Di Malioboro  (1997)  oleh Goenawan Mohamad
1997


Kepada seseorang yang mengingatkan saya akan Iramani, yang dibunuh di tahun 1965


Saya menemukanmu, tersenyum, acuh tak acuh
di sisi benteng Vriedenberg

Siapa namamu, kataku, dan kau bilang:
Kenapa kau tanyakan itu.

Malam mulai diabaikan waktu.
Di luar, trotoar tertinggal.

Deret gedung bergadang
dan lampu tugur sepanjang malam

seperti jaga untuk seorang baginda
yang sebentar lagi akan mati

Mataram, katamu, Mataram …

Ingat-ingatan pun bepercikan
- sekilas terang kemudian hilang – seakan pijar
di kedai tukang las.

Saya coba pertautkan kembali
potongan-potongan waktu
yang terputus dari landas.

Tapi tak ada yang akan bisa diterangkan, rasanya

Di atas bintang-bintang mabuk
oleh belerang

kepundan seperti sebuah radang

dan bulan dihirup hilang
kembali oleh Merapi

Trauma, kau bilang
(mungkin juga, “Trakhoma”?)
membutakan kita

Dan esok los-los pasar
akan menyebarkan lagi warna mainan kanak
dari kayu: boneka-boneka pengantin
merah-kuning dan rumah-rumah harapan
dalam lilin.

siapa namamu, tanyaku
Aku tak punya ingatan untuk itu, sahutmu.