Halaman:108 Pendekar Gunung Liang San Seri I.pdf/56

Halaman ini tervalidasi

dak tenang mendjalankan upatjara sembabjang. . . . . bau busuk itulah jang mengganggu kami, Suhu usir sadja orang baru itu!“

Tiangloo dengan sabar mendjawab murid² nja ;

„Dia belum mengetahui dimana kamar ketjil dari wihara ini, sehingga kita tidak dapat mempersalahkannja.

Djangan ribut² bersihkan ber-ramai², nanti aku berikan nasehat padanja !“

Pagi hari itu Ketua wihara membangunkan Lo Tie Djim, disuruhanja mandi kemudian diadjak makan bersama.

Sambil makan ketua wihara jang baik hati memberikan nasehat² pada Lo Tie Djim. Lo Tie Djim merasa sangat malu dan berdjandji untuk menaati segala peraturan didalam wihara ini.

Sedjak hari itu Lo Tie Djim nampak sangat radjin tiap hari bangun pagi² dengan bersemangat menimba air, untuk mengisi bak² mandi, membersihkan ruang ibadah dan menjapu halaman wihara jang luas itu.

Tiangloo merasa amat tenang melihat perubahan Lo Tie Djim ini, namun selang beberapa hari kemudian mulai lah Lo Tie Djim kumat.

Pada suatu hari, seperti biasanja ia selalu bangun jang terpagi kali ini langit masih nampak sangat gelap, maka Lo Tie Djim berpikir ber-djalan² diluar sebentar. Ia lalu menggunakan ilmunja Pek Hoo tjhong thian atau burung bangau menembus langit, menggendjot tubuhnja jang besar itu naik keatas genteng Sampai diatas dilandjutkan dengan ilmunja Beng Hauw Lo Shia atau Harimau buas turun gunung lontjat ketanah dengan tangkasnja Sesampai diluar kelenteng ia menhirup udara se-puas puasnja sambil berguman:

„Aku Lo Tie Djim sungguh sial, bila lama² aku

49