Akan terlampau jauh ke muka kalau kita di sini menguraikan program maksimum. Kita yang di tengah-tengah perjuangan yang sungguh ini, di tengah-tengah dentuman bom, meriam, dan mortir, wajib memusatkan semua pikiran, perhatian dan kemauan pada barang yang nyata dan praktis saja. Sekejap kita melayangkan meninggalkan daratan, sebegitulah pula kita melalaikan perjuangan yang sebenarnya dan meringankan pekerjaan musuh memerangi kita. Cukuplah sudah kalau diperingatkan saja bahwa setelah revolusi-nasional-demokratis yang sempurna kelak sudah berlaku dan kemerdekaan 100% tercapai, maka program maksimum yakni sosialisme 100% akan segera dijalankan. Mungkin apa tidaknya sosialisme 100% bisa dijalankan adalah sama sekali tergantung pada kekuatan lahir-batin Indonesia sendiri dan keadaan di sekitar Indonesia.

Memeriksa dan menguraikan kemungkinan di sektor Indonesia akan memakan banyak waktu dan tempat. Tetapi semua kemungkinan bisa dibulatkan seperti berikut: Pertama, Perang Dunia ke-3 timbul. Dalam hal ini, tentulah sendirinya Indonesia akan berhadapan dengan persoalan sosialisme dalam suasana peperangan. Kemungkinan pertama ini membawa kemungkinan terlibat atau tidaknya Indonesia dalam perang dunia ke-3 itu. Kedua, dunia akan mengalami perdamaian beberapa lama sesudahnya kemerdekaan 100% tercapai. Dalam hal ini persoalan sosialisme di Indonesia harus diselesaikan dengan sifat dan cara berlainan dari pada di waktu peperangan.

Tuduhan Trotskyisme

Tuduhan yang berdasarkan kebenaran memang perlu dijalankan buat membersihkan suasan yang keruh. Tetapi sesuatu tuduhan yang jujur mesti berdasarkan bukti yang nyata.

Tuduhan berdasarkan kebohongan atau tuduhan lancang yang tiada sengaja dilakukanpun bisa menikam diri sendiri. Salah satu sebab yang langsung memusnahkan Partai Gerondine dalam Revolusi Perancis (tahun 1789) ialah tuduhan lancang terhadap Partai Jacobin.

Sering pula "tuduhan lancang" dilakukan buat menyembunyikan diri sendiri. Masuk golongan inilah tuduhan lancang seorang maling yang sengaja berteriak-teriak: Tangkap maling. Perhatian ramai dipusatkan kepada pihak lain dengan maksud melindungi maling yang sebenarnya.

Dalam buku resmi "History of the Communist Party of the Soviet Union (Bolsheviks)", disahkan oleh CC Partai Komunis Uni Soviet (Bolsheviks) 1938, Moskow 1942, salah satu sifat "Trotskyisme" yang terpenting dimajukan ialah seperti tercantum dalam muka 288-289 seperti berikut:

"First there were the "Left" shouters, political freaks like Lominadze, Shatskin and others, who argued the NEP means a rennuciation of the gains of the October Revolution, a return to capitalism ...

"Then there were the downright capitulators, like Trotsky, Radek, Zinoviev, Sokolnikov, Kamenev, Shylapnikov, Bhukarin, Rykov, and other who did not believe that Socialist development of our country was possible, bowed before the "omnipotence" of capitalism and in their endeavour to strengthen the position of capitalism in the Soviet country demanded far-reaching concessions to private capital, both home and foreign and the surrender of a number of key positions of the Soviet power in the economic field to private capitalists, the latter to act either as concessionaries or as partners of the State in mixed joint stock companies."

"Both groups were alien to Marxism and Leninism."

Indonesianya:

"Pertama adalah "Kaum kiri" yang besar mulut, orang tak tetap dalam politik seperti Lominadze Shatskin dll. yang memajukan bahwa NEP itu (Politik Ekonomi Baru, 1922) ialah pembatalan kemenangan Revolusi Oktober, pengembalian ke kapitalisme ...

"Kemudian ada lagi capitalors (penyerah) tulen, seperti Trotsky, Radek, Zinoviev, Sokolnikov, Kamenev, Shlyapikov, Bhukarin, Rykov dll mereka yang tak percaya akan kemungkinan kemajuan sosialisme di dalam negeri kita, bertekuk lutut terhadap "kemahakuasanya" kapitalisme dan dalam percobaan mereka memperkuat kedudukan kapitalisme Soviet Rusia, menuntut pemberian konsesi (concession) yang berakibat jauh sekali kepada kapital swasta, baik kapital dalam ataupun di luar negeri, dan menuntut penyerahan beberapa kunci kekuasaan pemerintah Soviet dalam lapangan ekonomi kepada para kapitalis swasta, yang di belakang ini akan diterima sebagai concessionaries (penyewa) atau sebagai rekan (partner) dari Negara (Soviet) dalam Perseroan Campuran (Mixed Joint Stock Companies)."

"Kedua golongan di atas tak bersangkutan dengan Marxisme dan Leninisme."

Halaman 262 kitab tersebut:

"They proposed that we should throw ourselves on the tender mercies of the foreign capitalists, surrender to them, in the form of concessions branches of industry that of vital necessity to the Soviet State. They proposed that we pay the Tsarist government’s debts annuled by the October Revolution. The Party stigmatized these capitulatory proposals as treachery".

Indonesianya:

"Mereka (Trotsky CS) mengusulkan supaya kita menyerahkan diri kita ke bawah belas kasihannya kaum kapitalis asing, menyerahkan kepada mereka penyewaan (concessions) cabang industri yang penting sekali buat negara Soviet. Mereka mengusulkan supaya kita membayar hutangnya Tsar, yang sudah dibatalkan oleh Revolusi Oktober. Partai Komunis Rusia men-cap usulan menyerah ini sebagai satu Penghianatan." (spasi dari pencatat).

Teranglah sudah bahwa satu dua perkara yang penting dalam perbedaan Stalinisme dan Trotskyisme, menurut buku yang baru saja kami peroleh ini, ialah perkara sikap Soviet Rusia dan CP Rusia terhadap 1.e Hutang pemerintah Tsar dan 2.e kapitalisme Asing di Rusia. Kedua hal itu ditolak oleh pihak Stalin, dan diakui oleh pihak Trotsky.

Bukankah pasal 6 dan 7 dalam program minimum itu menyita dan menolak kapitalisme asing?

Tentang hutang "Hindia Belanda" menurut PARI sudahlah tentu pula mesti dibayar oleh Belanda sendiri. Republik Indonesia berhak dan wajib menolak hutang "Hindia Belanda" yang sudah lenyap itu, dan gagah mempertahankan kapital asing dan Rakyat Indonesia di bawah perlindungannya itu.

Buat pembaca yang arif bijaksana, jujur dan mau mengerti mestinya cukup terang sikapnya seseorang Trotskyist terhadap "hutang dan kapitalisme asing" di bawah pemerintah yang sudah dilenyapkan oleh revolusi, yakni menurut buku yang resmi di Soviet Rusia yang dipimpin oleh Stalin.

Memang perkara "hutang dan kapitalisme asing" itu keduanya amat penting buat jalannya revolusi nasional dan revolusi-sosial Indonesia di hari depan. PARI nyata memberi jawaban yang cocok dengan "sikap resminya" Partai Komunis di Rusia di bawah pimpinan Joseph Stalin.

Mereka yang mengindahkan tuduhan "Trotskyist" terhadap PARI atau pada siapa saja hendaknya dengan catatan di atas ini bisa memeriksa benar-salahnya tuduhan itu. Seterusnya bisa pula menentukan masuk golongan mana si Penuduh: 1) golongan penuduh yang jujur dan berbukti cukupkah, atau 2) golongan penuduh yang lancang berdasarkan kebohongan tetapi tiada dengan niat buruk atau 3) golongan penuduh yang lancang dan sengaja bohong, lantaran dengki, chisist, khianat atau niat busuk yang lain-lain.

Atas catatan penting di atas sebagai batu ujian, maka seseorang Penuduh mungkin bisa diputar menjadi si Tertuduh. Seseorang yang ingin menyembunyikan maksudnya sendiri yang sebenarnya. Umpamanya tentang "diplomasi"nya yang katanya berdasarkan perhitungan, atau pada politiknya yang sudah pernah atau masih terlibat dalam perkakas imperialisme: Hokokai, Nica atau Sibar.

Nama Partai tiadalah begitu penting. Mudah menukarnya. Asal saja isinya tetap. Partai Komunis Rusia sendiri sampai 3 kali bertukar nama! Yang penting ialah sifat (essence) revolusioner pada tiap-tiap tingkat dan keadaan perjuangan. Jangan terlibat dalam aksi kontra revolusi, provokasi atau oportunisme. Marxisme itu bukanlah satu dogma, satu kaji hapalan. Melainkan satu pedoman perjuangan klas. Satu metode, dialektis-materialistis yang mesti dilaksanakan cocok dengan tempo dan tempat.

PARI semenjak hampir 20 tahun, berfilsafat Marxisme, yang dengan siasat leninisme, menuju ke arah revolusi nasional, revolusi sosial, ke masyarakat sosialis, sampai ke masyarakat komunis di seluruh dunia.