S udah kurang lebih satu minggu Lo Tie Djim menjembunjikan dirinja di Kelenteng tua Buntju.
Pada suatu hari datanglah Ong Kim dan putrinja jang djuga menjembunjikan diri didaerah perbatasan itu, berkundjung ke Kelenteng Bun Tju untuk bersembahjang kepada Thie [ Tuhan ], sebab djiwa tuanja serta putrinja telah tertolong.
Pada waktu Ong Kim dan putrinja memandjatkan do’a; suara ini terdengar dengan djelas oleh Lo Tie Djim jang sedang membersihkan kamarnja.
Segera Lo Tie Djim keluar dan mengintip orang jang sedang bersembahjang itu. Alangkah senangnja hati Lo Tie Djim tatkala melibat bahwa Ajah dan anak jang telah ditolongnja itu dalam keadaan selamat.
Segera ia mendekati dan setelah orang tua dan anak perempuannja selesal melakukan upatjara sembahjang, Lo Tie Djim lalu menjapanja:
„Lo Djin Kee aku bergirang berdjumpa dengan kau dan putrimu, aku tidak tahu mengapa kalian bisa berada didaerah perbatasan ini?“
Ong Kim dan putrinja segera mengenali tuan penolongnja, segera mereka berlutut memberikan hormatnja.
Lo Tie Djim repot menerima penghor matan jang terlalu ber—lebih²an itu, ia segera membangunkan empek tua itu dan ber-sama² duduk saling menanjakan kisah masing² ...
Ong Kim ; „Ong Thiangkun setelah aku lari meninggalkan kota Kwan See bersama anakku, sampailah diperbatasan pintu timur ini pada saat itu hari telah larut malam, kami bingung untuk mentjari tempat bermalam sebab ternjata didaerah simi tidak ada rumah penginapan, tiba² kami melihat sebuah gedung jang
40