Balada Sumilah
-Daku Sumilah daku mendukung duka!
Belanda berbulu itu membongkar pintu
dikejar daku putar-putar sumur tapi kukibas dia.
-Duhai diperkosanya dikau anak perawan!
-Belum lagi! demi air darahku merah: belum lagi!
Takutku punya dorongan tak tersangka
tersungkur ia bersama nafsunya ke sumur.
-O terolek kulitmu lembut berbungakan darah
koyak-koyak bajumu muntahkan dadamu
lenyaplah segala karna tiada lagi kau punya
bunga yang terputih dengan kelopak-kelopak sutra.
-Belum lagi! Demi air darahku merah; belum lagi.
- (Balada Orang-Orang Tercinta, 1957)