Cerita Rakyat Daerah Irian Jaya/Bab 1
PENDAHULUAN
I. Tujuan Penelitian.
Tujuan dari penelitian dan pencatatan ceritera rakyat ini dapat dibagi atas :
1. Tujuan umum.
2. Tujuan khusus.
1.1. Tujuan umum.
Tujuan umum ialah untuk :
1.1.1. Memperoleh data dan informasi tentang bermacam-macam unsur kebudayaan termasuk ceritera rakyat
daerah Irian Jaya dalam masyarakat guna menunjang pelaksanaan kebijaksanaan Pemerintah dalam membina dan mengembangkan kebudayaan Nasional, sebagai salah satu usaha dalam rangka pendidikan mental masyarakat.
1.1.2. Untuk mengungkapkan unsur-unsur sosial budaya melalui ceritera rakyat daerah yang dapat mendorong penelitian lainnya dalam mengembangkan dunia ilmu pengetahuan dan latar belakang geografis, sosial dan budaya.
1.1.3. Demikian juga menyelamatkan kebudayaan Nasional pada umumnya dan kebudayaan daerah khususnya melalui aspek-aspek ceritera rakyat daerah Irian Jaya.
1.1.4. Membina kesatuan dan memperluas kepribadian bangsa dengan memperhatikan aspek-aspek ceritera rakyat daerah Irian Jaya.
1.2. Tujuan Khusus.
Tujuah khusus dari penelitian dan pencatatan rakyat daerah Irian Jaya. :
1.2.1. Mencatat, mengumpul, menyusun dan memelihara aspek-aspek cerita rakyat daerah Irian Jaya guna memperkaya kebudayaan Nasional.
1.2.2. Mendokumentasikan aspek-aspek cerita rakyat daerah Irian Jaya agar jangan hilang ditelan masa.
1.2.3. Membina dan mengembangkan aspek-aspek ceritera rakyat daerah Irian Jaya agar dapat pula dinikmati rakyat Indonesia pada umumnya dan Irian Jaya pada khususnya.
1.2.4. Memahami fungsi cerita rakyat daerah Irian Jaya sebagai alat pengembangan budaya di daerah Irian Jaya.
1.2.5. Juga mengurangi sikap ketertutupan (sikap isolasi) di sementara warga masyarakat oleh karena ikatan adat tradisi daerah.
1.2.6. | Melalui cerita-cerita rakyat ini dapat diketahui perlu juga falsafah hidup, pola pikir dan pola tindak masyarakat yang bersangkutan terutama mengenai latar belakang dan kepribadiannya. |
2. | Masalah. |
Masalah yang timbul pada penelitian dan pencatatan cerita rakyat daerah Irian Jaya bertitik tolak dari segi : |
2.1. | Apakah yang dimaksud dengan cerita rakyat ? | ||||||||||
Secara lisan, diwariskan turun temurun dikalangan masyarakat penduduknya serta tradisional. Didalamnya banyak terkandung kata-kata klasik dan ungkapan-ungkapan yang stereotipe.
Dengan demikian cerita rakyat itu merupakan salah satu unsur faktor yang tergolong dalam faktor lisan, serta penyebarannya secara tradisional dan banyak mengandung kata-kata klise dan ungkapan yang mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Dalam hal ini yang ditonjolkan ialah peranan dan fungsi cerita rakyat itu bagi masyarakat pendukungnya.
| |||||||||||
2.2. | Kenyataan apakah yang terdapat di daerah Irian Jaya yang berhubungan dengan cerita rakyat? | ||||||||||
|
Sebagaimana telah dimaklumi bersama bahwa Irian Jaya dengan kesulitan alam dan terbatasnya jalur komunikasi, merupakan tantangan pokok yang cukup akan menjadi hambatan kelancaran usaha ini.
Apalagi kalau ditinjau dari segi tata kehidupan masyarakat.
Konstalasi materi yang merupakan masalah abadi yang terdapat di daerah ini, antara lain :
2.4.1. Sifat tertutup dari sementara masyarakat, oleh karena keterikatannya dengan adat/tradisi daerahnya.
2.4.2. Pandangan dan wawasan budaya dari sebagian masyarakat yang masih belum dapat berorientasi pada perkembangan sosial budaya masa kini.
2.4.3. Adanya tradisi yang mengikat terutama dalam hal penurunan warisan budaya, masih menentu pada warga masyarakat yang tertentu pula. (misalnya, anak sulung pria, keturunan tokoh adat dll).
2.4.4. Kurangnya apresiasi dan partisipasi dikalangan masyarakat, terhadap hal-hal yang bukan dari kalangannya sendiri.
2.4.5. Terbatasnya jangkauan/penyebaran ceritera rakyat, yang disebabkan karena kepercayaan terhadap adat.
2.4.6. Masih belum terhimpunnya jenis-jenis ceritera mitologis dan lugendaris yang bersifat luas dan dapat dibukukan, dll.
Disamping himpunan masalah pokok tersebut masalah yang tidak kalah penting artinya bagi kelancaran pembangunan suku bangsa di daerah ini, ialah faktor keterbatasan dana, sarana dan tenaga. 3. Ruang Lingkup.
Lapangan dan obyek penelitian ceritera rakyat meliputi pengumpulan ceritera rakyat yang belum pernah diterbitkan, Lokasi penelitian dan pencatatan ceritera rakyat daerah sebanyak 9 buah kabupaten untuk daerah Irian Jaya.
Mengingat luasnya daerah dan banyak suku yang berada di Irian Jaya, maka untuk keperluan penelitian ini ditetapkan semua kabupaten sebagai daerah sasaran dimana beberapa ceritera rakyat yang luas dikenal dalam lingkungan suku-suku yang bersangkutan diambil untuk mewakili tiap kabupaten.
Adapun ceritera rakyat dikumpulkan itu adalah ceritera rakyat mengenai :
- Manusia,
- Binatang,
- Tumbuh-tumbuhan,
- Alam sekitar/alam semesta,
Ceritera rakyat itu ada yang berbentuk :
- Legenda
- Mite,
- Dongeng.
Adapun ceritera rakyat yang dikumpulkan itu dipersiapkan untuk:
- Ceritera anak,
- Ceritera orang dewasa,
- Ceritera masyarakat.
Menurut sifat dan nilainya ceritera rakyat yang dikumpulkan itu bersifat :
- Pendidikan,
- Keagamaan,
- Kepahlawanan
- Pemerintahan
- Jenaka
- Pencitaan.
- Nasihat
- Pelipur lara.
- Adat Istiadat.
- Kerawat.
4. Prosedur Penelitian :
Prosedur Penelitian yang dilakukan di dalam melaksanakan penelitian dan pencatatan ceritera rakyat daerah Irian Jaya adalah :
4.1. | Mengumpulkan data-data ceritera rakyat daerah Irian Jaya dengan cara/metode wawancara menggunakan tape-recorder, dll. |
4.2. | Kemudian pada umumnya disepakati bahwa untuk tiap kabupaten/daerah Tingkat II ditetapkan sekurang-kurangnya beberapa informan dan mengenai jumlah ceritera ditetapkan paling sedikit dua buah untuk tiap kabupaten sesuai dengan TOR (Pola Penelitian yang telah digariskan dari Pusat). |
4.3. | Selanjutnya, mengingat luasnya daerah dan komunikasi yang sulit serta biaya penelitian yang sangat terbatas, maka sebagai daerah operasional ditetapkan beberapa kabupaten yang disesuaikan dengan TOR atau keadaan setempat. |
4.4. | Sampai hari ini hampir kota Jayapura sebagai ibu kota Propinsi Irian Jaya memungkinkan untuk mendapatkan informan yang dianggap representatip dan berasal dari semua kabupaten di daerah ini. |
4.5. | Pelaksanaan pengumpulan ceritera di dahului dengan studi kepustakaan dan prasurvei, antara lain untuk mengadakan inventarisasi jenis dan jumlah ceritera yang mungkin diperoleh serta kemungkinan mendapat informan. Berdasarkan data yang terkumpul, tim selanjutnya menetapkan informan-informan serta ceritera-ceritera yang perlu direkam "Pada waktu pengumpulan ceritera setiap ceritera kadang sebagian besar disampaikan dalam bahasa dari informan yang langsung direkam oleh pengumpul ceritera. |
4.6. | Dengan demikian maka bagi masyarakat pemilih suatu ceritera yang dianggap keramat, ada kepercayaan bahwa apabila ceritera dikeluarkan dan diketahui oleh orang luar, maka kekuatan mistik atau kekuatan super-natural yang secara turun temurun akan hilang bahkan dapat membawa kutuk bagi masyarakat, khususnya pihak yang menceriterakannya. | ||||
4.7. | Selain itu ada pula anggapan bahwa pengumpulan ceritera bermaksud untuk mengkomersilkan ceritera rakyat yang diperolehnya. Oleh karena itulah maka untuk dapat merekam, sebagian dari ceritera yang dikumpulkan, diperlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang besar. Hal ini disebabkan dalam masyarakat tertentu suatu mitos hanya dapat diceriterakan oleh orang tu-tua tertentu. Bahkan tidak jarang harus diadakan dulu perundingan antara para tua-tua adat untuk menetapkan siapa yang boleh menceriterakannya tidak terkecuali unsur tertentu, pengalaman dan waktu mana yang dianggap terbaik/sesuai untuk maksud tersebut. | ||||
4.8. | Ceritera-ceritera yang telah direkam dengan bahasa daerah disalin kembali dalam bahasa atau kata-kata latin. Untuk keperluan penterjemahan, ditempuh dua cara :
| ||||
4.9. | Konsep naskah ceritera dalam bahasa Indonesia kemudian diseminarkan dalam Tim untuk menilai apakah ceritera-ceritera yang telah terkumpul itu sudah sesuai tema yang ditetapkan. | ||||
4.10. | Dalam diskusi-diskusi yang diadakan sering di ikut |
kan informan atau penterjemah yang bersangkutan apabila terdapat keragu-raguan mengenai isi sesuatu ceritera. Hal ini disebabkan kenyataan, bahwa seringkali seorang informan hanya menguasai sebagian dari ceritera itu. Bila dianggap sesuatu ceritera tidak sesuai, maka ceritera itu tidak dimuat.
Sebagai contoh No. 17 dengan judul "URI PASAI SU" pada buku ceritera.
Yang diterbitkan pertama ini, sehingga permulaan-permulaan menurut isi buku seharusnya 19 judul berhubungan No. 17 ditiadakan, maka hanya ditetapkan 18 judul. Terbukti bahwa untuk memperoleh 20 buah ceritera yang diperlukan, Tim hanya mengumpulkan 19 buah ceritera yang memerlukan perbaikan sana-sini sebelum mengalami pencetakannya.
Mudah-mudahan kekurangan-kekurangan ini lebih dapat diperbaiki dan disempurnakan pada penelitian dan pencatatan selanjutnya.
- =====