Biografi Tokoh Kongres Perempuan Indonesia Pertama/Lampiran
LAMPIRAN
PIDATO PEMBUKAAN CONGRES PEREMPUAN INDONESIA
OLEH TUAN PEMUKA
PADA CONGRES PEREMPUAN INDONESIA YANG PERTAMA 22 — 25 DESEMBER 1928 DI YOGYAKARTA.
Sebelumnya membuka congres ini. kami hendak menerangkan dengan ringkas, apakah maksud dan tujuannya congres ini.
Mula-mula di perkumpulan Wanita Oetomo saban-saban ada usul dari perkumpulan putri dari kanan kiri, jaitu mengajak bekerja bersama-sama. Akan tetapi tak dapat menyampaikan dari sebab banyak kerepotan. Tambah-tambah satu waktu ada pertanyaan dari perkumpulan vrouvenkiesrecht, apa perkumpulan kita dapat mengirimkan utusan ke Honolulu yaitu Pasific Congres. O itu juga tak dapat sama sekali. Karena macam-macam sebab yang tak dapat menyampaikan.
Akhirnya dari itu kami bertiga yaitu saudara Nyi Adjar Dewantoro dan Soejatien dan saya sendiri memikirkan jikalau begitu kita punya kaum perempuan di Indonesia ini berasa masih kurang kapinteran dan kurang kemajuan hal apa-apa saja. Kita merasa sekali yang masih kita kaum perempuan sangat katinggalan dengan perempuan dimana-mana negeri dan lain bangsa.
Betulpun di Indonesia sini sudah banyak perkumpulan-perkumpulan putri. akan tetapi bagaimanakah dapatnya merembug nasib kami yang teramat sukar ini, jikalau satu sama lain perkumpulan tak bercampur gaul. Maka kami bertiga mencari daya upaya dapatlah kita semua berkumpul. Dari itu saya bertiga lantas mempunyai pikiran lebih baik kita mendirikan congres saja. Akan tetapi sudah tentu tak dapat congres itu akan jadi, jikalau cuma tiga orang saja yang akan bekerja. Maka saya bertiga itu waktu lantas dibantu oleh saudara Soenarjati sebagai juru tulis. Saya berempat memohon kedatangannya saudara kaum putri di Djokja sini, dari putri bangsa perkumpulan maupun yang bukan.
Serta sudah cukup semua saya menerangkan apa yang jadi maksud kita. Dari itu kaum putri yang tersebut di atas semua mupakat, akan berdirinya congres ini, dan tuan putri mana suka kasi bantuan secukupnya dengan tidak takut susah payah. Dari itu di dalam satu minggu sudah berdiri comite congres ini dan diberi nama "Congres Perempuan Indonesia". Tuan putri dari perkumpulan mana nanti akan diterangkan oleh saudara Soekaptinah. Selain dari itu sudahlah tak mengherankan bahwa berdirinya comite congres ini mendapat rintangan-rintangan yang bersifat kritiek. Yaitu kritik yang keluar dari fihak kaum kuno (kolot) yang masih cinta sekali kepada keadaan yang tua. Pendeknya masih suka dengan adat-istiadat jaman yang saya tidak tau lagi. Akan tetapi kritik yang macam begitu saya semua tentu membuta tuli, sebab sudah menjadi kebiasaan sudah terjadi hukum alam, jikalau ada yang berniat baik yang bangsa penggoda rencana mustikah berdaya upaya, agar supaya tak terjadinya yang berniat baik tadi. Demikian lah pula terjadinya comite Congres Putri Indonesia ini. Walaupun sudah terang kepentingannya kaum penggoda (kaum kolot) masih merendahkan kaum kita perempuan sadja.
"Yaitu maunya:
- "Kaum istri tak perlu bercongres-congresan"
- "Kaum istri hanya di dapur tempatnya"
- "Kaum istri tak perlu memikir hal pengidupan",
sebab itu hal wajibnya kaum laki-laki: ada yang membilang: Kaum istri Indonesia belum mateng, belum bisa berdamai hal perkumpulan, demikianlah kata kaum penggoda. Akan tetapi orang yang ingin mencapai tujuannya. harus berani membantah kritik di depan pembicaraan dan depan tenaga. Yaitu tenaga bekerja dengan sejujurnya hati. Pada dewasa ini sudah terlihatlah kepentingannya pergerakan kaum istri zaman kegelapan. Yalah zaman di dalam mana kaum istri hanya dianggap baik buat di dapur sahaja. itu sudah lalu. Jaman sekarang yang bisa dibandingkan zaman kemajuan.
Oleh karena itu zaman ini sudah waktunya buat mengangkat derajatnya kaum istri, agar supaya kita tidak terpaksa duduk di dapur saja.
Setemtunya perkataan saya ini tidak bermaksud melepaskan putri Indonesia ini dari dapur. Akan tetapi kecuali di dalam dapur nomor satu kita harus turut memikirkan juga apa yang dipandang oleh kaum lelaki. Sebab sudah jadi keyakinan kita, bahwa orang lelaki dan orang perempuan itu musti berjalan bersama-sama di dalam bergaulan pripengidupan umum. Artinya tidaklah perempuan menjadi laki, akan tetapi perempuan hanya tinggal masih perempuan akan tetapi derajat nya harus disamakan dengan orang lelaki. Jangan sampai direndahkan waktu zaman dulukala (kolot).
Demikianlah tujuan kami. Lain dari itu masih banyaklah keperluan putri Indonesia yang perlu diperbaiki. Dari sebab itu terlihatlah kepentingannya, mengumpulkan perhimpunan-perhimpunan poetri dari seluruh Indonesia, buat berdamai hal keperluan-keperluan yang tersebut tadi.
Keperluan ini tak perlu disebutkan lagi sebab nanti akan dibicarakan oleh utusan-utusan dari perhimpunan-perhimpunan putri yang berhadelir di congres ini.
Buat penutup kami hendak menguraikan penghormatan dan terima kasihnya hoofd comite congres ini: pertama kepada R.T. Djojodipoero, yang sudah termashur kemudahan hatinya kepada semua perhimpunan kebangsaan kita, dan yang sudah memberi tempat buat congres ini, kedua kalinya hoofd comite membilang seribu banyak terima kasih kepada saudara-saudara dan perkumpulan-perkumpulan yang memberi darma uwang maupun perkakas-perkakas dan kekuatan badan dan yang memberi tempat pemondokan tamu buat keperluan congres ini.
Lain tidak saja harap dan saja puji bahwa congres ini akan selamat jalannya dan dapat memberi hasil kepada kita putri Indonesia.
Dengan ini congres perempuan Indonesia yang pertama ini kita buka.
LAMPIRAN II:
PIDATO PERUTUSAN AISYIYAH PADA KONGRES PEREMPUAN INDONESIA YANG PERTAMA
22 - 25 DESEMBER 1928 DI YOGYAKARTA.
DERAJAT PEREMPUAN
(Pidato Nyonya Siti Moendjijah, Anggauta Pengurus Besar Muhammadiyah bagian Aisyiyah Yogyakarta, pada sidang terbuka Congres Perempuan Indonesia di Mataram Tanggal. . . . )
Salam dan bahagia mudah-mudahan tetap pada junjungan kita K. Nabi Muhammad SAW, kepada nyonya-nyonya dan tuan-tuan, dan kepada sekalian pengikut-pengikutnya. Lebih dahulu saya mengenalkan diri bahwa saja Siti Moendjijah, salah seorang anggauta pengurus besar Muhammadiyah bagian Aisyiyah di Jogja. Besar harapan saja bahwa dengan perkenalan ini dapatlah agaknya menjadi langsung.
Kemudian daripada itu maka sekarang mulailah saja membicarakan beban saya seperti yang sudah termaktub dalam agenda no. 4, ialah atas opdrachtnya pengurus besar Aisyiyah.
Nyonya voozitster yang terhormat,
Banyak terima kasih saya ucapkan dengan penuh-penuh atas kemoerahan nyonya, bahwa nyonya sudah mengidzinkan pidato saya ini, dan kepada yang hadir saya pun meminta banyak-banyak terima kasih atas perhatiannya mendengarkan.
Ini hari, kegemibraan hati saya tidak akan temilai dengan apa pun jua, sebab itu tidak putus-putus saya bersyukur kehadirat Tuhan semesta 'Alam.
Dengan adanya gerakan ini, maka mulai sadar dan bangunlah bangsa kita perempuan Indonesia dari tidumya yang nyenyak; secara yang berderu-deru senantiasa berhampiran dengan telinga mereka, dan memang sudah waktu kita kaum perempuan mulai maju selangkah kedua seterusnya, sebab matahari sudah terbit menyinari yang sangat sulau. Mereka bangkit kalau-kalau ketinggalan untuk mencapai kemajuannya. Dengan ini maka timbul duka citanya dengan kemajuannya. Dengan ini maka timbul duka citanya dengan ichtiar sehingga dapat mengadakan congres ini hari.
Ini hari, adalah yang pertama kali dari congresnya kaum kita perempuan Indonesia, yang oleh mereka itu sudah memberanikan diri meninggalkan suaminya, anak, sanak saudara, rumah, pekerjaan dan lain-lainnya, hanya untuk mengunjungi ini rapat besar yang menudingkan beberapa keperluan-keperluan untuk hidup bersama. Buat diri saya ini adalah suatu hal yang tidak sedikit harganya lebih-lebih dengan adanya ini Congres maka kenalan saya bertambah banyaklah jumlahnya buat pertama kali, Congres kita ini masih serba kuciwa, karena dari persediaan-persediaan kita yang masih lebih jauh kurangnya itu.
Soedah sementara lama kami, dari kaum Aisyiyah senantiasa memfikir-fikirkan bilakah kita. kaum perempuan Indonesia dapat beramah-ramahan untuk merundingkan suatu masalah bagi keperluan kita bersama. Ini hari cita-cita itu terkabullah, dan oleh karenanya maka tidaklah habis-habis kami mensyukur kepada Allah hubaya-hubaya akan gerakan itu dapatlah diperpanjang usianya dengan banyak buah usahanya. Halaman penghambatan yang merugikan terbebaslah, dan terluput dari segala gangguan yang menjerumuskan.
Penuh kepercayaan kami, bahwa nyonya-nyonya utusan dari berbagai-bagai perkumpulan yang sudah mempunyai organisatie baik atau peraturan rumah tangga molek niscaya sudah bersedia-sedia betapakah ikhtiar kita, supaya kita kaum perempuan dapat dipertinggi derajatnya tertimbang dengan sekarang ini, dan bahwasannya kita dapat menetapi segala sesuatu kewajiban yang bertali dengan hak kita perempuan. Hal ini tentulah nyonya-nyonya rasanya sudah lengkap sebab sudah berkemas dari mulai dari rumah masing-masing.
Pidato saya ini adalah suatu pertimbangan yang saya sajikan kepada nyonya-nyonya, dengan sangat saya hampar moga dalam pada mendengarkannya, djanganlah dipandang seperti pidato yang terasing di dengarnya, melingkar pandanglah atas nyonya punya pidato sendiri, begitulah dengan sebaliknya.
Ingat, pada galibnya kepada barang siapa yang mempunyai cita-cita yang tinggi dan mulia itu mungkin tercapai manakala liat ototnya, dengan singkat bersabar tawakal dan suka bekerja untuk mencapai ini maka bekalnya ialah :
Hendaklah kita mengekalkan baris persaudaraan dengan kokoh. Seungguhnya, demi syaitan itu mengetahui bahwa kita dalam persaudaraan itu sangat rapatnya, maka bukan main ichtiar si syaitan itu akan memicah persatuan, sebab itu wadjib kita ingat djangan sampai terjadi bertjerai-berai atas gangguannya. Buat menolak itu maka ikhtiarnya :
- Rajin mengusahakan diri mencari obat dengan tidak memilih-milih ilmu pengetahuan. banyak tauladan, dan lebar pemandangannya;
- Bekerja dengan sabar artinya tidak jemu melakukan sesuatu pekerjaan itu dengancerdik dan berati-ati.
Semua itu hendaknyalah kita kerjakan dengan sungguh-sungguh lagi bijaksananya. Sesuatu usaha melakukan pekerjaan bila mengabaikan kesungguhan hati, bidjaksana dan suci, maka jangan mengharap akan berhasilnya, lebih-lebih bila hanya dikerjakan dengan sesuka-suka dan dipermudah.
Gelagat dunia yang sekarang ini sudah ketara mulai "Duka tjita dan Bekerdja" boleh dikata seperti menanam padi yang dalam; Sungguh, belumlah sampai apda waktunya kita bersenang-senang, mendiamkan diri, enak-enak dan merenung.
Saudara-saudara. tunggulah sementara waktu dengan kesabaran hati, apabila kita bersungguh menyampaikan segala maksud itu dengan tidak jemunya. sebentar kita akan memetik buah usaha kita itu.
Conggres, nyonya-nyonya dan tuan-tuan yang terhormat.
Pada hemat adalah tingkat "Kemuliaan = Kederadjatan" itu terbagi jadi tiga bagian :
- tinggi budinya.
- banyak ilmunya dan
- baik kelakuannya.
Konon sekiranya kita dengan sesama memeriksa bukubuku tambo Dunia, maka lantaslah dapat mengerti dengan sendiri sampai kemanakah derajat kta perempuan itu. Sebagaian besar dari bangsa-bangsa itu berkepercayaan bahwa bangsa kami itu adalah hamba Tuhan yang sangat aripada manusia biasa, sehingga dipandangnya seperti hewan belaka. Dengan begitu maka sudah selayaknya bahwa bangsa kami perempuan itu wajib menurut dan setia barang apa yang diperintahkan oleh orang lelaki.
Pada zaman dahulu kita di Japan orang-orang perempuan dilarang keras berbakti kepada Allah, melakukan sesuatu pekerjaan yang sicipun dicegahnya, sehingga agamanya pun melarang tentang hal ini. Di negeri Cina djuga seperti itu. malah-malah buat masuk ke candinya dilarang juga.
Pun di Sindustan tidak akan suka ketinggalan, setali tiga uang. Dalam agama Hindu diterangkan, bahwa orang perempuan bangsa kami itu tidak suci; mereka dilarangnya dengan kuat-kuat tidak diperkenankan meremuk tentang seluk-beluknya kitab suci, dan apabila ia berani memegang salah satu. Artinya yang menjadi sesembahannya, maka dengan seketika itu juga dirusaknya itu area (berhala).
Di tanah Arab ada lebih sekali penghinaan dan perendahan ini, ialah sebelum agama Islam lahir di dunia. Orang-orang perempuan bangsa kami, dipandangnya lebih rendah dari pada hewan pelihara'annya, anak-anaknya perempuan yang dilahirkan dari kandungan ibunya dengan hidup-hidup sampai mati membunuhnya, sebab dipandangnya tidak berfaedah sekalipun, dan membanyakkan beban makanannya. Orang perempuan memang tiada memunyai kekuatan seperti orang laki-laki, pada hal waktu itu dimusimnya orang-orang Arab sangat gemar membunuh, merampas lain orang punya hak, dan sangat kedjam hatinya .
Lima puluh tahun sebelum agama Islam adalah suatu pertanyaan yang sangat menghiraukan, yaitu adalah orang perempuan itu juga berjiwa? Waktu orang-orang Kristen membuat rapat di Maccon, salah seorang pendeta bernama Bischob bertanya : Termasuk golongan manusiakah orang-orang perempuan itu?
Dengan pertanyaan yang kemudian itu maka riuhlah orang membincangkannya, yang kemudiannya sebagian besar dari anggota rapat itu menetapkan bahwa orang-orang perempuan itu pun termasuk bangsa "Manusia" juga.
Salah seorang yang mengaku dirinya suci di . . . telah berkata : perkakas Syaitan (The Organ of the devil). Kaladjengking yang hendak mengigit. Pintu jalan masuknya Syaitan, dan jalan akan terdjerumus kedosaan (The gate of the devil, and theraad of iniquitj).
Ular Kisi jang menabur bisa, dan Naga yang sangat menakut-takutkan.
Pesawat dari Syaitan untuk mengambil jiwa kita.
Untung benar bahwa orang-orang yang bangsawan fikiran sudah bernasehat pada kita jalan : S.T. Bernard, S.T. Anthoniij, S.T Cijprian.
Adat istiadat orang mempelaikan ada di tanah Europa, maka profesor Holland bersabda demikian : Bahwa faedahnya orang berlaku bini itu ialah hendak mempersatukan diri antaranya orang lelaki dan perempuan, dan yang akan mengikat kerukunan antara satu sama lain dengan kokoh. Dalam pada perseroan itu maka adalah hak yang lebih besar atasnya ada pada fihak lelaki; si istri tidak berhak menjual atau lain-lainnya atas harta benda, dan tidak berkuasa membuat sesuatu wasiyat, atau membuat sesuatu perjanjian (contract) atas tanggungannya sendiri.
Undang-undang hukum yang menentukan bahwa fihak istri tidak berhak sesuatu apa itu pada galibnya berlaku di negeri lnggris.
Tuan Hepworth berkata demikian : Peraturan-peraturan yang sudah lazim kita jalankan itu, maka si istri adalah dalam penguasanya suaminya. Oleh karena itu walaupun orang perempuan yang masih muda, suci, cantik dan yang kaya sekalipun mungkin menjadi genggamannya seorang suami yang kejam. . . .
Timbulnya keadaan-keadaan ini semua asal mulanya dari pengajarannya pemimpin-pemimpin bangsa barat. Serentak kaum perempuan terasa akan berat baeban penghidupannya lantaran dari tindesan, semena-mena, perendahan dan lain-lain sebagainya djuga, tidak berhak atas barang hartanya mereka punya waris, maka bangkitlah hatinya bergerak hendak menuntut haknya "Derajat Perempuan".
Mereka kaum perempuan itu berfikir, bahwa yang menyebabkan haknya hina-hina itu lantara bodoh. Baiklah sekarang kami bergerak madju mentjari pengetahuan dengan bersekolah, dan bahwasannya perempuan itu sama saja dengan haknya lelaki.
Dengan keadaan-yang demikian itu maka tercapailah maksudnya menuntut pengetahuan itu, dan sungguh benar perempuan zaman sekarang banyak yang pandai-pandai lantaran dari belajar di sekolah-sekolah. Hanya sayang sekali, bahwa mereka itu tidak dapat menggunakan kepandaiannya itu dengan sepertinya, malah kelebih-lebihan dari batasnya. Boleh jadi hal ini tersebab dari kepayahan hidupnya, lantas dapat senjata untuk menjadi penawar.
Kemajuan perempuan pada akhir-akhir ini sudah melebihi dari kodratnya, ta'kan tertemu dengan sifat keperempuannya, sebagian dari kemajuan itu maka mereka lantas bekerja ada di fabrik, mendjalankan spoor, motor terbang, dan lain-lain malah ada yang menjadi kampiun gelut, gontokan, hingga menyebrang lautan akan mencari tandingannya. Dengan begitu maka sudah barang tentu abdannya kentara keras-keras dan ototnya pun melotot dengan sendirinya. Dalam pada itu mencari tanding itu maka maksudnya mencari uang semata-mata.
Tidak saja demikian kemajuannya, tapi sekarang ada yang model baru yakni potong rambut presis seperti orang laki, juga pakaiannya sudah merata banyak yang memakai cara orang lelaki, dengan singkat maka kemajuan perempuan pada galibnya tidak sukalah dengan lelaki, baik sebarang apa saja, sehingga sifat keperempuannya tidak lagi tampak!
Saudara-saudara.
Adakah keadaan yang demikian itu sudah sesuai dengan kemajuan perempuan, terutama bagi kaum dan bangsa kami perempuan Indonesia yang sebenar-benarnya? Demikianlah pemandangan ini yang pertama kali dan yang kedua kali datanglah sekarang saja membicarakan tentang perceraian.
Congres yang terhormat,
Sulit benar hendaknya merundingkan tentang soal perceraian, apakah sebabnya hal ini sering kejadian. Salah satu sebabnya yakni : bahwa antara lelaki dengan istri berpisah; satu dengan lainnya belum pemah lihat; pada waktu dipelaikan dengan tidak usah ditanya-tanya, lantas dipaksa saja oleh orangtua atau walinya. Dengan inilah yang agaknya menjebabkan mereka itu bergerak mencari pergaulan yang merdeka antara lelaki dengan perempuan dengan iktiar apa saja yang dpat menjampaikan maksudnya, karena pada fikirannya bahwa dengan "vrije omgang" ini maka niscaya si laki dan si perempuan akan terang dapat melihat paras masing-masingnya, juga tentang peri adat kelakuannya niscaya tiada tertutup-tutup sehingga dengan ini maka mungkin langsung ya berhubungan bersuami istri dengan tidak akan tertemu perceraian.
Dengan leluasa menuruti hawa nafsunya sehingga mereka membuat tempat permandian , di mana pada tempat dimerdikakan orang lelaki dan perempuan berkunjung duyun-duyun mandi jadi satu dengan memakai pakaian yang sangat merdika pula yang oleh orang barat dinamai Badcostum. Dan bagaimanakah pakaian hari-hari yang merdika itu pakai? 0, soungguh sangat cukup akan model-modelnya pakaian apa saja ada. Sebentar-sebentar tanti dengan mode yang bertentangan atas keperempuannya. Pakaiannya terbuka-buka meliputi urutannya, yang atas diturunkan dan yang bawah ditarik mengatas, lengan badjunya tidak pula menjadi soal penutupan malah-malah dipotong sama sekali.
Inilah, bahwa bagi nyonya-nyonya terutama pemimpin di Indoneia sayogiyannya memperhatikan benar jangan sampai cara yang demikian itu menjalar di tanah kita Indonesia. Mereka bangsa Eropa berfikir, bahwa dengan cara yang demikian itu maka mungkinkah akan tidak bercerai dengan suaminya.
Surat chabar Natal Advertiser di Amerika yang terbit pada hari 16 bulan April 1926 ada memuat statistik dari buah penanya tuan (Rt. Rev) LW.T. Manning, bischop (Penghulu dari agama Christen) di New York menerangkan : Bahwa sekarang ini di United States (Amerika) itp-tiap orang berlaki-istri 7, ada satu yang bercerai. Di Tokyo tiap-tiap 5, satu yang bercerai. Di Teas tiap-tiap 3,9 djuga ada satu. Di Oregon tiap-tiap 2,6 ada satu yang bercerai. Di kota Nevada dalam satu tahun ada orang 800 yang dipelaikan, dan seribu yang bercerai. Surat kabar Deily Express yang terbit pada hari 27 bulan Nopember 1926 memuat statistik yang disiarkan oleh departemen of Commerd (Kantor besar pengurus perniaga'an) menerangkan bahwa di Amerika tiap-tiap 13 orang berlaki istri ada 2 yang maju ke hadapan majelis pengadilan untuk minta cerai.
Demikian kisah yang telah terjadi dari golongan perempuan Barat.
Keadaan-keadaan yang begini rupa bagi kita kaum perempuan dan terutama pemimpin-pemimpin Indonesia adalah suatu kewajiban yang berat, yang harus diamat-amati benarb~nar, dan yang tidak boleh abaikan atas tangungan kita.
Gedang artinya dan tidak dinilai harganya. Kongres kita perempuan Indonesia ini bahwa dengan dia niscaya keadaan keadaan yang sangat mungil bagi kita itu dapatlah agak tertolak!
Mudah-mudahan Allah menolong kita tercapailah tujuan dan maksudnya Congres ini agar supaya kelak hari bangsa kami, perempuan mulia dan tinggi martabatnya, Amin.
Sesugguhnya bangsa kita ini sudah punya sendiri adat istiadat dan kelakuan (kasusilan Jav) yang alus, yang agaknya tidak akan kalah dengan kebarat-baratan dan lain-lain bangsa. Akan tetapi lantaran terdorong dari pengaruh peridaran dunia yang pada sangkanya molek, permai, berkilau-kilau dan sebagainya, istimewa pula menang maka tergelincirlah keadaan bangsa kita Ya . . . . barang siapa yang baru ketempatan, maka tidak orang serba apa saja niscaya jelek, hina-dina dan tidak menarik penglihatan.
Bukan maksud kami bahwa semua kemajuan bangsa Eropa itu tidak seharusnya dicontoh, itu tidak : sebab diantaranya ada pula yang patut kita tiru. Kita wajib memilih mana yang baik dan layak kita tiru, dan mana pula yang tidak pada kepatutan semua itu dengan jalan yang dingin, tenang dan berfikir. Kemajuan bangsa barat menuntut ilmu pengetahuan adalah satu-satunya kemajuan yang tidak boleh kita bangsa Indonesia mencontohnya dengan bulat-bulat. Pada suatu maksud yang belum tercapai maka tidaklah ia suka memberhentikan diri melainkan terus menerus dicarinya hingga dapat, dan sekiranya sudah terdapat maka lantas dijalankan sebagaimana mestinya. Inilah ada sifat mempertinggi derajat bangsa! Bagi bangsa kita perempuan lndinesia tidak demikian halnya, ada pada kebalikannya itulah yang nyata dan hanya hal-hal yang kurang berharga itulah ditirunya seperti apa yang sudah kami uraikan di atas tadi.
Besar pengharapan kami moga-moga menjadi tuntunan bagi bangsa kita akan kemajuan mencari ilmu pengetahuan baik dimana saja tidak takut jerih lelah, berani menempuh sesuatu maksud yang mulia walaupun hingga pada jangka usianya, bekerja mencari hasil (berniaga) dengan kuat-kuat tidak takut rugi. Inilah yang harus kita perhatikan, supaya dengan kekuatan hati teguh itu maka cacatlah agaknya bangsa kita menjadi bangsa yang tidak rendah dan tidak pula menjadi miskin.
Belum kita dengar bahwa bangsa kita Indonesia yang sudah banyak jadi professor; paling tinggi pada abad ini hanya Mr. Dr. Ir. dan bangsa kita itu kalau berdagang kuatir rugi. Bilakah dapat kita menjadi mulia, sekiranya perasakan yang demikian itu masih terletak dalam sanubari bangsa kita, ini untuk kaum lelaki.
Congres, nyonya-nyonya dan tuan-tuan yang terhormat,
Sekarang sampailah pada pembicaraan tentang pemandangan dalam lingkungan Islam. Dalam pada pembicaraan ini tidak saja paksa-paksa supaya saudara-saudara masuk ke agama Islam bahwa sesungguhnya hal ini adalah terserah atas hajatnya masing-masing.
Hukum Islam diterangkan bahwa "Perempuan dan Lelaki" itu bedalah. Perbedaan ini bukan dari fihak lelaki lebih tinggi derajatnya dan fihak perempuan itu lebih rendah, tidak? Perempuan dan lelaki Islam itu masing-masing berhak berkemajuan dan berkesempurnaan dan bahwasanya yang dikata kemajuan dan kesempurnaan itu ialah menurut hak batas-batasnya sendiri-sendiri.
Ketahuilah, bahwa orang perempuan dilahirkan di dunia itu memang sudah membawa kodrat berbeda dengan orang lelaki. Umpamanya : fihak lelaki mempunyai kekuatan badan sehingga dengan itu maka dapatlah ia mengerjakan sesuatu pekerjaan yang berat-berat; tetapi fihak perempuan tidak demikian halnya, kekuatan badannya halus. Begitulah seterusnya. Bahwasannya kaum perempuan itu sudah mempunyai kuwajiban sendiri yang tidak dapat dikerjakan oleh kaum lelaki, yakni :
- Bunting
- Melahirkan anak dari kandungannya dan
- Memberi air susu, memelihara dan mendidik.
Tidak celanya orang perempuan tidak cakap mengerjakan sesuatu pekerjaan dari bagiannya lelaki, sebalinya pun tidak tercerca sekiranya orang lelaki itu tidak dapat mengerjakan dari kuwajibannya orang perempuan. Inilah memang sudah ada haknya masing-masing yang tidak dapat dipungkiri.
Sebagai juga dengan hal "Burung dan Harimau" , harimau dapat menggigit dan menelan dengan kuat-kuat, akan tetapi tidak dapat terbang. Sebaliknya, burung tidak cakap menggigit dan menelan, tapi terbang itulah yang paling cakap. Kedua-duanya ini niscaya tidak akan menjadi cela diantara satu sama lain.
Teranglah sudah, bahwa beban kuwajiban orang perempuan menanggung keselamatan hidup bersama, itu berat dan sekiranya tanggungan ini ditambah pula, maka bukankah ini namanya menganiaya dan merendahkan diri sendirinya? Fikirlah dengan sungguh-sungguh.
Seorang sastrawan berkata : orang perempuan itu mendjadi bunganya Dunia. Bunga yang pelik lagi permai seharusnya ditaruk pada vaas tempat yang indah dan ada di atas meja yang baik lagi mengkilap; bukan patutnya bunga yang demikian itu ditaruk pada tempat sembarangan. Walaupun buqet yang elok pun tidak akan berharga bunga itu.
Adapun kuwajiban orang perempuan dan lelaki akan menuntut ilmu pengetahuan dan mengerjakan (amal) kebajikan sajalah haknya tidak sepatahpun dikurangkan akan haknya, terlebih pula dalam arti melakukan agamanya.
Kepada nyonya-nyonya dan tuan-tuan yang belum mengerti akan seluk-beluknya agama kita Islam ada yang bertanya demikian : Apakah sebabnya Islam mengadakan peraturan bermadu, dan thalaq itu ada di atas kekuasaannya orang lelaki? Bukankah ini ada suatu jalan perendahan bagi kaum perempuan?
Kalau ada orang yang bertanya demikian, maka kamipun timbul pertanyaan kepadanya : Adakah kebajukan dan kehargaan bagi perempuan yang dibuat permainan, tertimbang dengan perempuan itu dikawinnya?
Saudara-saudara,
Mudah-mudahan dalam pembicaraan saya ini tidak salah terima, bukan sama sekali saya bermaksud menggerakkan permaduan dan tidak pula mengancuri pikiran kaum lelaki bermadu; fihak perempuan dengan suka ridla menerima permaduan ini. Pertanyaan itu karena timbul dari beberapa dakwa-dakwa yang tidak sebenarnya kepada agama kita Islam, dikatakan bahwa Islam merendahkan derajat perempuan sebab Islam meperkenankan bermadu dan bahwa thalaq ada pada tangan lelaki.
Fihak perempuan tidak menegang thalaq itu sudah pada tempatnya. Pada galibnya sifat perempuan itu sangat tergesa-gesa barang apa yang rnenjadi hajadnya, kurang sabar dan tanah, lembah, gampang sakit hati dan seterusnya. Tidak kurang-kurang perempuan yang menentang suaminya meminta thalaq dengan seketikanya. Untung bahwa lelaki yang bersifat sabar dan kuat fikirnya memegang thalaq itu, jika tidak niscaya mungkin terjadi tiap-tiap bulan sekali bercerai dan seumpama fihak perempuan yang memegang itu maka bolehlah dipastikan tiap-tiap pekan bercerai. Celakanya dari fihak perempuan bahwa lantaran dari lemah fikirnya itu dan dari sebab tergesa-gesa sembarang hajatnya, maka mungkinkah kemenyesalan hatinya atas perbuatannya tersebut. Fihak lelaki memegang thalaq, artinya bahwasanya thalaq atau perempuan itu dalam tangannya si lelaki, bolehlah ia berbuat barang apa yang diperkenankan menurut hukum agama dan sesungguhnya Tuhan Allah subehanahuwata'ala itu tidak senang melihat sikap lelaki yang gegabah melepaskan thalaq kepada isterinya, hendaklah fihak lelaki berhati-hati dan dengan bijaksana melepas itu, maka tidak akan menjadi sebab akan sesuatu hal yang sangat penting lagi menghalang-halangi akan hidup bersama antara lelaki dan isteri. Sebaliknya bagi fihak perempuan, sekiranya ditimbang-timbang dengan seksamanya bahwa hidup mereka dalam suami bini itu tidak membawa manfaat dan bahagia maka tidak halangannya fihak perempuan meminta thalaq kepada suaminya dan si suami harus meluluskan.
Saudara-saudara,
Kami serukan pidato saya ini dengan kuat-kuat ke hadapan saudara-saudara, terutama pemimpin bangsa kami, perempuan Indonesia yang hendak memperjuangkan peredaran dunia perempuan agar supaya "Mulia dan Utama", hendaknyalah dengan teliti lagi seksama mempelajari sesuatu masalah, dan dapat menimbang sendiri manakah yang baik dan jelek, sebab keterangan saya ini sangat singkatnya, sehingga untuk memberi seuluh yang luas niscaya tidak pada tempatnya diterangkan pada majelis ini, hanyalah sekedar perlu menjadi pemandangan bagi gerak lajutnya kita punya "Congres Perempuan Indonesia".
Sekianlah pidato ini saya kuncikan dengan merninta banyak ma'af barang apa yang kurang atau janggalnya perkataan saya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh ............
Nyonya Sukonto
Ketua Kongres Perempuan Indonesia Yang Pertama
22 - 25 Desember 1928
Nyonya Siti Aminah Bersama suaminya dokter Sukonto
Ny. Siti Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito
Sekretaris I Kongres Perempuan Indonesia I
22 - 25 Desember 1928
Nyi Sunaryati Sukemi
Nyi Sunaryati Sukemi beserta Ki Sukemi
Ny. Sujatin Kartowijono
Bendahara II Kongres Perempuan Indonesia I
22 - 25 Desember 1928
Pertemuan Wanita Pejuang 1928 - 1950 dalam rangka menyambut hari Kebangkitan Nasional di Aula GKN Jakarta
Ny. Sujatin Kartowijono dalam ceramahnya
berjudul: "Perkembangan Pergerakan Wanita Indonesia"
27 Maret 1975 di Aula GKN.
Nyi Hajar Dewantara
Anggota Panitia Kongres Perempuan Indonesia I
22 - 25 Desember 1928
Nyi Hajar Dewantara dengan kawan-kawan seperjuangan
Nyonya Alfiah Muridan Noto
Ny. Hajjinah Mawardi
anggota Panitia Kongres Perempuan Indonesia I
Ny. Hajjinah bersama suaminya Mawardi
Ny. B. Kartowijono berdampingan dengan
Ny. Fatmawati Soekarno dalam acara HUT 21
Badan Penghubung Organisasi Wanita 17 April 1975
di Gedung Wanita Jakarta.
Ny. Hajjinah Mawardi sedang berceramah
dalam kegiatan BP-4
Ny. Hajjinah Mawardi dalam Kongres Kowani
1974 di Jakarta.
Ny. Hajjinah Mawardi bersama Prof. Dra Siti Baroroh Bariedan
Ny. Wasilah Barozi melakukan kegiatan Aisyiyah.
Ny. Tuti Ismudiati Abdul Rachman Saleh
Tuti Ismudiati Saleh di Istana Negara menghadap Presiden Sukarno bersama keluarganya
Abdul Rakhman Saleh bersama isterinya Tuti Ismudiati dan anaknya
Cungkup Nyonya Ismudiati Saleh isteri
Abdul Rachman Saleh
di Makam Kuncen
yang wafat pada tanggal 7-6-1963
R.A. Surya Mursandi salah satu anggota
Pimpinan Kongres
Perempuan Indonesia Yang Pertama 1928
R. Ay. Bintang Abdul Kadir
Nyonya Driyowongso
(Duduk berkebaya hitam)
Batu nisan Nyonya Driyowongso
dan Bapak Driyowongso
di Makam Semaki Kulon Yogyakarta
"Sekolah Mendut Muntilan"
Ny. Badiah Gularso dan suami sedang menghadiri
Ceramah Dr Sarino Mangunpranoto 24 Mei 1976
di Aula GKN