Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 10/MUNAS VII/MUI/14/2005

Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 10/MUNAS VII/MUI/14/2005  (2005) 
oleh Majelis Ulama Indonesia

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 10/MUNAS VII/MUI/14/2005

Tentang

HUKUMAN MATI DALAM TINDAK PIDANA TERTENTU

بِسمِ اللهِ الرحمنِ الرحِيمِ


Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426 H. / 26-29 Juli 2005 M., setelah :

MENIMBANG :

a. bahwa akhir-akhir ini sering diberitakan banyaknya hukuman mati yang dikenakan kepada pelaku pidana tertentu dan mengundang perhatian masyarakat serta menimbulkan pendapat yang pro dan kontra.

b. bahwa hukuman mati merupakan hukuman paling berat yang dikenakan terhadap pelaku tindak kejahatan berat dan menyangkut berbagai pihak yang berwenang dan berkepentingan serta berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab;

c. bahwa berdasarkan kondisi masyarakat dan negara yang memerlukan ketegasan hukum dan ketertiban masyarakat, MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang Hukuman Mati dalam Tindak Pidana Tertentu untuk dijadikan pedoman.

MENGINGAT : 1. Fيiفِr m سادٍanَف A َأوl l سٍah فْ Sن WغيرِT ١) مِن َأجلِ َذلِ  ك َ كتبنا عَلى بنِي إِسرائِي َ ل أَنه من َقت َ ل نفْ :  س,ا. بِ الَْأرضِ َف َ كَأنما َقت َ ل النا  س  جمِيعا ومن َأحياها َف َ كَأنما َأحيا النا  س  جمِيعا وَلَقد  جاءَتهم ر  سُلنا بِالْبيناتِ ُثم إِنَّ َ كثِ  يرا مِنهم بعد َذلِ  ك فِي الَْأرضِ َلمسرُِفوَن. إِنما  جزاءُ الَّذِي  ن ي  حارِبوَن اللَّه ور  سوَله ويسعوَن فِي الَْأرضِ َف  سادا َأنْ يَقتُلوا َأو ي  صلَّبوا َأو تَقطَّع َأيدِيهِم وَأر  جُلهم مِن خَِلافٍ َأو ينَفوا مِ  ن اْلَأرضِ َذلِ  ك َلهم خِزي فِي الدنيا وَلهم فِي (٣٣ - الْآخِرةِ عَذاب عظِيم (المائدة: ٣٢

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keteranganketerangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi (32). Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya, dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan timbal balik atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu kehinaan bagi mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat azab yang besar” (QS. al-Ma’idah [5]: 32-٢)

ياَأيها الَّذِي  ن ءَامنوا ُ كتِ  ب عَلي .ُ ك(م3 ا3لْقِ  صا  ص فِي الَْقتَلى الْ  حر بِالْ  حر والْعبد بِالْعبدِ والُْأنَثى بِالُْأنَثى َفمن عفِ  ي َله مِن َأخِيهِ  شيءٌ َفاتباع بِالْمعروفِ وَأداءٌ إَِليهِ بِإِح  سانٍ َذلِ  ك تخفِيف مِن رب ُ كم ورحمةٌ َفمنِ اعتدى بعد َذلِ  ك َفَله عَذاب َألِيم (البقرة: (١٧٨

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema`afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma`af) membayar (diat) kepada yang memberi ma`af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka

b اناaَ طgلْi سn yهِa و لِيsلِi k ناsلْa ج عy aدn َفَقg اsمaوn ظُْلg مa tَ ل pُِقتe  نd مih ح) ق ” و QالْS لَّ ا. بِ aإِ l لَّ-هBال a مqرa حr a يh ٣) وَلا تقْ ت.ُل(وا8 ا7لن1فْ :[ س2 ا]لَّ تِ ( َفَلا يسرِف فِي الَْقتلِ إِنه َ كاَن من  صورا (الإسراء: ٣٣

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barang siapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan”. (QS, al-Isra’ [17]: 33).

٤) وإِنْ َطائَِفتانِ مِ  ن الْمؤمِنِ  ين اقْتتُلوا َفَأصلِ  حوا بينهما َفإِنْ بغت إِحداهما عَلى الُْأخرى َفَقاتُِلوا الَّتِي تبغِي  حتى تفِيءَ إَِلى َأمرِ اللَّهِ َفإِنْ َفاءَت َفَأصلِ  حوا بينهما بِالْعدلِ ( وَأقْسُِطوا إِنَّ اللَّه يحِ  ب الْمقْسِطِ  ين (الحجرات: ٩

“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'min berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (QS. al-Hujurat [47]: 9)

ل . 2 H ورَولحِ،َ:؟ه a سماكُِكd ر َقسرَقiلْتs. يا - م يا ي H هَلن:َذ علْما a ت ه d تن:: نْi َ لإِلْs لْاَف مُِقَف Rبَ لَف ؛اُق: َقa ا ر؟ ماs. كشَقرلَّu كِ  س l.وu ي َذهُِذلِ سl ي كِهِخِlي a نلْرِتَلَ لh اه مِت ثْاع s وهلَّ. رإِ ن ه(a:َ لَغ ١اَليل . w، ا٤دِ.ُق ي صلْ; ٣لَّ.د سَقاا٧ ى ت a ادِهِ .ل٣ن ش نَفاl، ١) ناَُقفَفعلتاالْلََّققْنتهِج وُلت، تنِد :وبي ىإَِل نهو نامٍهبِمع .هِ بِالْمَأ ( .َقرما حِع َلَقسمَ لاني ضٍى:رِد َ ل ب ُث:َأاأ ي مرِع َفَق حمدماااةٍدجِلِجَ ل،،ئْنت ا نِنمب  سع تَأواوس لْلِهنمِع.َلد ج تن ا ُقى بِللْبر هيبا ش سا نِر تمو :ِدعيي َ ل مإِدبِ يني انَّ،ً لال:هَِ لا .لَّ

“Dari Dailam al-Himyari, ia berkata: Saya ber-tanya kepada Rasulullah; saya berkata: Wahai Rasulullah, kami (tinggal) di bumi (daerah) yang dingin; di sana kami melakukan suatu pekerjaan berat; dan kami meminum minuman (terbuat) dari gandum agar kami kuat melakukan pekerjaan kami dan agar kami (pun kuat) menghadapi rasa dingin negeri kami. Rasulullah bertanya: “Apakah minuman itu memabukkan?” Saya menjawab: Ya. Rasulullah bersabda: “Jauhilah minuman terse-but.” Dailam berkata: Kemudian saya datang lagi ke hadapan beliau. Saya bertanya lagi seperti tadi. Rasulullah bertanya: “Apakah minuman itu memabukkan?” Saya menjawab: Ya. Rasulullah bersabda: “Jauhilah minuman tersebut.” Saya berkata (lagi): Orang-orang tidak mau meninggalkannya. Beliau bersabda: “Jika mereka tidak mau meninggalkan minuman tersebut, bunuhlah mereka (H.R> Ahmad)

ي، بa نيl عثَّk ال aاوn ُذ ؛ وm سن خةٍi n :uم ي mن س فْلَّ(a و٣و n َئهِ ةٍ١t اي٩e٩عمَِلr دs هe، جدلَّلْbاولu ىرِدt ص لَّكْ, لحb لْ بِاuبِ ا بn لَّراهِuا كْ كلتh ُلبِl لْ،a موا h ً لاس ل. سmي مرe ه سَ ل بِrااe ر نَق وk:)a اج،ل) لَّ مهَق ”ا !َل َ له H مِل.َ لر تِR ةٍ . ص جاوعا A مِ اادَئل h نَِق mلْي ب،دa دن جَةd ٢) بِعا خلثَّنُذي و اع.ب بِ (ا ع


“Dari ‘Ubadah bin Shamit r.a.; ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Ambillah dariku (terimalah hukum dariku)! Ambillah dariku (terimalah hukum dariku)! Allah telah menetap-kan suatu jalan (ketentuan hukum) bagi perempuan-perempuan itu; mereka yang belum kawin (jika berzina) dengan yang belum kawin hukumannya adalah jilid (cambuk) 100 kali dan diasingkan satu tahun; dan (hukuman) yang sudah kawin (jika berzina) dengan yang sudah kawin hukumannya dijilid 100 kali dan dirajam”. (HR. Muslim)

٣) بِعوإِن سحلَّ دمعب:ى دِ َث َ لاال َ لالَّيهِثٍحِ ب:لُّ نِ ال دثَّميم ساع بمو رِادٍل ئٍزار نِميضِس  يلِو امٍالن ي للهُفْ شع سهن هدبِ،ا لَأ نَقنْفْا َ ل: سَِ لا إَِقوَلااهلَ لت اإِ رِرلاَّ ك  سا لولِلَّهدُِ لي نِاوهِلَألَّ ناهِلْي م َفر صالَّرِ س ى. و ق ُ ل الِل لْلَّالهلَّ ج هِمعا َلإِيعهَِِّلاة ( (متفق عليه، واللفظ لمسلم، كتاب القسامة والمحاربين والقصاص والديات، ٣١٧٥

“Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah bersabda: “Tidak halal darah seorang muslim yang mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku ini utusan-Nya kecuali disebabkan salah satu dari 3 (tiga) hal: (1) Duda/Janda yang berzina, (2) membunuh orang dengan sengaja, dan (3) orang yang meninggalkan agamanya serta memisahkan diri dari jama’ah (murtad)” (HR. Muttafaqun ‘alaih; dengan teks Muslim)

dممeُُ ككn عتتاg ا َأa ن مn مج t e: قk رُ لs ُقَف وM و يي u َأمsلَّ l سiمm ٤) َفعواَأقْنمتُل روعُكهر مَف(  جرَة جوا،مِهي َقماع َ لسل:عَل م،ى س مِكعترا ج تبلٍ ا رلإو ساماوحِرَ لدٍة ، ا يللَّرِ٣يهِ ٤د ٤ َأ ص٣لَّنْ)ى. ي ال شلَّهق ععَل ي. صهِ(ا ُكو

“Dari ‘Arfajah, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah bersabda: “Barang siapa datang kepadamu, sedang urusanmu semua ada pada satu orang (khalifah), dengan maksud hendak melemahkan kekuatanmu atau mencerai beraikan golonganmu, maka bunuhlah ia (H.R. Muslim)

i نةa ام) :ست ت”امب H سبلَّ.R هٍ ك.ت او M و آولِ u، s هِ٢l ي٧i َلm٩ع ) ٥) بعدنَِ ل ا بدِنِين هع بَفااقْت سٍُل وره ضِ( ير وااهللهُ البعنخهامرا،ى ،َقا َ لكت ارب س واُ للج هاادللهِ وال صلَّسىير ا، . للهُ٤ ( المرتدين، ٦٤١١

“Dari Ibn Abbas r.a., Rasulullah bersabda: “Barang siapa mengganti agamanya, maka bunuhlah ia” (HR. Bukhari).

MEMPERHATIKAN:1. Pendapat para ulama; antara lain Wahbah al-Zahili dalam al-Fiqh al- Islami wa Adillatuhu, (Damsyiq: Dar al-Fikr, 2004), juz 7, halaman 5595

ومن َلم ينْدفِع َف  ساده فِي اْلأَرضِ إِلاَّ بِالَْقتْلِ ُقتِلَ ، مِثْلُ الْمَف  رقِ لِ : ج 5ما 59  ع 5ِة الْمسلِمِي  ن ، والداعِي إَِلى الْبِدعِ فِي الدينِ ... وأم  ر النَّبِ  ي  صلَّى اللهُ  عَليهِ وآلِهٍ و  سلَّم بَِقتْلِ  ر  جلٍ َتعمد  عَليهِ الْكِذْ  ب ، و  سأََله ديَلم الْحِميرِ  ي – فِيما يروِيهِ أَحمد فِي الْمسَندِ  عمن َلم ينَْتهِ  عن ُ شربِ الْ َ خمرِ فِي الْم  رةِ ال  رابِعةِ، َفَقالَ: َفإِن َلم يتْ  رُكوه َفاقُْتُلوهم. والْ ُ خ َ لا  صُة: أَنَّه ي  جو  ز الَْقتْلُ سِيا  سًة لِمعَتادِي اْلإِج  رامِ ومدمِنِي الْ َ خمرِ ود  عاةِ الَْف  سادِ ومجرِمِي أَمنِ الدوَلةِ، ونحوهم.

“Orang yang kejahatannya di muka bumi tidak dapat dihentikan kecuali dengan dibunuh, maka ia (harus) dibunuh; misalnya orang yang memecah belah jamaah kaum muslimin dan orang yang mengajak ke-bid’ah-an dalam agama… Nabi memerintahkan agar membunuh orang yang sengaja berdusta atas namanya. Nabi ditanya oleh Dailam al-Himyari --dalam riwayat Ahmad dalam Musnad-nya- - tentang orang yang tidak mau berhenti minum khamar pada kali keempat (minum yang keempat kali setelah diingatkan); beliau bersabda: “Jika mereka tidak mau meninggalkan (tidak mau berhenti minum), maka bunuhlah”. Kesimpulan-nya: Boleh menjatuhkan hukuman mati sebagai siyasah (politik hukum) kepada orang yang selalu melakukan kejahatan (tindak pidana), peminum khamar, pelaku kejahatan (berupa gangguan terhadap) keamanan negara, dan sebagainya”.

2. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kejahatan yang diancam dengan hukuman mati; antara lain:

a. Kejahatan terhadap Negara (pasal 104, 111 ayat 2, 124 ayat 3, dan 140 ayat 3 KUHP).

c. Pembunuhan dengan berencana (pasal 340 KUHP).

d. Pencurian dan pemerasan yang dilakukan dalam keadaan yang memberatkan (pasal 368 ayat 2 dan 369 ayat 4 KUHP).

e. Pembajakan di laut, pantai, pesisir dan sungai yang dilakukan dalam keadaan seperti yang tersebut dalam pasal 444 KUHP.

f. Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1952 Tentang Senjata Api, Amunisi atau Suatu Bahan Peledak. Fatwa tentang Hukuman Mati Fatwa Munas VII Majelis Ulama Indonesia tahun 2005


g. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1976 tentang kejahatan penerbangan dan kejahatan terhadap sarana/prasarana penerbangan.

h. Undang-Undang Nomor … Tahun … tentang Narkotika dan Obat-Obatan Psikotropika.

i. Undang-UndangNomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

3. Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII MUI 2005.

Dengan bertawakkal kepada Allah SWT

M E M U T U S K A N


MENETAPKAN :

FATWA TENTANG HUKUMAN MATI DALAM TINDAK PIDANA TERTENTU

1. Islam mengakui eksistensi hukuman mati dan memberlakukannya dalam jarimah (tindak pidana) hudud, qishas dan ta’zir.

2. Negara boleh melaksanakan hukuman mati kepada pelaku kejahatan pidana tertentu.

Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 21 Jumadil Akhir 1426 H. 28 J u l i 2005 M

MUSYAWARAH NASIONAL VII
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Pimpinan Sidang Komisi C Bidang Fatwa
Ketua, Sekretaris,
Ttd, Ttd,
K.H. MA’RUF AMIN Drs. H. HASANUDIN, M.Ag

Pimpinan Sidang Pleno
Ketua, Sekretaris,
Ttd. Ttd.
Prof. Dr. H. UMAR SHIHAB Prof. Dr. H.M. DIN SYAMSUDDIN

Karya ini merupakan informasi publik di Indonesia.


Copy, distribute and transmit the work
Copy, distribute and transmit the work
Karya ini mungkin memiliki hak cipta. Dapat disebarluaskan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Lihat UU No. 14 Tahun 2008 untuk lebih jelas.