djukkan tempat ia harus berdjaga !“
Teetju itu mengangguk dan menggapai pada Lo Tie Djim. Lo Tie Djim memberi hormat pada Tiangloo dan menjeret pauwhoknja mengikuti Teetju itu jalan kebelakang Kebun jang luas dari kelenteng Tay Siang Kok Sie ini terletak dibelakang kelenteng, djarak kira2 setengah Km. Memang kebun ini amat luas sajang tidak ada tembok atau pagar jang kuat.
Pinggiran kebun itu hanja dibatasi dengan pagar bambu jang sudah tak terurus. Dikebun ini penuh dengan pohon2 djeruk' Yang-liu dan 3/4 tanah ditanami sajur2an, Sawi, bajam, tomat, kentang, ubi, katjang, labu dll. Setelah me-lihat2 sekelilingnja Lo Tie Djim lalu bertanja pada Teetju jang mengantarkannja itu
„Datang darimanakah pantjalongok2 jang sering mengganggu tanam2an ini ?” Teetju itu mendjawab dengan lantang dan sengit ;
“Mereka selalu membobol pagar jang dibagian barat itu. Oh, sungguh mendjemukan, mereka tahu sadja bila kita akan panenan, sebab maling2 itu adalah penduduk didaerah sini sendiri. Sajangnja diantara kami tidak seorangpun jang mengerti ilmu silat, sehingga mereka berani mempermainkan.“ Lo Tie Djim tertawa gembira, katanja :
„Apakah engkau ingin beladjar ilmu silat“
45