Halaman:108 Pendekar Gunung Liang San Seri I.pdf/37

Halaman ini tervalidasi

Tetapi sebelum ajah dan anak itu meninggalkan pondoknja, tiba² muntjul mata² The Tao, segera menghalang²i ajah dan anak. mereka dorong mendorong jang lain mendorong masuk, kekatjauan ini sampai terdengar djongos hotel itu jang segera lari untuk memisahkan, tetapi mereka terus masih saling seruduk, sangat ribut dan ramai, karena merekapun saling memaki memukul.

Untunglah pada saat itu Lo Tie Djim datang kepondok itu.

Melihat hal ini Lo Tie Djim mendjadi naik darah, mata² The Wan Gwee itu dihampirinja dan sekali pukul tepat mengenai dadanja, tanpa ampun mata² The Tao itu roboh sambil berteriak menjajatkan, dimulutnja menjembur keluar darah merah jang kental. . .. . .

Pemilik hotel dan para djongos mendjadi gugup dan panik, tetapi Lo Tie Djim sambil bersilang tangan berseru;

„Persoalan ini akulah jang bertanggung djawab, dan tidak merembet-rembet kalian Aku minta tolong kau urus mata² The Tao ini, dan segala pengobatannja akulah jang tanggung“

Setelah berkata demikian Lo Tie Djim melempar 50 tail kepada pemilik hotel itu dan pergi. . . . . . . . . . . .

Pada sore harinja Lo Tie Djim kembali keposnja, ia meringkaskan segala pakaiannja, sebab keesokan harinja ia akan mengadili The Wan Gwee jang djahat dan se-wenang² itu.

Malam telah larut, tetapi Lo Tie Djim tidak dapat segera tidur, pikirannja dikatjaukan oleh segala peristiwa jang dialami dan jang akan dilakukan.

Aku bukan seorang laki² kalau tidak dapat membereskan urusan ini, soal ini harus dilaksanakan sebab menjangkut prihal perikemanusian dan keadilan. . . .. .

Lo Tie Djim melamun terus. . . . . .dan tanpa terasa mungkin karena lelahnja tahu² ia tertidur

30