Elegi  (1949) 
oleh Asrul Sani

Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
Mimbar Indonesia, 1949

    Ia yang hendak mencipta,
    menciptalah atas bumi ini.
    Ia yang akan tewas,
    tewaslah karena kehidupan.
    Kita yang mau mencipta dan akan tewas
    akan berlaku untuk ini dengan cinta,
    dan akan jatuh seperti permata mahkota
    berderi sebutir demi sebutir


    Apa juga masih akan tiba,
    Mesra yang kita bawa, tiadalah
    kita biarkan hilang karena hisapan pasir

    Engkau yang telah berani menyerukan
    Kebenaranmu dari gunung dan keluasan
    Sekali masa akan ditimpa angin dan hujan

    Jika suaramu hilang dan engkau mati.
    Maka kami akan berduka, dan kanan
    menghormat bersama kekasih kami.

    Kita semua berdiri di belakang tapal,
    Dari suatu malam ramai,
    Dari suatu kegelapan tiada berkata,
    Dari waktu terlalu cepat dan kita mau tahan,
    Dari perceraian - tiada mungkin,
    Dan sinar mata yang tiada terlupakan.

    Serulah, supaya kita ada dalam satu barisan,
    Serulah, supaya jangan ada yang sempat merindukan senja,
    Terik yang keras tiada lagi akan sanggup
    mengeringkan kembang kerenyam*
    Pepohonan sekali lai akan berdahan panjang
    Dan buah-buahan akan matang pada tahun yang akan datang.
    Laut India akan melempar parang
    Bercerita dari kembar cinta dan perceraian

    Aku akan minta, supaya engkau
    Berdiri curam, atas puncak dibakar panas
    dan sekali lagi berseru, akan pelajaran baru.
    Waktu itu angin Juni akan bertambah tenang
    Karena bulan berangkat tua
    Kemarau akan segan kepada bunga yang telah berkembang.

    Di sini telah datang suatu perasaan,
    Serta kita akan menderita dan tertawa.
    Tawa dan derita dari yang tewas
    yang mencipta.....
     

Dari Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960

....

4
jangan harapkan fajar dilelap mimpi
tapi mawar akan berkisah tentang gurun

pasti kan lahir kebesaran pada saatnya
antara kealpaan penuh ampunan

....

(Nafiri, 1983)