GERPOLEK/Perang Rakyat
Perang di Indonesia bukanlah Perang yang dilakukan oleh Rakyat Indonesia dengan maksud hendak menindas bangsa Asing. Perang Rakyat Indonesia adalah sebaliknya, yaitu perang yang terpaksa dijalankan untuk menolak penindasarn Asing atas Rakyat Indonesia. Perang di Indonesia adalah Perang Kemerdekaan. Perang Kemerdekaan Indonesia tiada akan berharga sepeserpun bagi kaum Murba kalau hasilnya cuma menukar Pemerintah Asing dengan Pemerintah Putra Bumi. Kalau cuma menukar pemerintahannya orang berkulit putih dengan Pemerintah orang berkulit coklat. Pemerintah orang berkulit coklat akan langsung atau tidak langsung, cepat atau lambat menjadi Pemerintah Boneka, kalau 100 % kebun, pabrik, tambang, pengangkutan, dan Bank berada di tangan Asing, seperti di zaman “Hindia Belanda”.
Perang Kemerdekaan Indonesia baru berhasil, kalau sehabisnya Perang juga (bukan kelak dikemudian hari) 100 % para pemimpin Negara langsung dipilih dan bisa diberhentikan oleh Rakyat Indonesia. Dan kalau disamping Pemerintah yang 100 % Indonesia itu SEKURANGNYA 60 % kebun, pabrik, tambang, pengangkutan, Bank, dll DIMILIKI, DIKUASAI, DIURUS dan DIKERJAKAN oleh Negara dan Murba Indonesia. Ringkasnya Kemerdekaan Rakyat Indonesia baru TERJAMIN kalau Kemerdekaan POLITIK ada 100 % berada di tangan Rakyat Indonesia. Dan kalau Hak milik serta Kekuasaan atas EKONOMI modern sekurangnya 60 % berada di tangan Rakyat Indonesia pula. Bukan NANTI, melainkan SEKARANG juga! Ini berarti bahwa tak seorangpun anggota tentara atau polisi Belanda boleh tinggal dibagian mana saja di Indonesia! Ini pula berarti, bahwa semua harta benda MUSUH harus DISITA, di-beslag DIAMBIL-OVER, TANPA DIGANTI KERUGIAN. Penyitaan itu adalah cocok dengan Hukum Perang yang sudah diakui oleh Dunia International.
Mempertimbangkan empat anasir Perang (1) kebumian, (2) Persenjataan, (3) banyak orang (4) tempo, maka TEMPO itu adalah perkara yang amat penting bagi kita. Makin lama perang berlaku (yakni kalau Musuh terus menerus diserang!) makin habis orangnya, makin miskin negaranya, makin gelisah rakyatnya dan makin kehilangan kepercayaan dunia kepada musuh itu sebagai bangsa ceroboh (agresor).
Bandingkanlah:
1. CACAH JIWA
Belanda 7 juta Indonesia 70 juta.
2. PERTANIAN
Negara Belanda datar buminya dan sejuk hawanya berhubung dengan itu, maka serdadu totok tak kuat turun naik gunung, apalagi di musim hujan atau panas. Serdadu Belanda (totok) harus didatangkan dari jauh yaitu 10.000 KM jaraknya dari Indonesia. Hal ini banyak memakan tempo dan belanja. Rakyat Indonesia biasa dengan hujan dan panas dan senang naik turun gunung dalam waktu apapun juga Prajurit Indonesia berada di kampung halamannya sendiri.
3. KEUANGAN.
Belanda sudah miskin lantara 5 tahun diperas dan diinjak-injak oleh Fasis Jerman, semakin hari semakin miskin, kalau di Indonesia tiada diberi kesempatan MEMBANGUN saban hari dia terpaksa memakai N.C f 3.000.000 (uang lama). Belanda tak akan dapat pinjaman lagi dari Amerika, kalau di Indonesia dia tak bisa MEMBANGUN yakni menjadi untung buat membelanjai serdadu dan kaki-tangannya. Kalau terus diserang, maka Belanda kian hari kian miskin melarat. Walaupun Rakyat Indonesia tiga setengah tahun lama diperas oleh Jepang dan dua tiga perempat tahun diblokir (dikepung) oleh Belanda dan dimana-mana dirampas hartanya oleh Belanda, tetapi Bumi Indonesia SEDIA memberikan cukup makanan pakaian dan senjata kepada prajuritnya. Kalau ekonomi Indonesia disesuaikan dengan keadaan perang, maka Rakyat Indonesia akan cukup menjamin hidupnya.
4. KESUSILAAN (moral).
Serdadu Belanda yang jauh dari ibu-bapak, anak-istri dan handai tolan, yang ditipu dikirim ke-Indonesia tak mempunyai tekad dan kebernaian untuk menghadapi perang yang lama pada bumi dan hawa yang asing dan sukar baginya. Prajurit Indonesia yang sudah insyaf akan Bahaya dan sedang melakukan pembelaan kampung halamannya sepatutnyalah mempunyai moral yang luruh, itulah yang dibutuhkan oleh perang yang lama dan sukar. Moral itu ternyata ada pada waktu enam bulan JAYA BERJUANG.
5. ORGANISASI DAN SIASAT.
Di zaman “Hindia Belanda” maka dalam hal organisasi dan siasat peperangan, memangnya Belanda jauh melebihi bangsa Indonesia. Sesudah dua tiga tahun lamanya mendapatkan latihan dalam organisasi serta latihan dan gemblengan yang hebat dalam hal ketentaraan, maka keprajuritan Rakyat Indonesia sudah menyamai kalau tidak melebihi keprajuritan Belanda.
Kalau kita ambil BALANS (perhitungan) dari pada perbandingan di atas dalam hal (1) cacah jiwa (2) kebumian (3) keuangan (4) kesusilaan dan (5) organisasi dan siasat, maka nyatalah sudah bahwa keuntungan adalah di pihak Rakyat Indonesia. Yakni, jikalau Rakyat Indonesia insaf akan perbandingan yang sebenarnya dan dengan sadar dan ulet mempergunakan semua keuntungan itu.
Kita tahu akan kekurangan kita dalam satu hal, ialah dalam hal PERSENJATAAN. Jadi dalam sekurangnya lima perkara kita berada dalam kelebihan, cuma dalam satu perkara saja kita berada dalam kekurangan! Tetapi dalam hal PERSENJATAAN-pun kita jauh dari pada harus berpangku tangan saja. Insyaflah, bahwa kita dari tingkat Laskar-Bambu-Runcing sudah sampai ke tingkat tentara yang bersenjata bedil, tommy-gun, mitralyur, mortir, meriam, dan pesawat udara. Sembarang prajurit dapat menceritakan pengalamannya menghadapi TANK dan pesawat terbang, ialah dua senjata yang menyebabkan KELEBIHAN tentara Belanda pada perjuangan di darat dan udara. (Perang laut adalah faktor (perkara) yang penting sekali untuk kita. Tetapi dalam PERANG KEMERDEKAAN ini Perang Laut itu bukanlah faktor yang terakhir bagi kita! Artinya itu, kalau kita dapat menang di darat tanpa menang di laut. Belanda akan terpaksa juga meninggalkan Indonesia! Belanda tak akan bisa hidup dengan air laut kita saja!).
Kembali kita kepada tank dan pesawat tadi! Tank biasanya dibiarkan saja oleh prajurit kita mondar-mandir di jalan raya. Tetapi tank cuma sanggup menguasai jalan Raya saja. Itupun kalau tiada berjumpakan barang peledak atau TORPEDO BERJIWA. Sebentar saja si-pengemudi tank mengeluarkan kepalanya keluar tank buat mencari makanan atau air minum, maka pada saat iu pula dia akan disambut oleh pelor atau ujungnya bambu-runcing. Tak sedikit tank yang rusak atau direbut oleh prajurit kita. Insyaflah bahwa semuanya senjata kita itu adalah senjata yang direbut dari tangan musuh.
Pesawat biasanya terbang tinggi. Dalam hal itu Sang Prajurit bisa meniarap di tanah tiada mendapat gangguan. Sekiranya pesawat itu terbang rendah SANG PRAJURIT segera mempergunakan mitralyur saja, ialah kalau dia tiada mempunyai alat penangkis serangan udara. Di stasiunnya di tanah pesawat itu selalu berada dalam bahaya kebakaran dan kemusnahan oleh barisan terpendam!
Pendeknya prajurit yang berpengalaman tiada menganggap tank dan pesawat itu sebagai KELEBIHAN MUTALAK-nya tentara Belanda. Kelebihan dalam kedua senjata itu dapat diatasi dengan kelebihan yang ada pada prajurit dan Rakyat Indonesia dalam sekurangnya lima perkara tersebut di atas.
KESIMPULAN:
Mengingat kelebihan kita dalam beberapa perkara yang penting tertentu dan kekurangan kita pula dalam beberapa perkara lain, maka timbullah pertanyaan dihati kita yakni:
SIASAT APAKAH YANG TERBAIK BUAT KITA UNTUK MEMPEROLEH KEMERDEKAAN 100 % ITU?
Mengingat pula, bahwa lebih kurang 700.000 mil persegi ruangan daratan Indonesia dan 4.500.000 mil persegi tanah dan air Indonesia dengan gunung, hutan dan rimba-rayanya, maka MUSTAHIL seribu kali MUSTAHIL, akan dapat direbut serta dipertahankan oleh 100.000 tentara Belanda itu, asal saja 70 juta Rakyat itu tetap menolak penjajahan dan prajuritnya terus menerus menyerang maka kita berani memutuskan, bahwa siasat yang terbaik buat kita ialah:
Kalau kita terpaksa, kita buat sementara waktu akan menyerahkan sebagian DAERAH kita untuk memelihara prajurit dan senjata. Disamping itu kita akan mempergunakan TEMPO untuk memperlemah musuh dan memperkuat diri kita dengan PERSATUAN yang kokoh dalam politik, siasat-perang dan per-ekonomian yang semuanya didasarkan atas PERJUANGAN KELUAR yakni:
PERANG SELURUH RAKYAT JELATA KEPULAUAN INDONESIA TERUS MENERUS.
Tak ada tempat dan tempo buat membangun dan BERISTIRAHAT bagi Belanda.
Perang Rakyat, ialah Perang dalam semua lapangan hidup, ialah dalam perkara (1) Keprajuritan (2) politik, (3) ekonomi dll. Dalam tiga lapangan hidup itu kita harus mengadakan PERSATUAN yang erat di antara PEMEGANG tampuk perjuangan yang sesungguhnya pada tingkat sekarang ialah di antara KAUM MURBA, KAUM TANI, RAKYAT dan INTELLEKT DJEMBEL.