GERPOLEK/Anasir Perang

GERPOLEK  (1948)  oleh Tan Malaka
Anasir Perang

Ada empat ANASIR PERANG yang terpenting, yakni:

  1. SOAL KEADAAN BUMI.
  2. SOAL KEADAAN SENJATA.
  3. SOAL KEADAAN ORANG.
  4. SOAL TEMPO.

Anaisr yang lain tiadalah sebegitu penting. Lagi pula anasir-lain bolehlah dimasukkan ke dalam empat anasir-pokok seperti tersebut di atas sebagai anasir-cabang. Maka kewajibannya seorang Ahli-Siasat-Perang, ialah mempertimbangkan, memperhubungkan serta mengemudikan keempat Anasir-Pokok dengan segala Anasir-Cabang yang lain-lainnya.

 Syahdan, kalau salah satu dari pada ke-empat Anasir-Pokok  itu berubah, yakni maju atau mundur atau jika semuanya ke-empat anasir itu  berubah atau bertukar, maka berubah bertukarlah pada sifatnya perang yang  dilakukan itu.

1. SOAL KEADAAN BUMI.

Adapun satu bangsa yang mendiami tanah, yang sebagian atau seluruhnya dikelilingi lautan, menghadapi soal siasat perang (strategi) beserta persenjataan dan latihan perang yang berlainan dengan bangsa lain, yang berada ditengah-tengah benua dan berjauhan dari lautan tempat lalu-lintas. Pada masa sekarang bangsa Inggris yang mendiami pulau menghadapi soal lain tentangan sesuatu peperangan dengan bangsa Jerman, yang tinggal ditengah-tengah benua Eropa, yang jauh letaknya dari pada Lautan-lalu-lintas dunia, dan cuma sebagian daerahnya saja yang dibatasi oleh lautan yang kurang penting, ialah Laut Timur. Betapakah pula bedanya persoalan perang itu buat bangsa Inggris dengan bangsa Swiss, yang sama sekali jauh dari pesisir Laut. Berhubung dengan keadaan bumi itu, maka Rakyat Inggris lebih mementingkan Armada dan angkatan Udara dari pada angkatan Darat. Sedangkan sebaliknya Jerman lebih mementingkan angkatan Darat dan Udara dari pada Armada. Dalam hal siasat perang, maka Inggris terutama selama damai lebih mengutamakan siasat membela dari pada siasat menyerang. Tetapi para Ahli Siasat Angkatan Perangnya Imperialisme Jerman lebih mengutamakan Siasat-Menyerang dari pada Siasat-Membel, Swiss yang berada di pegunungan di pusatnya benua Eropa sama sekali tiada mempunyai dan menghiraukan Armada. Swiss memusatkan persenjataannya kepada Tentara Darat dan Angkatan Udara serta memusatkan siasatnya kepada siasat membela.

2. SOAL KEADAAN SENJATA.

Keadaan senjata berhubungan rapat dengan tingginya alat perkakas (teknik) dan dengan tinggi rendahnya pula pengetahuan sesuatu bangsa. Di zaman biadab, kampak dan tombak batulah yang menajdi senjata. Di zaman logam besi, maka keris, pedang dan bedillah yang menjadi senjata. Sekarang di zaman teknik dan pengetahuan yang tinggi, meriam, tank, pesawat, roket, kapal, bom atom, bacteriologis, biologis dan klimatologislah yang menjadi alat senjata. Berhubung dengan perubahan senjata dari zaman kapak dan tombak batu sampai ke zaman tank dan bom atom itu, maka berubah bertukarlah pula dalam masa ribuan tahun ini, siasat perang bagi ahli Siasat-perang dan Latihan Perang, bagi para prajurit perang. Latihan pembelaan bagi seorang prajurit yang berdiri di belakang parit atau perisai yang menghadapi serangan musuh bersenjatakan kapak dan tombak batu, berlainan sekali dengan latihan pembelaan seorang prajurit zaman sekarang, yang diam di dalam gedung di bawah tanah, dan terbuat dari beton dan baja, yang dilindungi pula oleh meriam dan pesawat terbang. Latihan Penyerangan yang harus dipelajari oleh seorang prajurit bersenjatakan kapak atau tombak batu terhadap musuh, yang berdiri di belakang parit memegang perisai, berbeda pula dengan latihan seorang juru terbang yang mengemudikan sebuah bomber yang menuju ke benteng pertahanan musuh, yang jaraknya sampai 2000 km, atau lebih dari pangkalannya, dan yang harus pula mengatasi semua pembelaan musuh seperti meriam dan pesawat penggempur.

3. SOAL KEADAAN ORANG.

Kita bicara dalam sejarah dunia, bahwa Iskandar Zulkarnaen yang disebut juga penakluk dunia, mengalahkan hampir semua Negara beradab di masa itu dengan tentara Yunani, yang terdiri dari pada cuma 40.000 orang (empat puluh ribu orang). Dalam perang dunia ke- I (tahun 1914-1918) Jerman mempergunakan lebih kurang 6.000.000 (6 juta) prajurit. Dalam perang dunia ke-II (1939-1945) Soviet Rusia mempergunakan lebih kurang 20.000.000 (20 juta) prajurit. Dengan naiknya jumlah prajurit perang dari 40.000 sampai kepada 6.000.000 atau 20.000.000 orang, maka berubahlah pula PANJANGNYA front dimana kedua belah pihak musuh berhadapan. Dengan berubahnya panjang front itu maka berubahlah pula SIASAT membela dan menyerang itu.

 Marilah kita sebentar memperingati front-Barat di eropa  di masa perang dunia ke-I. Dengan tentara yang besarnya antara 2 dan 3 juta,  maka Inggris, Perancis dapat melindungi seluruhnya front Barat dari laut sampai  ke batas Swiss yang netral itu. Barisan Jerman yang berhadapan dengan barisan  Inggris/Perancis itu tak bisa melakukan siasat pengepungan (umfassung). Kedua  ujung barisan Inggris/Perancis tak dapat dilalui oleh Barisan Jerman. Siasat  perang yang harus dilakukan, ialah siasat yang dinamai SIASAT PERANG STELLING  (Trench-Warfare). Dalam hal perang stelling itu, maka Barisan Jerman dapat maju  kalau stelling Inggris/Prancis dapat diterobos, ditembus dengan “Druchstross”  yang bisa diperdalam atau diperluas. Atau kalau seluruhnya front  Inggris/Perancis yang dipanjangnya lebih kurang 8002 km dapat dihalaukan terus  menerus dengan hujan pelor. Dalam peperangan di zaman Iskandar atau Hannibal, dilakukan  di lapangan luas, dengan tentara kaki dan kuda, yang terdiri dari beberapa puluh  ribu orang saja, satu tentara bisa melaksanakan penyerangan menurut  SIASAT-GERAK CEPAT (mobile-warfare) ialah siasat kepung-mengepung dan tembus  menembus barisan musuh. Dengan naiknya jumlah prajurit sampai jutaan orang dengan  semakin sempitnya ruang dan berubahnya persenjataan, maka pada perang dunia  ke-II ahli-Siasat-Perang menemui soal perang stelling. Siasat GERAK CEPAT  tiadalah LANGSUNG lagi dapat dijalankan seperti di zaman dahulu kala, di zaman  Iskandar, Hannibal, Caesar dan  Napoleon.

4. SOAL TEMPO

Anasir keempat, ialah soal tempo ini tampaknya tiada begitu penting, tetapi sebenarnya amat penting pula jika diperhubungkan dengan tiga anasir tersebut pula. Jika diperhubungkan dengan tiga anasir tersebut di atas itu, maka Sang Tempo itu adalah penting sekali. Tempo menentukan Siasat Perang di waktu pecahnya perang dan menentukan persiapan pertahanan di masa sebelumnya perang. Soal tempo itu dipergunakan dengan baik sekali oleh seorang Jendral Romawi yang bernama Pabius Cunctator, Jendral Maju Mundur. Jendral ini berhadapan dengan Jendral yang sangat ulung dan sangat populer di masa yan lampau, ialah Jendral Hanibal masuk menyerbu ke Italia dengan melintasi pegunungan Alpen. Satu pekerjaan militer yang dianggap mustahil dapat dilakukan di masa itu. Sekonyong-konyong Hannibal sudah tiba di Italia Utara dan akhirnya di pintu gerbang Rome, Ibu Kota, setelah mengalahkan tentara Romawi di Canmae Fabius, Jendral Maju-Mundur tak mau melawan musuh yang ulung itu berhadap-hadapan, tetapi maju kalau Hannibal berhenti dan mundur kalau Hannibal menyerang. Dengan demikian dia mengharapkan tentara Hannibal yang berada jauh dari pangkalannya di Carthago itu lama-kelamaan akan kehilangan orang, seorang demi seorang, kehabisan perlengkapan dan kehilangan kesabaran. Sedangkan tentara Romawi akan tetap bertambah kuat dalam segala-galanya itu. Pengikut Fabius, bernama Scipio Afrikanus Minor dan Scipio Afrikanus Minor ini meneruskan siasat Maju Mundur itu pula. Walaupun akhirnya Hannibal menjadi lemah, lantaran jerih payah, kehilangan prajurit, senjata, perlengkapan serta kesabaran, sedikit demi sedikit, dan akhirnya terpaksa kembali pula, tetapi Scipio masih meneruskan taktik Fabius Conctator itu. Taktik Maju-Mundur  itu oleh Scipio diteruskan juga, walaupun Hannibal sudah terpaksa mundur sampai ke pangkalannya sendiri di Afrika. Belum juga lagi Scipio memukul musuhnya dengan berhadapan, tetapi lebih dahulu dia memotong jalan yang harus dilalui oleh bala-bantuan, berupa makanan dan kuda yang dikirimkan kepada Hannibal. Akhirnya setelah menderita kekuarangan dalam segala-galanya lahir dan batin, barulah Scipio memberikan pukulan terakhir dan mencapai kemenangan.

 Boleh dikatakan, bahwa Jendral Hannibal, salah satu  Jendral terulung dikalahkan oleh Jendral Tempo. Sang Tempolah pula disamping  keadaan sebagai penduduk sebuah pulau mengizinkan Inggris kurang mengindahkan  Tentara Darat di musim damai. Dan Sang Tempo pula yang memberi kesempatan penuh  buat mengadakan persiapan setelah perang meletus dan mengadakan siasat membela  dalam waktu lama sekali pada permulaan perang. Ditemani terutama oleh Jendral  Tempo, karena berada diseberang laut itulah maka Inggris dapat membatalkan  penyerbuan Napoleon, Hindenburg dan Hitler berturut-turut.
 Ringkasnya perubahan empat anasir perang ialah:
  1. keadaan bumi.
  2. persenjataan.
  3. banyak prajurit.
  4. tempo masing-masing

Atau semuanya sangat mempengaruhi merubah-merombak serta menukar Siasat Perang, baik dalam hal pembelaan ataupun dalam hal penyerbuan.