Hal Bunji Dalam Bahasa-Bahasa Indonesia/Bab 12

BAB XII

GEDJALA BUNJI DALAM KATA JANG DIAMBIL DARI
BAHASA LAIN.

281. Djika suatu bahasa Indonésia mengambil suatu kata dari bahasa lain, maka bunjinja disesuaikan dengan bunji² jang terdapat dalam bahasa jang mengambil kata itu. Hal jang menjimpang dari kebiasaan itu djarang terdapat, ketjuali pada kaum terpeladjar; disini-sana bunji asing itu diutjapkan djuga oléh rakjat djelata. Dalam bahasa Madura misalnja tidak terdapat bunji f, tetapi rakjat djelata mengutjapkan djuga bunji f itu alam kata² jang diambil dari bahasa asing.

282. Perubahan bunji terdjadi, djika bunji dalam kata² jang di ambil dari bahasa asing tidak terdapat dalam bahasa jang mengambilnja.

I. Perubahan bunji pada kata² jang diambil dari bahasa Indonésia lain. Hal itu atjapkali terdjadi pada konsonan langit atau palatal jang tidak terdapat dalam beberapa bahasa Indonésia jang tertentu; konsonan langit² lembut atau vélar, konsonan gigi atau déntal, konsonan gigi + i atau setengah-vokal y menggantikan konsonan langit² (palatal) itu.

Bahasa Melaju : jambatan Bahasa Napu : gambata.
Bahasa Melaju : janji Bahasa Sangir : diandi.
Bahasa Melaju : jaga Bahasa Tontémboa : yaga.

II. Perubahan bunji pada kata² jang diambil dari bahasa bukan bahasa Indonésia. Kebanjakan kali perubahan bunji itu terdjadi pada sibilant, oléh sebab bunji s tidak terdapat dalam sebagian besar bahasa² Indonésia. Djadi kata sjaal dalam bahasa Belanda diutjapkan sebagai sāl, sal atau cal dalam bahasa Madura.

283. Tempat bunji kata jang diambil dari bahasa lain sama dalam bahasa jang mengambilnja. Dalam bahasa Busang tak terdapat kata² jang berachir dengan s; djadi kata ratus dalam bahasa Indonésia purba mendjadi atu, kata Bugis (orang Bugis) mendjadi Bugit, kata English mendjadi Ingělit. Hanja dalam kata kêrtas bunji s itu tetap ada. Atjapkali dalam idiom bahasa Indonésia hanja terdapat vokal pada achir kata²nja; pada kata² jang diambil dari bahasa lain dan berachir dengan konsonan, ditambahkan sebuah vokal. Oléh sebab itu, dalam bahasa Tsimihety terdapat kata² telegrafi (= telegraaf), Parisi (=Paris), Madagasikara (Madagaskar).

284. Hal menghubungkan bunji² dalam kata jang diambil dari bahasa lain dan hubungan bunji itu asing bagi bahasa jang mengambilnja. Biasanja hal itu mengenai hubungan beberapa konsonan, disertai gedjala² bunji seperti berikut :

I. Menurut Jonkers dalam karangannja "Rottinesischen Teksten" kata dienstbrief dalam bahasa Belanda ialah susula dis (dis dienst dalam bahasa Belanda) dalam bahasa Roti.

II. Bunji bertukar tempat. Dalam bahasa Malagasi kuno terdapat kata serafelo (malaikat, bidadari) jang diambil dari bahasa Arab: asrafil. Dalam Perdjandjian Niontsy hal. 24 jang diumumkan oléh Ferrand terdapat kata²: aiza hanau ra serafelo? (dimanakah kamu hai malaikat ?).

III. Bunji ditambahkan pada kata². Kata vergulil dalam bahasa Belanda ialah porogolo dalam bahasa Bugis.

285. Vokal ditambahkan di-tengah² kata menurut :

I. Vokal jang paling dekat letaknja seperti dalam kata parasero (= parceiro (jang mengambil bagian) dalam bahasa Portegis) dalam bahasa Makasar.

II. Konsonan jang paling dekat letaknja. Antara s dengan ch dalam bunji sch pada permulaan kata dalam bahasa Belanda, ditempatkan bunji i dalam bahasa Makasar. Djadi kata schout mendjadi sikau dalam bahasa Makasar.

286. Perhubungan bunji letus + h (aspirate) dalam kata² jang diambil dari bahasa lain, dalam bahasa Indonésia jang tidak mempunjai bunji aspirate, menarik perhatian.

I. Bunji aspirate hilang seperti dalam kata bumi (= bhumi dalam bahasa India kuno) dalam bahasa Melaju.

II. Antara bunji letus (éksplosiva) dengan bunji aspirate terdapat sebuah vokal, seperti dalam kata pahala (= phala dalam bahasa India kuno) dalam bahasa Makasar. (pahala ,,mempergunakan"). Dalam bahasa Madura kata phala itu diutjapkan sebagai: paqalah. (lihat keterangn dibawah nomor 184). Dalam bahasa Dairi terdapat kata děhupa (= dhupa dalam bahasa India kuno). III. Bunji aspirate hilang karena prosés bunji jang kurang penting tetapi vokal jang dimasukkan dalam kata jang diambil bahasa lain, tetap ada. Djadi dalam bahasa Toba terdapat kata daupa (= dhupa dalam bahasa India kuno) dan budá (= budaha = buddha dalam bahasa India kuno).

287. Gedjala² bunji jang telah diterangkan tadi djarang terdapat atau tampak dalam réntétan menurut hukum. Hal jang terachir itu tampak dalam perubahan bunji sch (pada permulaan kata dalam bahasa Belanda) dalam bahasa Bugis. Dalam kamus hanja terdapat setengah losin kata² sematjam itu, dan pada semua kata itu sik menggantikan sch seperti dalam kata sikemboro (baki; = schkbord dalam bahasa Belanda). Dalam kamus tentang bahasa Howa terdapat delapan kata² jang diambil dari bahasa lain jang dalam bahasa asal itu dimulai dengan br. Pada lima kata itu bur- menggantikan br- seperti dalam kata buràkitra (= bracket (penjangga) dalam bahasa Inggeris). Pada ketiga kata jang lain ditempatkan vokal dalam kata itu menurut vokal jang paling dekat letaknja seperti dalam kata biriki (= brick (mohor) dalam bahasa Inggeris).

288. Kata² jang diambil dari bahasa lain tunduk pada hukum² bunji jang berlaku bagi bahasa² Indonésia atau menentangnja. Dalam bahasa Saqdan bunji w dari kata jang diambil dari bahasa lain, hilang. Hal itu terujata dari téks "Tunaq Pano Bulaan"; pada halaman 225 dalam teks itu terdapat kata saa (ular); saa = sawah dalam bahasa Indonésia purba. Pada halaman 228 terdapat kata deata (= dewata dalam bahasa India kuno). Dalam bahasa Minangkabau bunji at dalam bahasa Indonésia purba mendjadi eq. Tetapi dalam kata² jang diambil dari bahasa asing bunji at itu tetap ada. Dalam bentuk bahasa lisan-pun bunji at itu tak berubah. Oléh sebab itu dalam bahasa Minangkabau terdapat kata adat (hukum).

289. Dalam hal mengambil kata² dari bahasa lain, analogi dan étimologi rakjat berlaku. ,,Tudung" ialah bowoŋ atau bòŋ dalam bahasa Bugis dan berdasarkan kata itu bom dalam bahasa Belanda mendjadi bòŋ atau bowoŋ. Dalam bahasa Howa hubungan bunji t + a + b tak pernah terdapat pada permulaan kata, tetapi beberapa kata dimulai dengan l + a + m + b seperti dalam kata lamburidi (= la bride (tali kekang) dalam bahasa Perantjis). Dalam tjerita tentang Purnawijaya dalam bahasa Sunda kuno terdapat kata Siribala (= cabala dalam bahasa India kuno, jang berubah mendjadi siribala atas pengaruh artikal si jang dalam bahasa Sunda dipakai pada nama² binatang.

290. Gedjala² bunji jang telah diketemukan itu atjapkali terdapat djuga dalam bahasa² Indogerman. Dalam bahasa Italia misalnja seperti dalam bahasa Makasar vokal ditempatkan dalam hubungan konsonan² jang kurang tepat seperti dalam kata lanzichenecco (= lanzenknecht dalam bahasa Djerman (orang jang membawakan tombak). Kata itu terdjadi seperti kata parasero (= parceiro, lihat keterangan dibawah nomor 285) dalam bahasa Makasar.