Amerta: Berkala Arkeologi 2/Bab 1
LAPORAN SINGKAT DINAS PURBAKALA
TAHUN 1952
Pekerjaan Dinas Purbakala ialah terutama sekali menyelidiki peninggalan-peninggalan purbakala secara ilmu pengetahuan, yang dilakukan di kantor di mana hasil-hasil penyelidikan diolah lebih lanjut, dan di luar, di mana para ahli dan pegawai-pegawai Seksi Bangunan mengadakan penyelidikan-penyelidikan.
A. KANTOR PUSAT DI JAKARTA
Di kantor pusat telah disiapkan beberapa penerbitan, di antaranya telah dikeluarkan buku "Peninggalan-peninggalan Purbakala di Gunung Penanggungan", dengan pengantar dalam bahasa Indonesia, sebagai hasil penyelidikan yang dilakukan sebelum perang di Gunung Penanggungan dan di Gunung Arjuno.
Bertepatan dengan Pekan P.P.K. di Makasar (sekarang: Ujung Pandang) di mana Dinas Purbakala diwakili dengan sebuah stand, diterbitkan sebuah majalah, yang memuat karangan-karangan kepurbakalaan, dan yang selanjutnya akan terbit pada waktu-waktu yang tak tertentu. Majalah ini diberi nama Amerta, dan isi dari "Sekitar Penyelidikan Purbakala" yang telah dikeluarkan lebih dahulu, dimasukkan pula di dalam no. 1. Nomor yang ke dua sedang dalam persiapan. Beberapa penerbitan yang bersahaja sedang disiapkan, seperti tentang peninggalan-peninggalan purbakala di Bali, dan tentang candi Kalasan dan Sari.
Pekerjaan ahli epigrafi selama tahun 1952 terutama mengenai persiapan-persiapan untuk menerbitkan jilid ke-2 dari rangkaian “Prasasti Indonesia". Dalam jilid ini antara lain diterbitkan sejumlah piagam-piagam kerajaan Çriwijaya dari akhir abad ke VI, sebuah piagam agama Budha yang tertulis di atas kepingan-kepingan emas dan berasal dari waktu yang kira-kira bersamaan, dan selanjutnya pertulisan-pertulisan yang ditemukan di Jawa dari abad ke IX. Di antara golongan yang terakhir ini terdapat piagam-piagam dari dataran tinggi Ratuboko, Dieng, dan C. Polengan, dan di samping itu juga pertulisan-pertulisan pada candi-candi Perwara Plaosan. Prasasti-prasasti itu, yang penyelidikannya erat sekali berhubungan dengan penyelidikan candi-candinya sehingga tak dapat dipisah-pisahkan, sudah selesai pada awal tahun 1952. Kemudian naskah ini atas perintah Kem. P.P.K. diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, untuk mana Tn. L.A. Hill, lektor pada Universitas Indonesia di Jakarta, memberikan bantuannya yang berharga. Buku ini, yang mudah-mudahan dalam tahun 1953 sekarang ini dapat terbit, akan dibubuhi sebuah ringkasan dalam bahasa Indonesia di belakangnya.
Oleh ahli prasejarah, sebagian besar dari tahun pelaporan digunakan untuk penyusunan ikhtisar dari hasil-hasil yang telah dicapai selama penyelidikan dalam lapangannya. Ini pun disusun dalam bahasa Inggris, dengan bantuan dari "Wenner Gren Foundation” di New York. Kemudian ringkasan karangan itu akan terbit pula dalam bahasa Indonesia.
Di samping pekerjaan tersebut ahli prasejarah itu telah mengadakan perjalanan ke Flores selama tiga bulan untuk menyelidiki kebudayaan gua-gua dari jaman epi-paleolithikum. Dalam pada itu dipelajari pula beberapa kampung yang bercorak kebudayaan megalithikum.
Di desa Kelusu, di Bali, terdapat kesempatan untuk menghadiri dan mempelajari upacara "ngasti" yang kebetulan sedang dilakukan. Dengan ini mungkin akan menjadi agak terang maksud banten Çraddha, yang kita kenal dari Negara kertagama.
Oleh berbagai pegawai telah dilakukan perjalanan-perjalanan ke beberapa tempat di Kepulauan Indonesia. Kepala Dinas telah mengunjungi Bali dan berkali-kali Yogyakarta, juga karena keperluan memberi kuliah-kuliah di Universitas Gajah Mada. Dengan Prof. Hall dan Ny. Dr. Oey telah dilakukan perjalanan ke peninggalan-peninggalan di Jawa Timur dan dengan Mr. Christie ke Banten. Pemimpin Seksi Bangunan pun berkali-kali datang di Yogya dan Bali, dan sekali ke Makasar untuk mengatur pameran dari Dinas Purbakala untuk pekan P. P.K. Sdr. Sekretaris telah pergi pula ke Yogyakarta dan Bali. Sdr. Kontrolir Kepala dengan Kontrolir telah mengunjungi hampir semua peninggalan-peninggalan di Jawa Timur dan di dataran Dieng. Perjalanan-perjalanan lainnya akan ternyata dalam bagian laporan berikut.
Seksi Bangunan mempunyai pekerjaan yang terbesar dalam Dinas Purbakala. Hasil-hasilnya dimasak di kantor pusat di Jakarta, di mana dilakukan pula pembuatan gambar-gambar type dari semua bangunan kuno, yang masih dapat di usut dan diketahui kembali. Dari gambar-gambar yang selesai telah dibuatkan klise-klisenya. Oleh kantor ini telah dikirim 2 orang pegawai ke Sumatra untuk menyaksikan keadaan peninggalan-peninggalan di Muara Takus dan Padang Lawas dan kemudian membersihkannya. Tindakan tersebut diartikan sebagai persiapan untuk pernbersihan senantiasa selanjutnya, yang dapat dilakukan oleh tenaga setempat. Dalam menjalankan pekerjaan tersebut banyak diterima bantuan yang berharga dari Sdr. Kepala Perwakilan Jawatan Kebudayaan Sumatra-Tengah dan Utara.
B. KANTOR-KANTOR CABANG
1. Di Jawa
Berhubung dengan dipersatukannya kedua bagian dari Dinas Purbakala di Jakarta dan Yogya dalam tahun 1951, maka kantor Yogya dianggap tak perlu lagi dan dipersatukan dengan kantor Prambanan sebagai kantor Seksi Bangunan Cabang Jawa.
Pekerjaan terutama dari cabang ini sekarang masih terpusat kepada pembinaan C. Çiwa Percandian Loro-Jonggrang. Pada tanggal 16 Januari, dengan disaksikan oleh Y.M. Menteri P.P. dan K., telah diadakan perayaan memperingati tercapainya puncak yang tertinggi, dalam pertemuan ramah tamah di halaman percandian. Penyudahan kini masih langsung dijalankan dan diduga dalam tahun ini bangunan yang mengagumkan itu akan dapat dibuka lagi untuk umum. Pekerjaan penyudahan itu memerlukan banyak waktu, lebih dari yang dapat dimengerti oleh bukan ahli. Terutama bagian bawah banyak kehilangan batu aslinya, yang harus diganti dengan bahan baru.
Di halaman Candi Loro-Jonggrang itu juga sedang dibina kembali pula sebuah candi perwara yang pekerjaannya telah mencapai bagian atas tubuhnya. Diharap segera dapat dilanjutkan lagi penyelidikan untuk mengetahui bentuk semula Candi Brahma dan Wishnu, candi yang kembar, yang sampai sekarang baru diketahui kembali bentuknya sampai pada atap tingkat yang kedua. Susunan-susunan percobaannya dipasang di luar pagar halaman.
Walaupun pekerjaan-pekerjaan ini mengambil banyak sekali tenaga untuk penyelidikan secara ilmu pengetahuan, di daerah sekitar Prambanan pun terus dilakukan penyelidikan pula, ialah di dataran Ratuboko, di mana sedang dibina kembali sebuah gapura pada sebelah Barat, dan di Plaosan. Dari percandian Plaosan Utara, bentuk candi induk selatan telah dapat ditunjukkan dengan susunan percobaan-percobaan yang dipasang di sekitarnya. Dari candi ini sekarang sedang di selidiki keadaan pondamennya untuk dapat mengetahui riwayat bangunan candinya serta teknik bangunannya dewasa itu. Pertulisan-pertulisan yang banyak diketemukan dan pada berbagai candi dari kelompok ini sangat menarik perhatian ahli epigrafi dinas kami.
Di Borobudur telah diperoleh kesempatan untuk menyelidiki tanah pada bagian barat halaman, setelah rumah pasanggrahan dibumihanguskan, tetapi hasilnya kurang daripada yang kita harap-harapkan. Beberapa bagian fondamen dari dua bangunan diketemukan, mungkin sekali pendopo, yang hampir bujur-sangkar bentuknya. Di antaranya terdapat sangat banyak paku-paku dari perunggu dan sebuah genta perunggu pula. Setelah dibersihkan genta tersebut dikirim ke Museum Jakarta. Akan menggantikan pesangrahan yang dulu, telah diadakan pernbicaraan-pembicaran dengan P.U.P. Jawa Tengah di Semarang, yang menghasilkan persetujuan, bahwa pesanggrahan yang baru akan direncanakan oleh Dinas Purbakala, dan penyelenggaraannya oleh mereka. Rencana tersebut telah diselesaikan dalam bulan yang lalu dan dikirim ke Semarang.
Penyelidikan di Desa Ngempon, dekat Ungaran, berjalan terputus-putus, berhubung dengan peraturan Jawatan Perjalanan, bahwa seorang pegawai hanya diperbolehkan diperbantukan di luar kedudukannya selama-lamanya 3 bulan. Percandian yang letaknya di sebelah utara Jawa Tengah ini, yang sangat mungkin dibangun di dekat sebuah sumber, menunjukkan banyak keanehan-keanehan, yang mungkin kelak akan dapat nyata penting sekali untuk pengetahuan tentang candi-candi Jawa Tengah Utara. Dalam mempelajari kekunoan-kekunoan Islam, seksi bangunan mencurahkan perhatiannya pula. Selama 3 bulan seorang pegawai kami telah memotret dan mengukur berbagai-bagai kekunoan di Kudus dan sekitarnya.
Penjagaan dan pemeliharaan pun selalu mendapat perhatian sepenuhnya. Tentang Sumatra telah disebut di muka. Di Jawa untuk peninggalan-peninggalan yang penting telah diangkat sejumlah juru kunci yang secara berkala diperiksa pekerjaannya oleh juru pelihara yang selalu berjalan keliling. Ternyatalah bahwa Dinas Purbakala dan undang-undang kepurbakalaan di pelbagai tempat belum cukup dikenal orang. Dalam hal ini kami mengharap sangat bantuan Perwakilan-perwakilan Jawatan Kebudayaan untuk lebih memperkenalkan hal tersebut di daerahnya masing-masing, terutama kepada pihak Pamongpraja. Masih saja banyak temuan-temuan yang tak dilaporkan oleh penduduk dan tiap-tiap kali ternyata ada arca-arca yang dijual tak semestinya.
Atas bangunan-bangunan Museum Trowulan telah dilakukan perbaikan-perbaikan, terutama mengenai atap-atapnya. Hal tersebut masih saja merupakan beban yang tak seharusnya dipikulkan pada dinas kami, sebagaimana juga pembayaran gaji para juru kunci. Dinas Purbakaka percaya, bahwa hal tersebut dapat dibebankan pada instansi setempat. Ini adalah perlu untuk membangkitkan rasa tanggung-jawab mereka terhadap warisan kebudayaan mereka masing-masing. Maka berhubung dengan itu Dinas Purbakala menganggap, bahwa pemeliharaan peninggalan-peninggalan lebih baik diserahkan kepada mereka tetapi tetap di bawah pengawasan kami. Soal ini belum terpecahkan seluruhnya, tetapi dapatlah kiranya diajukan untuk dipertimbangkan.
2. Di Bali
Di Bali berlangung pula pekerjaan-pekerjaan Seksi Bangunan. Sejumlah besar biara, pertapaan, dan tempat-tempat suci lainnya yang dipahatkan dalam padas, telah ditemukan atau diketahui kembali. Di antaranya yang paling menarik perhatian ialah temuan sebuah pertapaan, yang tadinya sama sekali tertutup tanah, yang berhubungan dengan peninggalan-peninggalan di Gunung Kawi, Tampaksiring. Temuan serupa pula kini sedang digali dari tanah. Terdapatnya di tebing kali Pakerisan juga, tetapi lebih ke selatan, ialah di Tegallinga dekat Gianyar. Di dekatnya ada sebuah dam kuno. Rupa-rupanya di sini ada sebuah biara dengan pura. Pun telah dikemukakan sebuah biara di sebelah selatan Tatiapi pada tebing Kali Kalebutan. Di sini dahulu hanya dikenal satu candi saja yang dipahatkan dalam padas tebing. Karena temuan-temuan ini maka pengertian kita tentang macam punden-punden padas sepanjang kali makin mendapat garis yang nyata. Dalam kelompokan jenis kepurbakalaan ini selanjutnya dapat kita sebutkan pertapaan-pertapaan padas di Jukut Paku, Telaga Waja, dan Krobokan. Baru-baru ini telah digali pula kelompok relief yang terpahat pada tebing celah di dekat Dasa Babitra.
Di jurang sebelah selatan Goa Gajah, perhatian sedang dicurahkan kepada gumpalan-gumpalan batu yang berasal dari sebuah tri-stupa yang bermahkotakan payung-payung bersusun. Tri-stupa ini dahulunya dipahatkan pada dinding padas lereng di atas jurang. Perencanaan kembali yang jelas belum mungkin, berhubung dengan batu-batunya yang berukuran sangat besar itu terletak di dalam jurang.
Pada Goa Gajah sendiri telah dipasangkan kembali beberapa pecahan asli dari dinding mukanya yang berelief, sedangkan arca-arca yang tadinya terkumpul di depan gua diberi susunan baru. Arca-arca pancuran ditempatkan di tepi kolam sebelah timur gua dan telah pula dapat melakukan tugasnya semula ialah memancarkan air ke dalam kolam tadi.
Penyusunan kembali arca raksasa dari pecahan-pecahannya di Pura Kebo Edan di Pejeng telah siap dan pembuatan bale untuknya pun telah mendekati penyelesaiannya. Di dalam arca itu ternyata dipahatkan tiga lubang, yang sangat mungkin berisi "pesimpan". Di beberapa tempat telah diadakan persiapan-persiapan untuk menyimpan sebaik-baiknya arca-arca yang lepas.
Perhubungan dengan Dr. Goris mengenai soal-soal tentang zaman yang lampau, selalu dipelihara.
3. Di lain tempat
Oleh Seksi Bangunan tidak dilakukan pekerjaan-pekerjaan di luar Jawa, Sumatra dan Bali, karena hal ini tak mungkin, berhubung dengan kekurangan pegawai yang terlatih.
Pendidikan
Pendidikan untuk ahli purbakala dalam ikatan dinas agak diperluas dengan penerimaan lagi 2 orang mahasiswa. Tambahan ini diharapkan untuk lambat laun dapat memenuhi kebutuhan seorang ahli purbakala lagi dan seorang ahli epigrafi bangsa Indonesia. Juga di luar ikatan dinas perhatian terhadap pekerjaan kita semakin bertambah. Demikianlah telah ada seorang mahasiswa yang menyatakan pengharapannya untuk dididik sebagai ahli prasejarah. Di samping pekerjaannya sebagai direktur suatu SMA dan pelajarannya pada Universitas, sekali seminggu ia diperdalamkan pengetahuannya oleh ahli prasejarah kami. Seorang pegawai Seksi Bangunan akan dididik untuk kemudian memegang pimpinan seksi tersebut. Karena keadaan maka pemindahannya ke kantor pusat Jakarta baru terlaksana dalam tahun ini. Sesudah mengenal pekerjaan dan tujuan Dinas Purbakala ia akan mengikuti pelajaran di Bandung untuk insinyur bangunan.
Tamu-tamu tinggi
Pekerjaan di Jawa Tengah telah mendapat perhatian pula dari para pembesar, di antaranya dapatlah disebut kunjungan Presiden Filipina bersama-sama dengan Kepala Negara kita. Dari fihak sarjana asing dalam tahun yang lalu dapat diingat kunjungan-kunjungan Prof. Dr. Raghu Vira dari India, Prof. Dr. Hall dan Mr. Christie dari London University. Yang terakhir ini mungkin dapat dipekerjakan untuk sementara pada Dinas Purbakala guna memperdalam pekerjaan-pekerjaan dinas kami.
Masa yang akan datang
Walaupun tak ada rencana perubahan-perubahan dalam pekerjaan untuk tahun ini, patutlah kiranya dikemukakan, bahwa Acting Kepala akan pergi perlop ke luar negeri, sedangkan pusat Seksi Bangunan pada pertengahan tahun ini akan dipindahkan ke Bandung, berhubung dengan kewajiban rangkap pemimpin seksi tersebut dan pendidikan calon penggantinya nanti pada Fakultas Teknik.
Adalah suatu kebutuhan yang sangat mendesak untuk menambah staf kami dengan seorang, yang dapat lebih khusus mengusahakan diri untuk memelihara perhubungan dengan para peminat yang besar jumlahnya. Usaha ini antara lain mengenai hal mempersiapkan dan mengurus penerbitan-penerbitan. Pula tenaga ini harus mencurahkan perhatiannya terhadap terselenggaranya tugas yang dipercayakan pada kami oleh undang-undang kepurbakalaan itu, untuk pepentingan pusaka-pusaka kebudayaan negeri kita.
Kerja sama dengan lain-lain instansi pemerintah dan lebih-lebih dengan Jawatan Kebudayaan, dari mana kami barangkali adalah bagian yang paling bebas, sungguh-sungguh menyenangkan dan banyak hasilnya. Kepada Sdr. Kepala Jawatan Kebudayaan berhubung dengan hal tersebut kami ucapkan banyak-banyak terima kasih.