki plebisit diadakan di mana-mana di daerah kita. Tetapi itu belum yang paling terlalu. Yang paling terlalu ialah bahwa: Selagi belum ada penyelesaian dalam hal plebisit ini, ia telah melakukan tindakan-tindakan sendiri saja, tindakan-tindakan unilateral, dengan mendirikan negara-negara boneka di atas daerah-daerah kita yang di sana masih harus diadakan plebisit itu. Ini terang-terangan melanggar dasar-dasar Renville, melanggar dasar-dasar Linggajati pula, yang katanya dasar-dasar itu masih dipegang olehnya pula. Dengan perbuatannya itu, Belanda memang – sekali lagi memang – berikhtiar untuk mengecilkan kekuasaan dan pengaruh Republik. Ia boleh berkata, bahwa negara-negara buatannya itu ialah karena
Dengan perbuatannya itu, Belanda memperbesar kesulitan untuk mencapai persetujuan. Ya, dengan perbuatannya itu dan juga dengan seluruh sikapnya yang tadi saya ceriterakan tadi, Belanda menimbulkan kesan seolah-olah ia tidak ingin mencapai persetujuan, karena sesuatu persetujuan akan berakibat lahirnya Negara Indonesia Merdeka yang berdaulat lepas dari ikatan Rijksverband, pada tanggal 1 Januari 1949.
SEBABNYA TIMBUL
Maka untuk mengelakkan datangnya deadlock yang hantunya telah mengintai di cakrawala, dua orang anggauta K.T.N. yaitu Tuan-tuan Dubois dan Critchley, mengadakan satu Usul Kompromis yang saudara-saudara sekalian telah mengetahui isinya.
Baris 315 ⟶ 313:
Demikianlah gambarnya perundingan dan persengketaan dengan Belanda. Tidak segar gambar itu. Ia tidak melukiskan tamasya yang gemilang. Karena itu maafkan-lah, kalau uraian saya tadi hampir semuanya hanya mengenai hal persengketaan dan perundingan dengan Belanda itu saja, yang tidak segar dan tidak gemilang itu. Tidak dapatkah pidato 17 Agustus menjanjikan hal-hal yang lain?
Sebabnya ialah, karena sejarah Republik kita ini, sejak beberapa bulan sesudah lahirnya, buat sebagian besar ialah sejarah persengketaan dan perundingan dengan Belanda. Tidak sedikit akibat persengketaan dan perundingan dengan Belanda itu ke dalam negeri! Usaha pembangunan banyak terhalang olehnya, produksi masyarakat tidak dapat berjalan dengan sempurna, tenaga-produktif Indonesia yang terkandung dalam rakyatnya dan tanahnya tidak dapat dipergunakan sebagaimana mustinya. Dan sebagaimana Paduka Tuan Ketua K.N.I.P. tadi katakan pula: Blokade Belanda, yang notabene oleh Belanda tidak dinamakan blokade, tetapi dengan satu kata yang amat ingenieus dinamakan
Tetapi Alhamdulillah, sebagai di dalam tahun yang kesatu, sebagai di dalam tahun yang kedua, juga di dalam tahun yang ketiga ini kita mempunyai kegiatan cukup untuk mengatasi kesulitan-kesulitan. Memang rakyat kita bersedia untuk menderita dalam memperjoangkan cita-cita kebangsaan bersama, suka menderita karena perjoangan untuk merdeka. Malah dalam tengah-tengah
Hasil pembangunan itu belum sebagaimana yang kita cita-citakan, tetapi kita membangun.
DAERAH REPUBLIK TIDAK
Menurut soalnya dan hubungannya dengan kita, daerah di luar Republik itu dapat dibagi dalam dua golongan:
Pertama, daerah Republik (dus sebenarnya bukan daerah
Kedua, daerah Malino, yang kita akui sebagai partner dalam pembentukan N.I.S. menurut persetujuan Linggajati.
Baris 335 ⟶ 333:
Melihat tanda-tanda dan peristiwa-peristiwa yang terjadi, kami percaya, ya kami mengetahui, bahwa rakyat di daerah-daerah pendudukan itu buat bagian yang terbesar adalah tetap bersemangat Republik, tetap ingin yang daerahnya bersatu-kembali dengan Republik. Lihatlah umpamanya peristiwa Madura! Di sana Belanda tak berhenti-henti mencoba membangunkan provincialisme, di sana didirikan oleh Belanda itu suatu negara boneka, dan diadakan pemilihan anggauta dewan-perwakilannya dengan peraturan yang menguntungkan kepada Belanda pula. Tetapi meskipun begitu, – 31 orang dari 40 anggautanya yang dipilih, adalah orang Republikein! Banyak di antara mereka itu yang masih terkurung, meringkuk dalam penjara, karena cinta Republik dan berfaham Republik. Kepada mereka itu semua, dan kepada segenap rakyat Madura, saya menyampaikan salam kehormatan!
Lebih tegas lagi ternyata semangat Republik di daerah Pasundan. Sering-sering kita dituduh oleh Belanda mengadakan infiltrasi ke sana. Sebenarnya infiltrasi semangat Republik di sana itu telah berlaku sejak 17 Agustus 1945! Sejak 17 Agustus 1945 itulah rakyat Pasundan bersama-sama dengan kita mendirikan Republik, dan sejak 17 Agustus 1945 itulah mereka
Ya, kami mengetahui adanya berbagai pemberontakan di Jawa Barat.
Di sana tidak ada kebebasan politik, sebaliknya ada intimidasi, dus – despotisme. Di sana kampung-kampung dan desa-desa dibakar dan dibom, dus – barbarisme. Di sana ribuan orang yang tidak bersalah dibinasakan oleh Westerling dan semacamnya, dus-teror. Di sana bercakrawarti kekerasan, bruut geweld. Kekerasan zonder keadilan adalah despotisme. Kekerasan zonder peri-kemanusiaan adalah barbarisme. Kekerasan zonder maksud lain melainkan untuk membuat orang menjadi takut adalah teror. Dan – kekerasan untuk kekerasan adalah fascisme. Di Pasundan adalah berjalan methode-methode fascisme, dus rakyatnya berontak!
Baris 343 ⟶ 341:
Belanda selalu mengambinghitamkan Republik. Tetapi kami ingin bertanya: Tatkala negeri Belanda meringkuk di bawah kaplaars Jerman, tidak adakah kerusuhan di sana, tidak adakah sabotage di sana? Apakah kerusuhan dan sabotage di negeri Belanda itu juga hasil daripada infiltrasi belaka? Tidak! Juga zonder infiltrasi dari Pemerintah Belanda di London, juga zonder hasutan dari luar, juga zonder perlu dibangun-bangunkan lagi dari luar, rakyat Belanda sendiri menjengkel, rakyat Belanda sendiri mengadakan perlawanan terhadap penindasan, fascisme, nazi-diktatur!
Memang dari dulu semangat Jawa Barat adalah semangat merdeka. Perkara
Di masa-masa itulah sudah ada semangat-kemerdekaan di Jawa Barat, sudah ada orang-orang yang mau mengorbankan jiwanya sendiri untuk kepentingan bangsa. Apakah semangat-kemerdekaan itu sekarang akan hilang begitu saja setelah Belanda datang kembali berkuasa? Apakah mungkin yang rakyat Jawa Barat itu, yang cinta kepada kemerdekaan, sekonyong-konyong cinta kepada Belanda yang menindasnya? Apakah mungkin yang rakyat Pasundan itu, yang telah merasai hidup merdeka di bawah panji-panji Republik yang mereka sendiri ikut mengibarkannya buat pertama kalinya, dan yang sekarang kehilangan bendera Sang Merah-Putih itu, apakah mungkin yang mereka itu senang dan cinta kepada keadaan sekarang, – yakni tidak menderita, tidak dendam, tidak marah dalam hatinya? Hanya orang yang tumpul dan mati perasaannya samasekali sajalah yang tidak dapat menduga isi-jiwa dan isi-hati rakyat Pasundan itu!
Tatkala
Demikian pula keadaan di daerah-daerah pendudukan yang lain-lain, Jawa Timur, Jawa Tengah Pekalongan, Jawa Tengah Banyumas, Jawa Tengah Semarang, semuanya tetap berjiwa Republik dan di Sumatera pun, yang di dalam bulan Juni saya kunjungi, dari daerah-daerah pendudukan Sumatera Barat, Sumatera Timur dan Palembang, saya mendapat pernyataan-pernyataan yang amat mengharukan hati. Kepada semua rakyat di semua daerah pendudukan itu, di Jawa, Sumatera dan Madura, saya mengucapkan:
Terhadap rakyat Indonesia di bagian Indonesia yang disebut
Pandangan kami terhadap negara-negara di luar Republik tidak
Namun begitu, saya minta perhatian dari saudara-saudara di luar Republik itu, supaya mengerti benar-benar akan duduknya perjoangan kami ini. Kami mem-pertahankan Republik, kami
Marilah kita mempertahankan Republik ini bersama-sama! Kita tidak mem-pertahankan Republik ini untuk Republik. Kita mempertahankan Republik ini sebagai milik-bersama, sebagai modal-bersama, sebagai alat bersama untuk menegakkan rumah kemerdekaan dan kejayaan seluruh Nusa dan Bangsa, … sebagai benteng-bersama dari Perjoangan Besar seluruh Indonesia!
Baris 361 ⟶ 359:
Apa yang akan terjadi andaikata modal dan benteng ini terlepas? Maka akan rusaklah tiap-tiap rencana, akan pecahlah tiap-tiap formasi, sedikitnya akan goyang dan longgarlah tiap-tiap susunan yang ditujukan ke arah pembikinan Rumah Indonesia itu. Dan ini akan membawa pengaruh dan bekas yang tidak terkira fatalnya dalam perjalanan riwayat perjoangan kemerdekaan bangsa kita. Oleh karena itu, pada saat-saat seperti sekarang ini, di waktu mana tiap-tiap langkah yang dilakukan oleh penganjur dan pemimpin pasti membawa akibat yang besar bagi jalannya perjoangan bangsa kita seterusnya, hal ini perlu diperhatikan benar-benar, – dicamkan benar-benar oleh semua pemimpin-pemimpin kita, baik pemimpin-pemimpin di daerah Republik yang masih merdeka, maupun pemimpin-pemimpin Republik yang diduduki oleh Belanda, maupun pemimpin-pemimpin Kalimantan dan di seluruh Indonesia Timur. Maka saya berseru dan berpesan kepada segenap teman seperjoangan, para pemimpin yang bertanggungjawab, dari seluruh kepulauan Indonesia dari Barat sampai ke Timur.
Berhati-hatilah saudara-saudara, berhati-hatilah dalam menciptakan siasat-perjoangan saudara-saudara! Jangan tidak ada kesatuan pedoman dan kesesuaian langkah antara kita dengan kita, jangan tidak ada koordinasi dan interordinasi antara kita dengan kita! Ya benar, taktik dan siasat-perjoangan harus disesuaikan dengan tempat dan keadaan: Harus disesuaikan dengan keadaan-keadaan obyektif yang mengenai waktu dan tempat. Kami berada di dalam benteng, saudara-saudara di luar Republik adalah di luar benteng itu, tetapi benteng itu adalah bentengnya satu Perjoangan-Besar, yang bukan dua dan bukan tiga. Kami mati-matian menjalankan taktik-dan-siasat-perjoangan-nya orang-orang yang di dalam benteng yang terkepung, saudara-saudara itu harus
MENGALIRLAH TERUS SUNGAI NASIONAL.
Baris 369 ⟶ 367:
Saudara-saudara sekalian! Sekaranglah telah tiga tahun merdeka, tetapi perjoangan kita belum selesai. Masih banyak rintangan harus kita atasi, masih banyak soal harus kita selesaikan, air-keringat masih harus lebih banyak kita cucurkan, elan vital masih harus lebih banyak kita kerahkan. Sebagaimana pada tanggal 1 Januari tahun ini telah saya katakan: kemerdekaan tidak menyudahi soal-soal, kemerdekaan malah membangunkan soal-soal, tetapi kemerdekaan juga memberi jalan untuk memecahkan soal-soal itu. Hanya ketidakmerdekaan lah yang tidak memberi jalan untuk memecahkan soal-soal.
Kita tahu, semakin lama kita
Dalam semuanya itu, saya minta kepada rakyat Republik supaya memperhatikan betul apa yang tadi saya katakan tentang kedudukan Republik dalam perjoangan bangsa. Malah saya tambah lagi di sini: bukan saja Republik itu milik, modal, alat-bersama, benteng-bersama dari bangsa kita, ia hendaknya juga tetap pelopor daripada opmarsnya segenap bangsa Indonesia itu. Dari segala jurusan Indonesia, dari Kalimantan, dari Sulawesi, dari Kepulauan Sunda-Kecil, dari Maluku, ya, dari Irian, mata memandang kepada Republik, ingin mengambil teladan daripada Republik, oleh karena hasil yang tercapai oleh Republik adalah hasil pula bagi seluruh tanah-air Indonesia. Dari Indonesia Timur misalnya, yang didirikan mulanya oleh Belanda untuk mengimbangi Republik, dari Indonesia Timur itu kini angin kebangsaan telah meniup pula, oleh karena Indonesia Timur tidak mau diperkuda, dan wahyu cakraningratnya, semangat-kemerdekaan nasional telah mencetus ke sana pula.
Baris 375 ⟶ 373:
Oleh karena itu, hai saudara-saudara rakyat Republik, insyafilah tanggung-jawabmu yang amat besar dalam segala tindakan-tindakanmu, berikanlah contoh yang baik kepada saudara-saudaramu di luar Republik, supaya semangat yang bergelora di sini, makin berkembang bergelora berkobar-kobar di sana pula. Bersatulah di sini supaya di sana bersatu pula, nyalakanlah api nasional di sini supaya bercahaya api nasional di sana pula. Golongan-golongan yang bertentangan satu sama lain hendaklah insyaf, bahwa mereka memberikan teladan yang tak baik, yang lambat-laun sukar akan mendapat penghargaan dari saudara-saudara di luar Republik. Bersatulah, bersatulah! Rumah kita dikepung, rumah kita hendak dihancurkan, – semua tenaga harus dihimpun, semua kemauan harus diluluh menjadi Maha-Kemauan, ya, ibaratnya, semua atom dari tubuhnya natie ini harus dikerahkan untuk mempertahankan Rumah kita itu. Dari semua warga Negara Republik saya meminta kesedaran nasional, dari semua warga Negara Republik saya meminta menangis memohon kesedaran bernegara.
Ini hari atas dasar gratie yang saya berikan, dimerdekakanlah dari penjara saudara-saudara yang tempo hari dijatuhi hukuman oleh hakim karena
Pemerintah, rakyat, tentara, partai-partai, golongan-golongan pegawai, – semuanya – bersatulah.
Baris 385 ⟶ 383:
Di dalam tahun yang ketiga ini, pada tanggal 20 Mei, kita-semua bersama-sama merayakan hari ulang tahun yang keempat puluh daripada pergerakan nasional kita.
20 Mei 1908 – di sanalah letaknya sumber kesedaran nasional kita. Sumber kesedaran berbangsa satu, bertanah-air satu. Sumber kesedaran hendak merdeka sebagai bangsa. Sumber kesedaran hendak mendirikan Negara Nasional yang meliputi seluruh Indonesia. Sumber tempat timbul-nya tekad, hendak
Sungai-nasional yang mengalir dari sumber itu, empat puluh tahun lamanya sudah, mengalir terus. Rintangan-rintangan yang melintang, hanyut – bukit-bukit yang menghalang, gugur – tetapi tujuan yang terakhir belum tercapai pula. Yang telah tercapai barulah Republik, tetapi Lautan yang Bebas, Lautan Indonesia Merdeka masih belum ia masuki.
Baris 404 ⟶ 402:
Sekali Merdeka, tetap Merdeka!
[[Kategori:Pidato Soekarno]]
|